Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 11 Desember 2018

Tanda Kebesaran Allah SWT Pada Malam Hari, Tidur, Dan Siang Hari - TAFSIR al-Furqan: 47



Oleh: Rokhmat S. Labib, MEI

“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” (TQS. al-Furqan [25]: 47).

Sungguh, tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT terbentang luas. Setiap mata memandang dan telinga mendengar, di sana terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Seseorang yang menggunakan akalnya dengan benar, niscaya akan mengantarkan keimanan kepada-Nya dan sikap tunduk patuh di hadapan-Nya.

Tak hanya itu, berbagai tanda kebesaran Allah SWT itu sekaligus sebagai nikmat-Nya yang tak terkira. Maka, jiwa yang pandai bersyukur tak akan mengingkari berbagai kenikmatan tersebut.

Malam yang Menutupi

Allah SWT berfirman: Wahuwa al-ladzii ja'ala lakum al-layl libaas[an] (Dialah yang menjadikan untukmu malam [sebagai] pakaian). Dalam ayat sebelumnya manusia diarahkan pandangannya kepada al-zhill yang terlihat oleh manusia, kemudian ditegaskan bahwa keadaan itu tidak terus berlangsung demikian. Keadaan akan berubah setelah matahari terbit. Kemudian ditarik perlahan-lahan, hingga lenyap sama sekali.

Kemudian ayat ini mengarahkan pandangan manusia kepada malam. Ayat ini diawali dengan kata: Wahuwa (dan Dialah). Artinya, Allah SWT sajalah, dan bukan yang lain. Dialah yang menjadikan malam sebagai libaas (pakaian).

Telah maklum, bahwa fungsi utama pakaian adalah menutupi badan manusia. Dengan begitu, badan menjadi tersembunyi dan tidak terlihat. Sifat ini pula yang ada pada malam hari. Fakhruddin al-Razi berkata, ”Allah SWT telah menyerupakan malam dari segi sifatnya yang menyembunyikan dan menutupi segala sesuatu dengan pakaian yang menutupi badan."

Diterangkan pula oleh al-Khazin, yang dimaksud dengan malam dijadikan sebagai libaas atau pakaian adalah satr[an] (tutup), yang kalian tertutup dengannya. Artinya, kegelapan malam menutupi segala sesuatu seperti pakaian yang menutupi orang yang mengenakannya. Al-Biqa'i berkata, ”Yang menutupi berbagai benda dari pandangan mata sebagaimana pakaian yang menutupi."

Penjelasan senada juga dikemukakan oleh hampir semua mufassir seperti al-Qurthubi, al-Alusi, Ibnu Athiyyah, al-Baqai', dan lain-lain. Mengenai malam sebagai pakaian, juga disebutkan dalam firman Allah SWT: “Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian” (TQS. al-Naba' [78]: 10). Menurut Ibnu Katsir, keadaan malam yang menutupi itu seperti diberitakan dalam firman Allah SWT: “Dan malam apabila menutupinya” (TQS. al-Syams [91]: 4). Juga firman-Nya: “Demi malam apabila menutupi” (TQS. al-Lail [92]: 1).

Memang begitulah faktanya. Ketika matahari terbenam, berarti malam datang menjelang. Seiring dengan terbenamnya matahari, bumi pun menjadi gelap. Mata tak bisa menembus kegelapan. Maka, seolah-olah semuanya tertutup dan tak terlihat mata.

Akibatnya, manusia tidak bisa leluasa melakukan berbagai kegiatan sebagaimana layaknya siang hari. Kehidupan pun menjadi lengang. Kondisi ini membuat manusia dapat beristirahat dengan tenang dan tidur dengan lelap.

Tidur Untuk Beristirahat

Kemudian Allah SWT berfirman: Wa al-nawm[an] subaat[an] (dan tidur untuk istirahat). Menurut al-Baghawi, pada asalnya makna al-sabt adalah al-qath' (memotong). Orang yang tidur disebut sebagai masbuut (orang yang dipotong) karena aktivitas dan gerakannya terpotong.

Di antara manfaat besar terjadinya malam bagi manusia adalah keadaan yang kondusif bagi manusia bisa tidur dengan nyenyak. Setelah lelah karena bekerja keras seharian, manusia membutuhkan istirahat. Dengan tidur, manusia bisa beristirahat dengan total. Tak hanya fisiknya namun juga pikirannya. Dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah SWT menjadikan tidur untuk subaat[an].

Diterangkan Fakhruddln al-Razi, kata al-subaat bermakna al-raahah. Dan Allah menjadikan tidur sebagai istirhat karena tidur menjadi sebab bagi terjadinya istirahat. Al-Razi juga mengutip Abu Muslim yang berkata, ”al-subaat adalah al-raahah. Di antaranya ada hari Sabtu, disebabkan karena biasanya digunakan untuk beristirahat.” Al-Khazin juga berkata, ”Dijadikannya tidur sebagai subaat[an] artinya untuk mengistirahatkan badan-badan kalian dan memutus perbuatan.”

Ibnu Jarir al-Thabari berkata, ”Dia menjadikan tidur bagimu untuk beristirahat, maka badanmu dapat beristirahat dan anggota tubuhmu dapat tenang dengannya."

Bahwa tidur berguna untuk istirahat bagi manusia, juga disebutkan dalam firman Allah SWT: “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat” (TQS. al-Naba' [78]: 9). Di samping itu, tidur merupakan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah SWT sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan” (QS. al-Ruum [30]: 23).

Siang Untuk Bekerja

Kemudian Allah SWT berfirman: Wa ja'alnaa al-nahaar nusyuur[an] (dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha). Menurut Ibnu Athiyah dalam tafsirnya, al-Muharrar al-Wajiiz fii Tafsiir al-Kitaa al-'Aziiz, kata al-nusyuur di sini bermakna waqt intisyaar (waktu berpencaran) dan bertebaran untuk mencari penghidupan dan karunia Allah SWT.

