Lebih dari 100 ribu
orang menghadiri Rapat Dan Pawai Akbar (RPA) 1436 H di Jakarta, setelah
sebelumnya lebih dari 250 ribu kaum Muslim menghadiri pula acara serupa yang
dilaksanakan di 35 kota lainnya. Pertanda apa ini? Temukan jawabannya dalam
wawancara wartawan Media Umat Joko Prasetyo dengan Juru Bicara Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto. Berikut petikannya.
Bagaimana
perasaan Anda dengan suksesnya acara RPA di Jakarta?
Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar. Rapat dan Pawai Akbar di Gelora
Bung Karno ini merupakan puncak dari rangkaian RPA yang diadakan oleh HTI di 35
kota besar di seluruh Indonesia dari Aceh hingga Papua. Meski ada hambatan
kecil di satu dua kota tapi secara keseluruhan RPA telah berlangsung dengan
lancar dan sukses.
Kita pantas merasa
sangat bersyukur dan berbahagia, bahwa di tengah berbagai tekanan ideologis,
politis dan ekonomis, kita masih bisa menjadi bagian dari umat Islam yang tetap
peduli terhadap apa yang Allah wajibkan kepada kita semua, yaitu penerapan syariah
dan khilafah.
Pertanda
apa ini?
Semua ini merupakan
tanda bahwa dakwah untuk tegaknya syariah dan khilafah makin diterima oleh
umat. Kita mau bilang apa melihat puluhan ribu umat bergerak bersama
meneriakkan syariah dan khilafah? Kita memang berulang-kali menegaskan, bahwa
Rapat dan Pawai Akbar ini bukanlah untuk unjuk kekuatan karena sesungguhnya
tiada daya dan kekuatan kecuali milik Allah semata, la hawla wala quwwata illa billah.
Tapi, penting juga
kiranya untuk ditunjukkan kepada khalayak bahwa perjuangan untuk tegaknya
syariah dan khilafah bukanlah tanpa pendukung. Bukan pula tidak disambut oleh
umat. Dukungan itu makin nyata. Di mana-mana.
Di antaranya terlihat
dari antusiasme peserta di setiap tempat di mana Rapat dan Pawai Akbar
diselenggarakan, utamanya saat penyelenggaraan di GBK. Itu semua juga
menunjukkan bahwa opini dan dukungan umat tentang khilafah semakin menguat, dan
itu bukan hanya di Jakarta tetapi juga di puluhan kota lainnya.
Ada
yang mengatakan HTI itu kaya raya sehingga bisa menggelar acara-acara besar
seperti ini. Dari mana dananya?
Tidak benar itu.
Hizbut Tahrir bukanlah organisasi yang kaya raya, meski juga bukan organisasi
yang tak berpunya. Memang kami sering menyelenggarakan acara besar seperti RPA,
MK (Muktamar Khilafah) dan sebagainya. Tapi dana semua kegiatan itu sepenuhnya didapat
dari peserta yang membayar untuk mengikuti acara ini. Tidak ada sponsor atau
bantuan dari pihak lain, baik dari dalam maupun luar negeri. Sama sekali.
Subhanallah, menunjukkan apa ini?
Ini menunjukkan
perjuangan ini didukung sepenuhnya oleh umat. Tidak mungkin kan, mereka mau
berkorban begitu rupa kalau tidak mendukung. Dan ketika umat sudah mendukung,
apa saja bisa dilakukan, termasuk berkorban waktu, tenaga dan dana dengan
membiayai kegiatan-kegiatan besar yang memakan biaya hingga miliaran rupiah,
buat organisasi besar pun hal itu tidak mudah dilakukan.
Mengapa?
Karena umat merasa
perjuangan ini adalah perjuangan yang benar-benar untuk tegaknya Islam, bukan
hal yang lain. Bukan sekadar meraih kekuasaan, juga bukan untuk untuk
kepentingan kelompok, tapi demi umat semata-mata.
Mereka juga merasa
bahwa perjuangan ini benar-benar akan mewujudkan sesuatu yang bakal memberikan
solusi yang jelas dan konsisten atas berbagai persoalan yang dihadapi oleh
rakyat khususnya di negeri ini.
