Dari berbagai
aspeknya, LGBT hanya menimbulkan masalah dan masalah saja. Tapi sistem yang
berlaku seakan mati kutu. Lain cerita kalau sistemnya diganti dengan Islam.
Dengan mudah LGBT bisa diberantas hingga ke akar-akarnya. Memang bagaimana
Islam memberikan solusinya? Solusi Islam dari berbagai aspeknya terjawab tuntas
dalam wawancara wartawan tabloid Media Umat Joko Prasetyo dengan Khadim Ma'had
Syaraful Haramain KH Hafidz Abdurrahman. Berikut petikannya.
Bagaimana bisa, Indonesia yang
mayoritas berpenduduk Muslim tetapi LGBT merajalela?
Maraknya LGBT tidak
terlepas dari khitthah (strategi)
penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara penjajah di negeri Muslim terbesar
ini. Strategi ini melengkapi strategi lain, yang bertujuan untuk melemahkan
ketahanan negeri Muslim terbesar ini, dengan merusak SDM-nya. Selain
liberalisasi di bidang pemikiran, perilaku, politik dan ekonomi. Namun,
strategi ini tidak akan berjalan, jika tidak ada kongkalikong di antara para
agen penjajah, baik yang duduk di pemerintahan, NGO maupun yang lain.
Bagaimana tidak, Rusia
saja, yang bukan negeri Muslim, melarang LGBT. Singapura, yang kehidupan
sosialnya lebih liberal, juga melarang LGBT. Anehnya, Indonesia, yang mengakui
lebih religius, berketuhanan, berkeadaban dan berperikemanusiaan, ternyata membolehkan
perilaku menyimpang yang tidak dilakukan oleh hewan sekalipun. Di mana
keadaban, bahkan perikemanusiaannya?
Selain itu, LGBT
sebagai gerakan untuk membatasi jumlah penduduk bahkan telah diratifikasi,
sebagai salah satu cara untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yang terus
bertambah mengikuti deret ukur. Sementara pertumbuhan ekonomi mengikuti deret
hitung. Karena itu, gerakan ini benar-benar didukung oleh negara-negara
penjajah, dengan mengatasnamakan HAM.
Lantas baqaimana Islam
memberikan solusinya?
Islam sudah memberikan
solusi masalah ini dengan tuntas dengan menurunkan syariah Islam, yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk bagaimana syariah Islam memberikan
solusi untuk menyelesaikan masalah seksual yang dialami oleh manusia, dengan
benar (shahih) dan tidak janggal (ghair syadz). Itu hanya satu, yaitu dengan
menikahi pasangan lawan jenis, pria dengan wanita.
Perlu dicatat, solusi
yang digunakan oleh manusia untuk menyelesaikan masalah seksualnya, kadang ada
yang salah (khatha'), seperti zina. Ada
yang bukan saja salah, tetapi juga janggal (syadz), seperti sodomi, yang
dipraktikkan kaum Sodom.
Solusi Islam secara teknis?
Secara teknis,
jangankan sebagai gerakan, gejala munculnya LGBT pun harus dicegah sejak dini.
Karena, LGBT ini merupakan bentuk penyimpangan, bukan fitrah. Dimulai dari pendidikan dan pembiasaan anak oleh orang
tuanya. Misalnya, Nabi SAW mengajarkan, anak-anak, meski masih kecil, tidak
boleh memakai sandal atau pakaian laki-laki bagi perempuan, atau sandal
perempuan bagi laki-laki.
Tidak hanya itu, Nabi
SAW menitahkan, agar sejak usia tujuh tahun, mereka dipisahkan tempat tidurnya.
Laki dengan perempuan dipisahkan. Laki dengan laki pun harus dipisahkan
ranjangnya. Begitu juga perempuan dengan perempuan. Ini semua bagian dari
pendidikan dan pembiasaan anak sejak usia dini.
Jika sejak dini telah
dibiasakan dan dididik sedemikian rupa, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi
yang sehat. Tidak mengalami penyimpangan perilaku.
Solusi Islam secara yuridis?
Secara yuridis, selain
LGBT ini diharamkan, dan dianggap sebagai penyimpangan, maka LGBT ini harus
ditindak, dan dibasmi hingga ke akar-akarnya. Mulai dari pembiasaan sejak dini,
mindset hingga sanksi, semuanya ada
dalam Islam. Ini bukti, bahwa Islam benar-benar menyelesaikan masalah ini
hingga ke akar-akarnya.
Dalam konteks yuridis,
ketika Islam menetapkan LGBT merupakan penyimpangan, Islam ielas mengharamkan.
Tidak hanya itu, Islam juga memberlakukan sanksi yang keras dan tegas, yaitu
dibunuh. Bahkan dengan cara yang sadis, karena dianggap ini merupakan tindakan
yang menjijikkan, dan tak pantas dilakukan oleh manusia.
Solusi Islam secara filosofis?
Secara filosofis, LGBT
jeIas merupakan penyimpangan dari fitrah manusia, karenanya justru melanggar
HAM. Karena sehewan-hewannya hewan pun tak ada yang melakukannya, apalagi
manusia. Karena itu, mindset bahwa ini
merupakan penyimpangan fitrah, justru yang harus ditanamkan sejak dini, dan
tidak boleh dimaklumi sehingga dianggap wajar. Menyatakan LGBT adalah fitrah,
jelas merupakan penyesatan. Karena faktanya bukan.
Ketika, LGBT ini
dinyatakan sebagai penyimpangan dalam Islam, maka hanya ada satu solusi dalam
Islam, diberantas hingga ke akar-akarnya. Berbeda jika LGBT ini dianggap
sebagai fitrah, maka solusinya tentu bukan diberantas tetapi dimaklumi bahkan
dilindungi. Ini kesalahan filosofis. Kesalahan cara pandang dan perspektif
dalam melihat LGBT ini.
Solusi Islam secara ideologis?
Secara ideologis,
yaitu dari aspek fikrah dan thariqah, jika Islam diterapkan secara
menyeluruh, maka penyimpangan seperti LGBT ini tidak ada dan berkembang seperti
saat ini. Karena, ketika Islam diterapkan secara menyeluruh, mulai dari
kehidupan individu, keluarga, masyarakat hingga negara, maka pencegahan dan
penanggulangan terhadap penyimpangan seperti ini dengan mudah dilakukan.
Begitu juga, ketika
Islam secara menyeluruh diterapkan sejak usia dini, anak-anak, remaja, dewasa
hingga tua renta, maka pencegahan dan penanggulangan terhadap penyimpangan
seperti ini juga dengan mudah bisa dilakukan.
Hanya saja, semuanya
itu tidak mungkin diwujudkan, jika sistem yang dipraktikkan dalam kehidupan
individu, keluarga, masyarakat dan negara bukan sistem Islam. Mempraktikkan
sistem Islam secara menyeluruh dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat
dan negara hanya bisa diwujudkan dalam Negara Khilafah.
Mengapa harus khilafah, apakah
semua solusi tersebut tidak bisa ditegakkan dalam sistem pemerintahan lain?
Jelas tidak. Secara
teknis, filosofis, yuridis hingga ideologis faktanya tidak bisa. Bahkan, yang
lebih mengerikan, sebagaimana yang dinyatakan Dede Utomo (entah kebenarannya)
ketika LGBT juga ada di pesantren yang notabene lembaga pendidikan Islam. Terlebih,
ketika LGBT telah menjelma menjadi gerakan, yang berkolaborasi dengan agen
penjajah di berbagai lini, secara bersama-sama melakukan penghancuran terhadap
negeri kaum Muslim. Maka, satu-satunya solusi tuntas masalah ini adalah Islam
yang diterapkan secara kaffah oleh khilafah. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 211
Tidak ada komentar:
Posting Komentar