Tak jauh berbeda, al-Qurthubi juga menafsirkannya sebagai al-intisyaar li al-ma'aasy (berpencaran untuk penghidupan). Artinya, siang hari merupakan sebab menghidupkan untuk berpencaran.

Bahwa siang dijadikan sebagai waktu untuk mencari penghidupan, juga disebutkan dalam firman Allah SWT: “Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” (TQS. al-Naba' [78]: 11).

Demikianlah. Allah SWT menggilirkan waktu siang dan malam. Pergantian waktu itu terjadi karena perputaran rotasi bumi. Setiap hari berputar dengan waktu yang kontinyu. Itu berlangsung ribuan tahun, bahkan lebih. Realitas ini jelas menunjukkan kebesaran, kekuasaan, dan keagungan Allah SWT. Siapakah yang bisa melakukan semua itu selain Dia? Tidak ada. Bahkan, sekadar menghentikan perputaran bumi beberapa saat saja tidak bisa. Maka sungguh aneh jika ada manusia yang ingkar kepada-Nya dan berani membangkang terhadap syariah-Nya.

Di samping menjadi tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, pergantian siang dan malam itu juga merupakan kenikmatan dan karunia Allah SWT kepada manusia yang tak terhingga. Tak bisa dibayangkan jika sepanjang masa hanya dilalui siang hari atau malam saja.

Di samping ayat ini, karunia ini juga disebutkan dalam firman Allah SWT: “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya” (TQS. al-Qashash [28]: 73). Maka, tak ada alasan untuk ingkar dan tidak mensyukurinya.

Sesungguhnya, tidur itu seperti kematian kecil. Ketika terbangun dari tidur, seperti orang yang dibangkitkan dari kematian. Bagi orang yang berakal, realitas ini kian memudahkan baginya untuk mengimani hari Kebangkitan. Sebagaimana manusia dibangunkan dari tidurnya, demikian pula kelak di hari Kiamat, seluruh manusia akan dibangkitkan dari kematiannya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan menerima balasan atasnya. WalLaah a‘lam bi al-shawaab.[]

Ikhtisar:

1. Malam hari dijadikan Allah SWT seperti pakaian yang menutupi, tidur untuk beristirahat, dan siang hari untuk bekerja dan mencari penghidupan.

2. Pergantian siang dan malam merupakan tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT sekaligus merupakan kenikmatan dan karunia Allah SWT kepada manusia.

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 154

Senin, 03 Desember 2018

Jumat, 09 November 2018

Hujan Sebagai Rahmat - TAFSIR al-Furqan: 48-49



Oleh: Rokhmat S. Labib, MEI

“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih (48), agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak (49)” (TQS. al-Furqan [25]: 48-49).

Betapa banyak nikmat yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Namun hanya sedikit manusia yang menyadarinya. Maka, manusia perlu diingatkan sebagian nikmat tersebut. Ayat ini adalah di antara yang mengingatkan manusia tentang sebagian nikmat Allah atas manusia. Selain itu, anugerah kenikmatan itu sekaligus juga menunjukkan kebesaran, keagungan, dan kekuasaan Allah SWT.

Hujan Sebagai Rahmat

Allah SWT berfirman: Wahuwa al-ladzii arsala al-riyaah busyr[an] bayna yaday rahmatih (Dialah yang meniupkan angin [sebagai] pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Setelah dalam ayat sebelumnya diterangkan kekuasaan Allah SWT dalam menjadikan siang dan malam, yang berguna bagi manusia, kemudian dalam ayat ini diberitakan tentang kekuasaan-Nya dalam menurunkan hujan dan kegunaannya bagi manusia. Ibnu Katsir berkata, "Ini juga merupakan bagian dari kemampuan-Nya yang sempurna dan kekuasaan-Nya yang agung. Dialah yang mengirimkan angin yang memberikan kabar gembira. Yakni, dengan datangnya awan sesudahnya."

Dalam ayat ini diberitakan bahwa Dialah Allah SWT yang mengirimkan al-riyaah. Kata tersebut merupakan bentuk jamak dari kata al-riih (angin). Penggunaan bentuk jamak menunjukkan bahwa semua angin yang bergerak dan berhembus adalah atas perintah Allah SWT. Dialah yang menggerakkan semua angin. Termasuk angin yang membawa kabar gembira akan datangnya rahmat-Nya. Allah SWT berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahan kamu bersyukur.” (TQS. al-Rum [30]: 46).

Patut dicatat, selain mendatangkan rahmat-Nya, ada pula angin yang membawa azab-Nya. Di antaranya adalah angin yang dikirimkan kepada kaum 'Ad. Allah SWT berfirman: “Dan juga pada (kisah) ‘Ad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan suatupun yang dilandanya, melainkan dijadikannya seperti serbuk.” (TQS. al-Dzariyat [51]: 41-42).

Mengenal pengertian rahmatihi (rahmat-Nya) di sini, menurut para mufassir, adalah hujan. Di antara yang menafsirkannya demikian adalah al-Khazin, al-Baghawi, al-Alusi, Abdurrahman al-Sa'di, dan lain-lain. Al-Jazairi dalam Aysar al-Tafaasir berkata, ”Itu memberikan kabar gembira sebelum turunnya hujan. Sebab, hujan adalah rahmat." Menurut Abdul Lathif bin al-Khathib dalam Awdhah al-Tafaasir hujan disebut sebagai rahmah karena dengannya ada kehidupan jiwa, tanah, tumbuhan, dan hewan.

Bahwa hujan merupakan rahmat, juga disebutkan dalam firman Allah SWT: “Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati.” (TQS. al-Rum [30]: 50).

Suci Menyucikan

Allah SWT berfirman: Wa anzalnaa min al-samaa maa'[an] thahuur[an] (dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih). Setelah diberitakan bahwa Allah SWT yang mengirimkan angin yang menjadi pembawa berita gembira akan datangnya hujan, lalu ditegaskan Dia pula yang menurunkan air hujan. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, hujan merupakan rahmat Allah SWT yang mendatangkan manfaat yang amat besar bagi manusia dan kehidupan. Di antara manfaatnya yang amat besar adalah airnya yang bersih dan suci lagi menyucikan. Ini dapat dipahami dari lafadz ayat ini maa’[an] thahuur[an] (air yang amat bersih).

Diterangkan Imam al-Qurthubi, kata al-thahuur (amat bersih suci) merupakan bentuk mubaalaghah (hiperbola, penyangatan) dari kata al-thaahir (yang suci). Bentuk mubaalaghah tersebut mengharuskan air tersebut menjadi thaahir muthahhir (suci lagi menyucikan). Menurutnya, ini merupakan pendapat jumhur. Dijelaskan pula oleh mufassir tersebut, setiap thahuur pasti thaahir. Sebaliknya, tidak setiap thaahir itu thahuur. Dengan demikian, ayat ini menerangkan bahwa air yang diturunkan Allah SWT dari langit adalah air yang suci lagi menyucikan.

Tak jauh berbeda, al-Khazin juga mengatakan bahwa pengertian thahuur dalam ayat ini adalah al-thaahir fii nafsihi wa al-muthahhir li ghayrihi (suci dzatnya dan menyucikan yang lain). Ini adalah nama bagi air yang dapat digunakan untuk bersuci. Dalilnya adalah sabda Nabi : Huwa al-thahuur maa'uhu al-hill maytatuhu (air laut itu suci airnya, halal bangkainya, HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa'i).

Berkenaan air hujan sebagai air yang dapat digunakan untuk bersuci juga ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya: “Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu.” (TQS. al-Anfal [8]: 11).

Menghidupkan Bumi

Allah SWT berfirman: Linuhyiya bihi baldat[an] mayt[an] (agar Kami menghlidupkan dengan air itu negeri [tanah] yang mati). Selain dapat digunakan untuk bersuci, air hujan berguna dalam menghidupkan bumi. Dengannya, Allah SWT menghidupkan tanah yang kering dan gersang. Dikatakan Abdul Lathif bin al-Khathib, yang dimaksud dengan baldat[an] mayt[an] di sini adalah jadb[an] (tanah gersang), yang tidak ada tanaman di dalamnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan al-ihyaa' (menghidupkan) di sini adalah mengeluarkan tanaman dari tempat yang tidak ada tanamannnya. Demikian menurut al-Syaukani. Tentang ayat ini, Ibnu Katsir berkata, ”Tanah yang telah lama mengharap datangnya hujan, yakni tanah kering yang tidak ada tumbuhannya sama sekali. Ketika hujan turun, maka hiduplah tanah tersebut. Tumbuhannya menjadi lebat dengan aneka bunga dan warna. Ini sebagaimana firman Allah SWT: “Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (TQS. al-Hajj [22]: 5).

Kemudian ditutup dengan firman-Nya: Wanusqiyahi mimmaa khalaqnaa an-'aam[an] wa anaasiya katsiir[an] (dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak). Tak hanya membuat tanah menjadi hidup dan subur dengannya, air juga untuk diminum oleh manusia dan semua makhluk hidup lainnya.

Dalam ayat ini disebutkan wanusqiyahi yang berarti "dan Kami beri minum.” Yang diberikan adalah semua makhluk-Nya, baik al-an'aam maupun al-anaasiya. Kata al-an'aam berarti al-bahaaim (binatang ternak). Sedangkan al-unaasiy adalah bentuk dari kata al-insaan (manusia).

Tentang ayat ini, Ibnu Katsir berkata, "Dan agar makhluk hidup, baik hewan maupun manusia, dapat memenuhi kebutuhan mereka yang paling penting. Juga untuk menghilangkan dahaga mereka, mengairi tanaman dan buah mereka. Ini sebagaimana firman Allah SWT: “Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (TQS. al-Syura [42]: 28).

Demikianlah. Ayat ini menerangkan kekuasaan Allah SWT tentang angin, hujan, dan air. Semuanya terjadi atas kekuasaan Allah SWT. Dan semuanya merupakan kenikmatan yang amat besar bagi manusia dan makhluk lainnya. Lalu mengapa masih ada yang mendustakannya? Wal-Laah a'lam bi al-shawaab.[]

Ikhtisar:

1. Allah SWT adalah Dzat yang berkuasa mengirimkan angin yang membawa mendung dan menurunkan hujan.

2. Air hujan adalah di antara rahmat Allah SWT.

3. Air hujan berguna untuk alat bersuci, dengannya Allah SWT menghidupkan tanaman, memberikan minum manusia dan semua hewan.

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 155

Sabtu, 27 Oktober 2018

NU MOHON MAAF atau FINISH ?



Artikel 212 :

NU MOHON MAAF atau FINISH ?
Oleh : Mujahid 212

Gelombang "Aksi Bela Tauhid" semakin meluas, bahkan diperkirakan akan "lebih panjang jilidnya dan lebih besar efeknya" dibanding Aksi Bela Islam, krn posisi masalahnya "lebih gawat" dari Masalah Ahok.

Kasus Ahok hanya "arogansi verbal", sdg Masalah Pembakaran Bendera Tauhid oleh Banser Ansor NU merupakan "arogansi verbal dan anarkisme fisik" sekaligus.

Ditambah lagi baik PBNU maupun Ansor dan Bansernya "ngotot" tdk mau minta maaf, dg dalih yg dibakar adalah Bendera HTI, walau pun tdk ada tulisan HTI di bendera tsb, yg kemudian "diaminkan" oleh polisi.

Dan justru mereka "semakin ngotot" utk menyalahkan pihak yg memprotesnya, krn yakin bhw "kejahatan" mereka sebesar apa pun akan "diamankan" oleh polisi.

Polisi akan selalu "mengaminkan dan mengamankan" sikap NU beserta Ansor dan Bansernya, krn sebenarnya "program memuakkan" yg selama ini dijalankan mereka adalah "Order" dari Rezim yg harus dikawal polisi.

Orang No 1 di Polri disebut-sebut pernah menawarkan orang No 1 di FPI utk ikut dlm program "Rezim Order" tsb, tp ditolak mentah-mentah oleh FPI.

Dan Bos Polri tsb pernah "keceplosan" bicara dlm suatu forum diskusi di Jakarta bhw dia yg "gerakkan" Banser utk persekusi dan bubarkan pengajian HTI di Surabaya dan beberapa tempat lainnya di Jawa Timur . Dan pengakuan keceplosan tsb jauh sebelum HTI dibubarkan.

Itulah sebabnya sejak TK memimpin Polri, mk Polisi tdk lagi punya malu utk lindungi "SI BEJAT" walau harus korbankan "SI TAAT".

Dalam Kasus Pembakaran Bendera Tauhid di Garut, Polisi ingin "Lindungi" Banser NU yg membakar, lalu dicarilah gantinya yg "merekam dan menshare", ternyata Banser NU juga yg harus dilindungi.

Akhirnya dicari orang yg bawa Bendera Tauhid utk "dikambing- hitamkan", ternyata Santri Pesantren NU yg ikut acara Hari Santri Nasional yg digelar NU dan dijaga Banser di Garut.

Oh kasihannya ... , "tragis" betul nasib Santri NU di Hari Santri Nasional dijadikan "Kambing Hitam" krn cintanya kpd Bendera Rasulullah SAW, dan itu pun hanya utk melindungi segerombolan Banser yg membakar Bendera Nabi SAW sambil bertepuk-tangan gembira.

"Astaghfirullaahal 'Azhiim ..."

Selain itu, Ansor dan Banser NU juga sangat "angkuh dan sombong" menantang umat Islam, krn merasa "besar dan kuat", serta yakin dilindungi "Rezim Zalim".

Konyolnya, "Preman Murahan" sekelas gus nuril dan abu janda dan gunli ikut memperkeruh suasana dg Kebodohan dan Keidiotannya.

Si gus nuril dg garang "mengancam" massa Aksi Bela Tauhid dg massa NU yg diklaimnya berjumlah "97 juta" orang. Entah kapan sensusnya dan bgmn cara menghitungnya ? Kalau pun jumlahnya benar, apa dia pikir warga NU setuju dg Pembakaran Bendera Tauhid ?? Apa dia pikir warga NU mau diadu-domba dg Umat Islam yg lainnya ???

Fakta di lapangan "banyak sekali" Kyai dan Santri dan Warga NU yg cinta Bendera Tauhid, bahkan siap mati utk Kalimat Tauhid. "Alhamdulillaah ... "

Sementara abu janda "melecehkan" Bendera Tauhid sbg "Bendera Hitam dg Tulisan Asing yg harus disingkirkan "

Sdg si gunli yg hidungnya pernah patah lantaran bela Aliran Sesat Ahmadiyah "memfitnah" HRS beri instruksi pasang Bendera HTI, padahal semua orang tahu, bahkan sampai anak kecil pun tahu bhw "Instruksi HRS pasang Bendera Tauhid bukan Bendera HTI".

Lucunya, si gunli tantang HRS pasang Bendera Tauhid di Saudi, padahal seluruh Dunia tahu, bahkan sampai orang buta pun tahu bhw "Bendera Saudi adl Bendera Tauhid" berwarna hijau dg tulisan putih Kalimat Tauhid dan di bawahnya sebuah pedang lurus.

Kasihan, ternyata "Tiga Sekawan Idiot" tsb di atas telah kronis mengalami "Keterbelakangan Intelektual" alias "Bahlul Murokkab".

Lebih parahnya lagi, segelintir "Oknum" Kyai NU alih-alih menegur Ansor dan Bansernya yg membakar Bendera Tauhid, malah justru sibuk mencarikan "Dalil Pembenaran".

Banyak Tokoh meyakini bhw tdk ada yg bisa menghentikan "Aksi Bela Tauhid", kecuali "SAS dan YQ" (Ketum PBNU dan Ketum GP Ansor/Banser ) minta maaf dan mengakui kesalahan nya selama ini, dlm membina Ansor dan Bansernya, shg mereka "Liar" sering mempersekusi Ulama dan Da'i, menghina Habaib dan mengarab-arabkan Syariat, menurunkan dan menyita Ikat Kepala dan Bendera bertuliskan Kalimat Tauhid, hingga puncaknya Pembakaran Bendera Tauhid di Garut.

"SAS dan YQ" harus scr jantan mengaku salah dan minta maaf, serta komitmen utk tdk mengulangi semua "perilaku memuakkan" yg selama ini menjadi "Ciri Mereka".

Jika "SAS dan YQ" berkeras dg sikap "songong" nya, maka Para Ulama dan Sepuh NU harus berani "menyingkirkan" SAS dan YQ utk "menyelamatkan NU" beserta Ansor dan Bansernya.

Atau kalau tidak, maka mungkin NU akan finish di tangan "Anak-Anak Durhaka" nya.

Wallaahu A'lam.

Selasa, 23 Oktober 2018

Syahidnya Sang Penjaga Panji Islam



Dari kejauhan, di dalam barisan pasukan koalisi Kafir Quraisy, seorang Kafir bernama Ibnu Qami’ah tengah mengamati sesosok berjubah yang sedang asyik mengayunkan pedangnya menghantam tubuh-tubuh Kafir yang dilaknati Allah di tengah pertempuran, sosok tersebut memegang pedang di tangan yang satu, sementara di tangan yang satunya lagi memegang panji hitam yang di dalamnya bertuliskan kalimat tauhid "Laa ilaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah’’, dengan itulah Ia bertarung gagah.


Sosok berjubah yang sedang bertempur dengan gagah berani itu tidak lepas dalam bidikan mata Ibnu Qami’ah, sosok itu tidak asing bagi Ibnu Qami’ah yang pernah ikut dalam pertempuran di Badar setahun sebelumnya. Ia melihat lekat sosok paling dominan di tengah kaum muslimin tersebut. Bagi Ibnu Qaimi’ah sosok itulah yang telah merendahkan dan menghina sembahan-sembahan mereka seperti Latta dan ‘Uzza yang telah disembah secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dialah yang telah menyebabkan perpecahan di Mekah, dialah yang telah memutuskan hubungan sanak saudara menjadikan mereka bermusuhan satu dengan lainnya.


Ibnu Qami’ah mengenal sosok tersebut sebagai Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib pembawa agama pemecah-belah. Ibnu Qami’ah tidak mengetahui bahwa sosok berjubah pemegang panji hitam tersebut sebenarnya adalah Mush’ab bin Umair, bukan Rasulullah Saw. Ia mengenal sosok tersebut sebagai Nabi Muhammad karena jubah perang yang dikenakan oleh sosok tersebut juga digunakan oleh Rasul Saw. pada saat perang Badar setahun sebelumnya.


Dengan mata yang telah difokuskan hanya untuk satu target, Ibnu Qami’ah menghunus pedangnya lalu berlari kencang dengan kudanya ke arah sosok berjubah itu. Dari arah belakang, Ibnu Qami’ah mengayunkan pedangnya menghantam tubuh Mush’ab bin Umair, dengan sekali tebasan, tangan kanan Mush’ab yang sedang memegang panji terlepas dari tubuhnya. Panji hitam ar-rayah hampir saja jatuh ke tanah, dengan sigap Mush’ab menangkapnya sehingga panji Tauhid itu kembali berkibar dengan gagahnya di bawah langit Uhud, Mush’ab masih memberikan perlawanannya meski dengan satu tangan yang tertinggal, Ia masih berdiri dangan tegak melawan musuh-musuh Islam.
Ibnu Qami’ah semoga Allah melaknatnya, belum juga merasa puas atas keberhasilannya melepas tangan Mush’ab dari tubuhnya, terlebih panji yang dipegang Mush’ab belum juga berhasil Ia jatuhkan.
Ibnu Qami’ah lalu kembali maju dan mengayunkan pedangnya ke arah Mush’ab, kali ini pedangnya menyasar tangan kiri Mush’ab. Dengan sekali tebasan, tangan kiri Mush’ab yang memegang panji kembali lepas dari tubuhnya, hampir saja panji itu jatuh ke tanah bersamaan dengan lepasnya tangan Mush’ab, namun Mush’ab sama sekali tak sudi melihat nama Allah, Tuhan yang menciptakannya dan nama Rasulnya yang mulia yang telah memberinya jalan cahaya Islam itu sampai jatuh ke tanah, dengan segera Mush’ab melabuhkan badan dan merangkul tiang panji tauhid dengan lengannya yang masih tersisa, Ia lalu kembali menegakkan rayah tersebut di tengah-tengah pertempuran.


Mush’ab tak lagi memperhatikan apa yang menimpa dirinya, saat itu yang Ia lakukan adalah bagaimana agar panji Islam ar-Rayah yang diamanahkan oleh Rasul Saw. kepadanya tetap berkibar di tengah pertempuran meski Ia sendiri harus kehilangan kedua tangan bahkan nyawanya. Bagi Mush’ab, amanah yang diberikan kepadanya untuk memegang panji perang umat Islam adalah sebuah kehormatan yang tak ternilai oleh apapun. Dengan sisa kekuatan yang Ia miliki, Mush’ab meneguhkan hati, lalu membenamkan kedua lututnya ke dalam tanah untuk memperkuat posisinya agar tidak jatuh, Ia lantas berteriak ‘’Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sesungguhnya telah berlalu beberapa orang rasul yang diutus sebelumnya’’. Itulah kata terakhir dari Mush’ab bin Umair, sebuah kata cinta yang melambangkan bukti bahwa hingga detik terakhir dari hidupnya Ia persembahkan untuk menjalankan amanah yang diembankan kepadanya dari seorang Nabi agung nan mulia, Muhammad Rasulullah Saw.


Melihat keteguhan dan kuatnya Mush’ab untuk tetap bertahan, membuat Ibnu Qami’ah merasa dongkol dan geram, sebab meski dua tebasan pedangnya telah mengakibatkan lepasnya tangan Mush’ab bin Umair, namun itu tidak juga mampu menjatuhkannya ke tanah, begitu juga dengan panji yang dipegang Mush’ab. Akhirnya Ibnu Qami’ah sekali lagi kembali mengarahkan kudanya ke arah Mush’ab, kali ini Ia tidak lagi menggunakan pedangnya untuk membunuh Mush’ab, Ia mengambil sebuah tombak dengan besi runcing tajam yang mengkilap diujungnya, dengan itulah Mush’ab akan syahid. Dengan tombak itu Ia akan mengakhiri perjalanan dakwahnya, mengorbankan jiwa dan raganya atas nama Allah dan Rasulnya demi kemuliaan Islam.


Ibnu Qami’ah lalu datang dan menusukkan tombak tersebut dari arah belakang, ujung tombak itu hampir menembus hingga ke dada Mush’ab. Darah segar mengalir deras dari tubuh Mush’ab kemudian jatuh berkucuran membasahi pasir Uhud, tubuh seorang bangsawan berwajah tampan itu mulai melemah dirangkul ajal, matanya yang indah perlahan meredup dan kini tertutup untuk selamanya, lelaki yang membuka dakwah Islam di Madinah itu pun perlahan merebah jatuh di pelukan bumi. Sang pembawa misi rahasia dari Rasul itu kini telah selesai menjalankan tugasnya. Panji yang dipeluk Mush’ab masih melekat di tubuhnya, seakan tak ingin membiarkan panji itu membujur hina di atas tanah meski dirinya sendiri sudah tak bernyawa. Ali bin Abi Thalib yang melihat Mush’ab telah terbaring diatas tanah, Ia bergegas berlari dan bermaksud menolong Mush’ab, namun Ia dapati Mush’ab sudah tak bernyawa. Mush’ab telah wafat sebagai Syuhada Uhud. Ali lalu mengambil panji rayah tersebut kemudian kembali mengibarkannya di tengah pertempuran....


(Dikutip dari buku MISI RAHASIA MUSH'AB BIN UMAIR, Al Azhar Press 2018)


#BukanSembarangBendera
#BelaKalimatTauhid
#BelaBenderaTauhid

Selasa, 16 Oktober 2018

Puncak Kemaksiatan Itu Demokrasi



LENTERA KEBANGKITAN

Puncak Kemaksiatan Itu Demokrasi

Kita berada di zaman now yakni di era peradaban demokrasi kapitalisme yang lahir dari rahim najis nan kotor ideologi iblis dajjal yang bernama akidah kufur sekulerisme yang sangat liberalistik dan sangat hedonistik yang menuhankan kepentingan, materi dan kepuasan syahwat hawa nafsu belaka.

Di peradaban demokrasi kapitalisme saat ini segala bentuk kemaksiatan begitu sangat suburnya dari maksiat paling kecil hingga maksiat paling besar laksana tumbuhnya jamur di musim penghujan. Peradaban demokrasi kapitalisme saat ini sejatinya merupakan rangkuman dari segala bentuk kemaksiatan yang pernah dilakukan oleh kaum-kaum terdahulu.

Demokrasi kapitalisme hanya menjadi biang kemaksiatan dan hanya kian suburkan segala bentuk kemaksiatan di zaman now ini. Lihatlah dalam peradaban sampah demokrasi kapitalisme tersebut begitu sangat suburnya perilaku bejat nan amoral dan tidak manusiawi, seperti:

Penjajahan gaya baru; perbudakan gaya baru; pembunuhan massal; terorisme yang dilakukan negara demokrasi dan radikalisme yang dilakukan oleh negara demokrasi; LGBT; komunisme; kumpul kebo; incest; pemerkosaan; dugem; aborsi; pornografi-pornoaksi; prostitusi; kriminalitas; bunuh diri; kenakalan remaja; mirasantika; korupsi; hoax teriak hoax; ekonomi ribawi; penjualan aset penting negara; utang ribawi yang dilakukan negara; menipu rakyat dan menindas rakyat melalui sejumlah kebijakan dan UU yang pro asing dan aseng; mengundang para penjajah kafir kapitalis seperti RRC, AS, Eropa, IMF dan Bank Dunia serta perusahaan-perusahaan multinasional; menyerahkan tambang emas berton-ton segunung di Papua kepada Freeport; menyerahkan 2/3 wilayah NKRI ke asing; menyerahkan 80% lebih SDA dan migas NKRI ke asing dan aseng; mendatangkan jutaan tenaga kerja asing dari Cina baik legal maupun ilegal; liberalisasi ekonomi baik hulu maupun hilir termasuk CAFTA, MEA, liberalisasi migas, menghapus subsidi rakyat, menaikkan berkali-kali harga BBM secara diam-diam, menaikkan TDL diam-diam, impor beras, impor garam, dll; liberalisasi seluruh aspek kehidupan; menjadikan pajak sebagai sumber utama devisa negara; membuat hukum kian tumpul ke atas dan hanya tajam ke bawah yang berujung hukum hanya tumpul ke kafir dan hanya tajam ke Islam, dan lain-lain.

Dan kemaksiatan terbesar di peradaban demokrasi kapitalisme tersebut adalah mencampakkan hukum-hukum Allah SWT (Syariah Islam: Al-Quran dan As-Sunnah) bahkan justru dengan sok pintar dan sangat sombongnya para pemuja dan penikmat demokrasi tersebut membuat dan mengadopsi serta menerapkan sistem thagut hukum kufur demokrasi kapitalisme sekulerisme melalui legislasi regulasi berupa Perppu dan UU kufur yang sangat bertentangan dengan akidah Islam dan parahnya pun mereka berani terang-terangan mempersekusi dan mengkriminalisasi Ulama dan aktivis dakwah serta mengkriminalisasi ajaran Islam perihal Tauhid, Dakwah, Jihad, Syariah dan Khilafah.

Karena itulah, demokrasi kapitalisme sekulerisme tersebut sejatinya adalah puncak kemaksiatan di zaman now ini. Demokrasi kapitalisme sekulerisme tersebut adalah berhala gaya baru di zaman modern saat ini yang hanya akan terus-menerus mengundang segala bencana, baik bencana sosial-politik-ekonomi maupun bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, likuifastik, pemanasan global, kerusakan ekosistem bumi, polusi darat-laut-udara, banjir bandang, tanah longsor, gunung meletus, lumpur lapindo, kebakaran hutan, kabut asap, dan lain-lain.

Sungguh demokrasi hanya kian terus-menerus mengundang murka, laknat dan azab Allah SWT semata. Karena itu, masihkah percaya demokrasi kapitalisme sekulerisme tersebut..?! Dan masihkah layak demokrasi kapitalisme sekulerisme tersebut tetap dipertahankan..?!

Allah SWT berfirman:

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?." (QS. Al-Maidah: 50)

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha: 124)

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rûm: 41)

Dalam ayat yang mulia ini, Allah SWT menyatakan bahwa penyebab utama semua kerusakan [Karena huruf alif dan lam di awal kata al-fasâd bermakna lil istigrâq yang memberikan makna semua atau seluruh-red] yang terjadi di muka bumi dengan berbagai bentuknya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia. Ini menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti kerusakan yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi.

Imam Abul ‘Aliyah ar-Riyâhi [Beliau adalah Rufâi’ bin Mihrân ar-Riyâhi (wafat tahun 90 H). Seorang Tabi’in senior yang terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah Saw. Lihat: Taqrîbut Tahdzîb hlm. 162] mengatakan, “Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi berarti dia telah berbuat kerusakan di muka bumi, karena bumi dan langit itu baik dengan sebab ketaatan (kepada Allah SWT-pent)” [Dinukil oleh Imam Ibnu Katsîr dalam tafsir beliau (3/576)]

Imam asy-Syaukâni rahimahullah ketika menafsirkan ayat di atas mengatakan, “(Dalam ayat ini) Allah menjelaskan bahwa perbuatan syirik dan maksiat adalah sebab timbulnya (berbagai) kerusakan di alam semesta” [Fathul Qadîr (5/475)]

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

"Dan musibah apa saja yang menimpa kamu, maka itu disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri." (QS. Asy-Syûra: 30)

Syaikh Abdurrahmân as-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini mengatakan, “Allah SWT memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan…” [Taisîrul Karîmi Ar-Rahmân, hlm. 759]

Allah SWT pun berfirman:


وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96)

Oleh karena itulah sebagai bukti keimanan dan ketaatan atau ketaqwaan kita kepada Allah SWT, maka sudah tiba saatnyalah untuk segera mencampakkan dan menumbangkan demokrasi kapitalisme sekulerisme biang bencana dan puncak kemaksiatan tersebut ke dalam tong sampah peradaban dunia. Dan sudah tiba saatnyalah kita hijrah secara kaffah ke dalam sistem Islam kaffah dalam bingkai Khilafah Rasyidah Islamiyah untuk hidup yang lebih baik penuh berkah dan untuk Indonesia serta untuk dunia yang lebih baik penuh rahmah dan penuh berkah.

Allah SWT berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa (menjadi Khilafah) di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. An-Nuur: 55)

Wallahu a'lam bish shawab. []

#HijrahKeIslamKaffah
#2019TumbangkanDemokrasi
#2019TegakkanKhilafah
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahAdalahSolusi []

@Zakariya al-Bantany

Sabtu, 13 Oktober 2018

Mengenal RIBA karena menyaksikan AZAB KUBUR



Nama saya Indra Firmansyah, mulai merasa penuh keresahan dalam hidup sejak tahun 2015.

Saya menghubungi ustadz Abu Fida (sesama orang tua wali murid di TK Sunda Kelapa) melalui sambungan telephon untuk menyatakan pertobatan dan berazzam untuk memperbaiki ibadah yang selama ini dilaksanakan alakadarnya saja.

2015 s.d. juli 2017 saya menjalankan ibadah dengan baik tetapi kenapa hati ini masih galau.

Bingung dan resah makin melanda. Dan datanglah berita duka cita itu, bulan juni atau juli 2017, salah satu sahabat baik saya meninggal dunia.


Seorang Kacab sebuah Bank plat merah dengan logo pita berlatar belakang warna biru itu meninggalkan saya dan kami semua.

Sahabat yang baik, yang rajin sholat, selalu tahajjud (pada waktu jalan2 ke pulau disaat yg lain sibuk karaoke, main musik, main kartu, minum bir, beliau bertahan di kamar dan tahajud), bos yang baik, royal dalam berbagi, meninggal dunia di umur 43 tahun.


Saya dan beberapa teman dari kantornya ikut mengantar sampai ke pemakaman di karet tengsin depan citywalk sudirman.
Alhamdulillah, pemakaman berjalan lancar, lau doa penutup pun dilantunkan ustadz.


 Selesai berdoa kami semua siap2 beranjak pulang, lalu.... masalah dimulai....
Datanglah rombongan jenazah lain menuju lokasi kuburan sahabat kami, lalu serta merta seorang ibu menghampiri dan bertanya, "Kenapa lubang kuburan anak saya dipakai?".


Subhanallah, ternyata hari itu ada 2 jenazah yang akan dimakamkan, dan jenazah kawan saya telah salah dimakamkan di liang lahat orang lain.


Keluarga sahabat saya berusaha bernegosiasi agar jenazah kedua bersedia dimakamkan di liang lahat yang seharusnya milik teman saya.


 Tetapi keluarga jenazah kedua bersikukuh ingin agar jenazah teman saya digali lagi dan  dipindahkan.


Segala upaya dilakukan tetapi pada akhirnya, makam sahabat saya di gali lagi... saya dan teman2 saya yg lain membatalkan diri untuk pulang dan memilih bertahan untuk ikut membantu proses penggalian ulang dan pemindahan jenazah sahabat saya.