Umat tentu melihat,
berbagai upaya untuk mengatasi masalah sudah dilakukan namun tidak kunjung
segera membuahkan hasil. Rezim berulang berganti, namun tidak ada perubahan
yang berarti. Yang ada hanyalah pergantian. Ganti presiden, ganti menteri,
ganti gubernur, ganti walikota dan bupati, tapi hasilnya tetaplah sama.
Kemiskinan dan penderitaan tetap terjadi di mana-mana, kriminalitas dan
kemaksiatan tetap merajalela, kemungkaran juga tidak dapat dihentikan.
Umat memahami, dalam
pandangan Islam, semua problematika itu terjadi karena Islam dicampakkan dari
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tidak ada penerapan syariah secara
kaffah. Umat mungkin telah menjalankan syariat, namun syariah yang dijalankan
adalah untuk pribadi (seperti shalat zakat puasa), bukan syariat dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara (seperti dalam kehidupan ekonomi,
politik, sosial) sehingga timbullah berbagai persoalan. Maka, ketika syariah
diterapkan secara kaffah dalam naungan daulah khilafah, umat yakin kebahagiaan,
keadilan, persatuan dan kesejahteraan akan terwujud.
Iya,
bahkan penyelenggaraannya pun selalu di bulan Rajab. Mengapa?
Kita tahu, pada bulan
Rajab lebih dari 1400 tahun lalu Allah SWT memperjalankan baginda Rasulullah
Muhammad SAW pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha
di Palestina, kemudian naik ke Sidratul Muntaha. Inilah peristiwa Isra' Mi'raj
yang sangat monumental, yang kelak sangat berpengaruh pada perjalanan hidup
Rasulullah dan umatnya. Tapi kita juga harus ingat bahwa pada bulan Rajab pula,
persisnya pada tahun 1342 Hijriah 94 tahun lalu Khilafah Utsmani yang berpusat
di Turki diruntuhkan oleh tangan-tangan kafir penjajah.
Peristiwa yang
kemudian menjadi pangkal dari timbulnya berbagai malapetaka yang menimpa kaum
Muslimin di seluruh dunia atau ummul jaraaim
memang layak untuk terus mendapat perhatian. Tapi kita menyelenggarakan RPA
tidak untuk meratapi momentum menyedihkan itu. Kita menyelenggarakan RPA justru
untuk bangkit dan mengokohkan pendirian bahwa perjuangan penegakan syariah dan
khilafah memang tidak boleh surut sedikitpun.
Bila runtuhnya
khilafah dulu menjadi pangkal hancurnya dunia Islam dan timbulnya berbagai
malapetaka yang menimpa dunia Islam, maka kita di sini yakin bahwa bangkitnya
kembali dunia islam dari keterpurukannya pun hanya mungkin melalui tegaknya
kembali al-Khilafah itu. Khilafah lah yang akan menyatukan kaum Muslimin di
seluruh dunia, menerapkan syariah secara kaffah dan menghadapi adikuasa
jahiliyah dari manapun datangnya.
Apa
aktivitas HTI lainnya, selain menggelar acara ini?
Banyak. Acara seperti
RPA, Muktamar Khilafah dan acara-acara besar lainnya, hanyalah bagian kecil
dari kegiatan dakwah HTI yang sesungguhnya sangat banyak. Ada seminar, diskusi,
masirah (unjuk rasa), tabligh akbar,
temu tokoh dan sebagainya. Dan yang pasti adalah pembinaan rutin yang dilakukan
seminggu sekali. Ini berjalan di seluruh Indonesia. Ada ribuan halqah yang menjadi inti dari daya tumbuh dan
kekuatan HTI.
Selain itu, HTI juga
berdakwah melalui media. Ada majalah al-Wa’ie terbit bulanan, lalu ada buletin
jum’at al-Islam, juga ada situs web hizbut-tahrir.or.id.
Kita juga memanfaatkan sosmed seperti twitter, facebook, youtube dan lainnya
sebagai sarana dakwah.
Mengapa
HTI melakukan itu semua?
Tak lain sebagai
bentuk ikhtiar untuk keberhasilan
perjuangan bagi tegaknya syariah dan khilafah yang wajib dilakukan dengan penuh
kesungguhan, kesabaran dan keikhlasan. HTI sangat yakin, di tengah lorong gelap
peradaban jahiliyah ini pastilah ada secercah cahaya di ujung sana. Itulah
cahaya Islam. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 152, Juni 2015
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar