Bahaya Akidah Sekularisme Berkedok Salafi
……
Kaum wahabi (yang berpusat di Riyadh) dengan bantuan Inggris melakukan
pembangkangan bersenjata (peperangan bughot) terhadap Khilafah
Utsmaniyah, Inggris memberikan bantuan dana dan senjata kepada kaum
wahabi dan dikirim melalui India. Mereka berusaha merampas
wilayah-wilayah yang dikuasai oleh kekhilafahan Utsmaniyah agar mereka
bisa mengatur wilayah tersebut sesuai dengan paham wahabi, kemudian
mereka menghilangkan madzhab lain dengan kekerasan. Sehingga kaum wahabi
mengalami penentangan dan bantahan yang bertubi-tubi dari para ulama,
pemimpin dan tokoh masyarakat yang menganggap pendapat wahabi
bertentangan dengan pemahamam kitabullah dan sunnah. ….
Kaum
wahabi tahun 1788 M menyerang dan menduduki Kuwait serta mengepung
Baghdad, tahun 1803 menyerang dan menduduki Makkah. Pada tahun 1804
menduduki Madinah …. Setelah menguasai seluruh daerah Hijaz, mereka
begerak ke daerah Syam, tahun 1810 menyerang Damaskus dan Najaf.
Khilafah Utsmaniyah mengerahkan kekuatan menghadapinya tetapi tidak
berhasil, sehingga Khilafah Utsmaniyah meminta bantuan Gubernur Mesir
Muhammad Ali, Muhammad Ali mengutus anaknya Thassun untuk memerangi kaum
wahabi dan berhasil menghancurkan Wahabi pada tahun 1818 M, ketika
itulah kekuatan senjata wahabi mulai surut dan hanya tinggal beberapa
kabilah saja (lihat 3, hal 251-254).
Tetapi dengan bantuan Inggris akhirnya kaum wahabi berhasil melepaskan diri dari Khilafah Ustmaniyah, mereka mendirikan kerajaan yang turun temurun diperintah oleh Ibnu Saud …. Sangat nyata taktik yang dilakukan oleh Inggris dalam mencerai-beraikan Khilafah Utsmaniyah, yakni dengan mempertentangkan wahabi dengan madzhab lainnya (adu domba), sehingga wilayah-wilayah tersebut lepas dari genggaman kekhilafahan Utsmaniyah dan Inggris dapat menguasainya secara politik.
Begitulah, kaum wahabi menyebarluaskan paham mereka melalui peperangan bersenjata, mengacungkan pedang kepada Khalifah, menyerang kaum muslimin di daerah Arab, Iraq, Syam dan Kuwait, memaksa kaum muslimin didaerah yang mereka kuasai untuk menanggalkan madzhab mereka dan menggunakan paham wahabi saja, karena mereka meyakini bahwa hanya paham wahabi yang boleh eksis di dunia. ….
Tetapi dengan bantuan Inggris akhirnya kaum wahabi berhasil melepaskan diri dari Khilafah Ustmaniyah, mereka mendirikan kerajaan yang turun temurun diperintah oleh Ibnu Saud …. Sangat nyata taktik yang dilakukan oleh Inggris dalam mencerai-beraikan Khilafah Utsmaniyah, yakni dengan mempertentangkan wahabi dengan madzhab lainnya (adu domba), sehingga wilayah-wilayah tersebut lepas dari genggaman kekhilafahan Utsmaniyah dan Inggris dapat menguasainya secara politik.
Begitulah, kaum wahabi menyebarluaskan paham mereka melalui peperangan bersenjata, mengacungkan pedang kepada Khalifah, menyerang kaum muslimin di daerah Arab, Iraq, Syam dan Kuwait, memaksa kaum muslimin didaerah yang mereka kuasai untuk menanggalkan madzhab mereka dan menggunakan paham wahabi saja, karena mereka meyakini bahwa hanya paham wahabi yang boleh eksis di dunia. ….
Tindakan
kaum wahabi membangkang dan mengacungkan pedang kepada khalifah dari
Khilafah Utsmaniyah, sungguh pembangkangan yang nyata kepada seorang
Khalifah yang telah diangkat kaum muslimin, dalam hukum syara’ ini
disebut bughat. Pelaku bughat harus diperangi oleh Khalifah, sampai
mereka kembali tunduk kepada khalifah…..
Sangat
kontradiksi dengan pembangkangan wahabi terhadap Khilafah Utsmaniyah,
di mana saat ini salafi tidak berani menentang penguasa sekuler di
tempat mereka menetap, mereka menyalahgunakan ayat lain untuk menyatakan
ketaatannya kepada penguasa sekuler itu,….
Sungguh
ironis, mereka membangkang kepada Khilafah Utsmaniyah yang menjalankan
Sistem Islam, tetapi saat ini mereka bemesraan dengan para penguasa
sekuler menentang hukum Islam di tempat mereka menetap, baik penguasa
kerajaan, presiden, maupun diktator militer. Salafi meyakini harus ta’at
kepada penguasa sekuler, meskipun ia telah berbuat dzalim kepada
rakyatnya dan bermaksiat kepada Allah SWT dengan tidak menerapkan
hukum-hukum Allah SWT keseluruhan. ((Bahkan Rezim Si Raja Saudi ikut
membantu, menolong, bekerjasama dengan militer Amerika kafir penjajah
dalam memerangi dan membantai Kaum Muslimin !!!))
Siapa
saja di antara kalian mengambil mereka (orang-orang kafir) sebagai
wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim. (Qs. al-Maa'idah [5]: 51).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. (Qs. Ali-'Imraan [3]: 118).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. (Qs. Ali-'Imraan [3]: 118).
…..
Ini sungguh sikap yang tidak terpuji, pengecut dan menjauhkan umat dari
pemahaman Islam yang benar, karena penguasa-penguasa itu telah
bermaksiat kepada Allah ketika tidak menerapkan hukum-hukum Allah swt.
Bahkan jika salafi mempunyai keberanian mengkritik penguasa dan
mengungkapkan kemaksiaatannya, kemudian penguasa membunuhnya maka ia
mati syahid, inilah puncak segala amal ibadah karena syurga balasannya,
Seutama-utamanya jihad adalah ucapan/menyampaikan (kata-kata) yang haq di hadapan penguasa yang zalim. [HR Ahmad, At-Tirmidzi dan Nasa’i].
Pemimpin para Syuhada adalah Hamzah, dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa yang dzalim kemudian (ia) menasehatinya, lalu penguasa tadi membunuhnya. [HR Hakim].
Pemimpin para Syuhada adalah Hamzah, dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa yang dzalim kemudian (ia) menasehatinya, lalu penguasa tadi membunuhnya. [HR Hakim].
Tidak ada ketaatan kepada seseorang dalam hal kemaksiatan kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan itu dalam hal kebaikan. [HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan An-Nasa’i].
Ketaatan itu hanyalah dalam perkara yang ma’ruf. [HR Bukhari dan Muslim].
Ketaatan itu hanyalah dalam perkara yang ma’ruf. [HR Bukhari dan Muslim].
Bukankah
salafi telah mengabaikan sunnah Rasulullah saw yang mulia dalam
mengkritik penguasa dan mengungkapkan kemaksiaatan yang telah
dilakukannya?. Bukankah terbunuhnya para ulama karena menasehati
penguasa semisal Al-Banna dan Qutb setara dengan syahidnya Hamzah dalam
perang Uhud. Lantas seperti apakah salafush-shalih (salafi) yang asli?, Apakah membebek kepada penguasa dengan membuat fatwa-fatwa yang sesuai keinginan penguasa sekuler ….?
((Paham
Sekularisme menyatakan agama tidak boleh ikut campur dalam
bermasyarakat dan bernegara secara total. Paham ini jika diyakini maka
pelakunya kafir. Paham sekularisme jika diamalkan tanpa diyakini maka
pelakunya mendapat dosa besar))
……
2.
Kaum wahabi (yang merupakan awal da’wah salafi) telah melakukan
pembangkangan (bughat) dengan bantuan dana dan senjata dari Inggris
terhadap kekhilafahan Utsmaniyah (yang kekuasaannya sah menurut hukum
Islam). Sikap ini sungguh bertentangan dengan ajaran Rasulullah saw yang
mulia, untuk ta’at kepada Amirul mu’minin (penerap sistem Syariah
Islam).
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, serta ulil amri diantara kalian. (Qs. an-Nisaa' [4]: 59).
3.
Sikap kaum wahabi yang menentang kekhilafahan Utsmaniyah, bertolak
belakang dengan sikap salafi yang tidak berani mengkritik dan
mengungkapkan kemaksiaatan penguasa sekuler yang tidak menerapkan
hukum-hukum Allah swt, hal ini dilakukan dengan dalih untuk kepentingan
da’wah mereka. Mereka lebih mengutamakan dunia daripada akhiratnya,
padahal memberikan kritik kepada penguasa sekuler merupakan bagian dari
jihad.
4.
Para tabi’in yang harus kita teladani kehidupannya, mereka mengkritik
penguasa dengan keras dan terang-terangan, semisal kisah tabi’in Sa’id
bin Musayyab, Hasan Al-Basri, dll, merekalah salafush-shalih yang asli.
Sedangkan mereka-mereka yang tidak berani mengkritik penguasa dan
mengungkapkan kemaksiaatan mereka, bermesraan, serta membuat fatwa-fatwa
yang sesuai dengan keinginan penguasa, kemungkinan besar
salafush-shalih (salafi) palsu!
Dicuplik dari hayatulislam.net
*Tulisan asli yang utuh selain yang dikutip di sini perlu sikap kritis atasnya