Proses penggalian pun dimulai, dan subhanallah, saat liat lahat baru berhasil digali setengahnya, ujung2 papan baru terlihat sedikit, kami semua saling pandang satu sama lain dan merasakan jantung berdegup kencang, karena kami semua mencium bau khas seperti rambut terbakar, bau sangit seperti ada yang terbakar.


Ibu sahabat saya sontak pingsan saat itu juga dan menimbulkan kekacauan dan teriakan dari ibu2 lain.


Penggalian di lanjutkan dan.... Subhanallah... kami semua melihat papan liat lahat yang sudah menghitam, serta jenazah yang sudah berasap denga  kain kafan yang hangus, dan bau daging terbakar tercium sangat kencang sekali.... kami semua berteriak subhanallah, astaghfirullah, semua lafadz yang kami ingat kami bacakan.... para penggali makam loncat keluar dari liang lahat lalu berlari menjauh.

Ya Allah... sahabat kami yang rajin sholat dan royal dalam berbagi, baik hati dan disenangi bawahan, Engkau buka aibnya kepada kami, dosa apa yang ia pikul sampai ia merasakan dibakar di alam kubur padahal belum 1 jam makamnya ditutup.


Keluarga jenazah kedua pun merasa bersalah dan mengikhlaskan sahabat saya tetap dikubur di liang lahat itu, lalu, subhanallah.... para penggali kubur cepat2 menurunkan tanah tanpa menyusun lagi papan2 yang sudah menghitam dan sebagian sudah patah2 serta rapuh.


Ya Allah.... engkau azab sahabatku, engkau buka aibnya, dan engkau buat ia dikubur lsg dengan tanah.... Ya Allah dosa apakah ini..... Allah Maha Pengasih dan Penyayang, ibu sahabat saya dilindungi dari melihat kondisi anaknya dengan cara dipingsankan sebelum penggalian selesai.


Selesai acara penguburan lalu saya dan teman2 bersepakat untuk belajar mengaji dan mencari tahu dosa apa sampe azabnya seperti itu.


satu bulan kami keliling2 mendatangi pengajian, lalu kami semua sepakat berhenti dari profesi kami sebagai karyawan bidang keuangan.

Satu teman saya sekarang menduda karena istrinya menolak dia mengundurkan diri dari pekerjaannya..... tapi Allah buktikan janjinya, setelah berhenti kerja, dia skrg berjualan susu kefir dengan omzet sama seperti gajinya saat dia bekerja sebagai karyawan di lembaga keuangan.

Itu lah awal mula saya mengenal riba dan akhirnya di referensikan oleh ustadz abi fida untuk masuk ke grup KTR jabodetabek di bulan agustus 2017.... semoga bermanfaat.



Seperti yg diceritakan pak indra waktu pertemuan komunitas tanpa riba di rumah adik saya (red-Saya = Eka Melala bisa search di FB )  Aramiko Gayo di cileduk (komp yayasan peruri) tgl 7 oktober 2018...cerita ini asli... Dan tdk ada unsur menakut nakuti....

*Mudah mudahan share artikel ini termasuk kategori syiar dalam kebaikan ..

Kamis, 11 Oktober 2018

Kecintaan Anggota HTI Terhadap Rakyat Indonesia



Ba'da Isya jam 19.20 WITA ada seorang warga korban gempa dan tsunami. Beliau datang meminta bantuan untuk mengaliri listrik di tenda pengungsian. "Assalamualaikum ustadz, saya warga korban gempa, mohon berkenan membantu aliran listrik agar di tenda pengungsian kami menjadi terang, kasian anak-anak. Saya punya dua orang anak". Ujar pengungsi dengan nama EM (nama inisial).

"Baik, saya akan penggil yang ahli di bidangnya" ujar kordinator nasional relawan, kemudian saya segera memanggil seorang ustadz yang ahli di bidang listrik. Kebetulan kami memiliki 1 mesin diesel untuk pengaliran listrik.

Sebelum berangkat ke tenda pengungsian, pak EM bertanya "Bapak relawan dari mana?" Saya jawab " saya dari relawan #IslamSelamatkanNegeri".

Beliau masih penasaran dan terus menggali lebih jauh, "maksud saya bapak dari organisasi mana?" Tanya pak EM dengan muka penuh ingin tahu.

Saya jawab lagi " kami dari relawan #IslamSelamatkanNegeri ".
Kemudian beliau bertanya lagi dengan spesifik " bapak ngaji di HTI?" Karena seorang muslim tak boleh berbohong saya jawab " iya, saya ngaji di HTI".

Ternyata responnya tak saya duga, beliau langsung berdiri kemudian mengatakan "saya termasuk orang yang tidak setuju HTI dicabut BHP nya, kiprah HTI terhadap bangsa dan negara tidak perlu diragukan lagi. Buktinya sudah terlalu banyak, orang-orang HTI hadir menemani, membimbing shalat dan mengaji al-Qur'an terhadap kami dan anak-anak kami di sini. Mereka tetap hadir meski BHP nya dicabut, mereka hadir tanpa menunjukan identitas organisasinya". Tegas pak EM

Mendengar pernyataan tersebut saya terharu dan ada pertanyaan lebih yang mengganjal di benak saya, kenapa pak EM mengetahui istilah BHP.

"Mohon maaf, bapak paham istilah BHP dari mana?" Tanya saya
"Saya ini advokat, pak. Rumah saya hancur". Jawab pak EM.
"Kita satu profesi pak, advokat" jawab saya

Demikianlah sekelumit cerita di lapangan,

Ayo bangkit masyarakat Palu, insyaallah kami akan ada bersama kalian.

Wallahualambishawab

Palu, 8 Oktober 2018.

Chandra Purna Irawan,SH.,MH.
Koordinator Nasional Relawan #IslamSelamatkanNegeri

Related Posts with Thumbnails

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam