Sehat Lahir Dan Batin
Keempat:
Kemampuan Fisik
Pada suatu hari beliau lewat di dekat sekelompok pemuda yang sedang berlatih memanah, beliau berkata kepada
mereka: “Bidiklah, wahai Bani Ismail, karena sesungguhnya nenek-moyang kalian
adalah pemanah”. [HR. Bukhari]
“Dalam
setiap lari kuda diikatkan kebaikan sampai Hari Kiamat”. [HR. Bukhari, Muslim dan An-Nasa`i]
“Segala
sesuatu selain dzikir kepada Allah adalah sia-sia atau melalaikan, kecuali
empat perkara: Berjalannya seseorang antara dua tujuan, melatih kudanya,
mencumbu istrinya dan belajar berenang”. [HR. Al-Bazzar, At-Thabrani]
Diriwayatkan
oleh Aisyah r.a. beliau berkata:
“Nabi
Saw. mendahuluiku berlari kemudian aku berhasil melewatinya dan
kita terus berlari sampai aku capek, dia menyusulku
kemudian aku menyusulnya, kemudian beliau berkata: Demikianlah seharusnya”. [HR. Ahmad]
Kelima:
Menghindari
hal-hal yang kotor
Diharamkan:
1.
Babi
2.
Bangkai
3.
Darah
(yang cair mengalir)
4.
Keledai
jinak, bighal (sejenis kuda tapi kecil)
5.
semua
binatang yang bertaring, bergading atau bercula selain ikan.
“Rasulullah Saw. melarang dari semua
binatang buas yang bertaring dan semua burung yang berkuku atau bercakar tajam”. [HR. Muslim]
6.
al-Jallalah: Yaitu binatang yang sebagian besar makanannya adalah
bangkai. Dalam sebuah hadits disebutkan: “Nabi Saw. melarang dari daging
al-jallalah dan susunya”. [HR. Abu Dawud
dan At-Tirmidzi]
7.
Pengharaman
semua benda yang bersifat najis, seperti kotoran binatang dan tinja.
Ada seseorang yang bertanya kepada Ibnu Umar tentang landak maka seorang
syeikh yang berada disitu berkata: “Aku mendengar Abu Hurairah r.a. berkata:
Ditanyakan tentang hal itu kepada Rasulullah Saw. maka beliau menjawab: “Itu
adalah binatang kotor”. [H.R. Ahmad]
8.
Berbagai
macam rokok, seperti ganja, tembakau dan lainnya yang telah terbukti bahayanya
bagi kesehatan.
9.
Pengharaman
khamr
Keenam:
Menghindari
maksiyat
Nabi Saw. bersabda:
“Seseorang pezina tidak beriman ketika dia
berzina, peminum khamar tidak beriman ketika dia sedang minum dan pencuri tidak
beriman ketika dia mencuri...” [HR. Bukhari, Tahdzib Sunan Abu Dawud peng. Ibnu
al-Qayyim]
“Apa yang Aku larang maka jauhilah dan apa
yang Aku perintahkan maka kerjakanlah sesuai dengan kemampuanmu.” [HR. Muslim, An-Nasa`i, al-Adzkar
peng. An-Nawawi]
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan
itu menutup hati mereka”.
(QS. Al-Muthaffifin (83):14)
Itu adalah الران (ar-raana)
“Apa yang Aku larang maka hindarilah”. [HR. At-Tirmidzi, an-Nasa`i, Ibnu
Majah]
Rasulullah Saw. berkata:
“Semua anak Adam sering berbuat dosa dan
salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah orang yang suka bertaubat”. [HR. At-Tirmidzi]
“Wahai anak Adam andaikan dosa-dosamu
sampai menyentuh langit kemudian kamu meminta pengampunan-Ku, niscaya Aku
ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan Aku tidak memperdulikannya”. [HR. At-Tirmidzi, al-Adzkar lin Nawawi, al-Jami’ush
Shagir lis-Suyuthi]
Ketujuh:
Mengatasi
Maksiat Hati
1.
Hasad atau iri-hati.
hasad adalah harapan seseorang agar nikmat orang lain hilang. Nabi Saw.
bersabda:
“Tidak ada hasad atau iri kecuali dalam dua
hal, pertama orang yang diberi harta oleh Allah kemudian menggunakannya dalam
kebajikan dan orang yang diberi ilmu oleh Allah kemudian dia mengamalkannya dan
mengajarkannya kepada orang lain”. [HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi]
2.
Berprasangka
buruk. Nabi Saw. bersabda:
“Jauhilah berprasangka atau الظن, karena berprasangka adalah dusta yang paling besar”. [HR. Bukhari, Muslim]
3.
Marah.
Ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Saw. dan berkata: “Wahai
Rasulullah perintahkan kepadaku dengan suatu perbuatan yang sedikit?” Nabi
menjawab: “Jangan marah”, orang itu mengulangi permintaannya dan Nabi
memberikan jawaban yang sama: “Jangan marah”. [HR. Bukhari]
4.
Bakhil
/ Kikir. Nabi Saw. berkata:
“Dua serigala buas yang dilepaskan dalam
kandang ternak tidak lebih berbahaya daripada cinta kehormatan, harta dan
pangkat dalam agama seorang muslim”. [HR. At-Tirmidzi, An-Nasa`i]
5.
Riya`. atau pamer adalah mengerjakan perbuatan bukan
karena Allah akan tetapi agar dilihat manusia.
Nabi Saw. berkata:
“Barangsiapa berbuat karena ingin dilihat
maka Allah akan menampakkan maksudnya kepada semua orang dan barangsiapa
berbuat ingin didengar orang lain maka Allah akan memperdengarkan maksudnya
kepada semua manusia”, [HR. Mutafaq Alaih]
Hadits qudsi:
“Barang siapa mengerjakan perbuatan bukan
karena Aku, maka pekerjaan itu semuanya untuknya, Aku berlepas diri darinya dan
Aku tidak membutuhkan sekutu”. [Malik fil Muwaththa`]
6.
Takabbur. atau sombong adalah salah satu kejahatan yang
besar. Baik sombong kepada Allah, kepada Rasul, kepada manusia atau sombong
tidak mau menerima kebenaran akidah dan syariah Islam.
Baik kesombongannya berasal dari ilmunya, hartanya, pangkatnya atau
kedudukannya.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Allah SWT berkata: “Kesombongan adalah pakaianku dan keagungan adalah kainku,
barangsiapa melawanku dalam dua hal tersebut Aku akan mengalahkannya”. [HR. Al-Hakim dalam kitab Mustadrak]
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi, dan tidak akan
masuk neraka orang yang di dalam hatinya terdapat keimanan
seberat biji sawi.” [Shahih Muslim]
7.
Penyakit-penyakit hati yang lain,
seperti: namimah (menyebar fitnah), berkata kotor, ghibah (menyebar rahasia aib),
mencintai kemasyhuran dan lainnya.
Kedelapan:
Menghindari
kebiasaan buruk
1. Memanjangkan kuku.
“Sunnah fitrah ada lima: khitan, mencukur
bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan memendekkan kumis”. [Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu
Majah, Imam Ahmad, Imam Malik dan bunyi hadits ini dari Bukhari]
2. Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
“Barakah makanan itu ada jika sebelum makan
berwudlu dulu”, [Sunan Ahmad,
Abu Dawud, at-Timidzi]
“Barangsiapa ingin diperbanyak kebaikan
dalam rumahnya maka berwudlulah sebelum makan dan sesudahnya” [Sunan Ibnu Majah, al-Jami’ush Shagir peng. Suyuthi], yang dimaksud wudlu disini adalah
cuci-tangan.
3. Tidur setelah makan.
“Hancurkan makananmu dengan dzikir dan
shalat dan jangan tidur setelah makan maka hatimu menjadi keras”. [Ibnu Sunni, ath-Thabrani dalam kitab Mu’jam al-Ausath,
al-Baihaqi dalam kitab Syi’a’bul Iman]
4. Tidur dengan sisi kiri atau tidur tengkurap.
Barra` bin Azib ra. berkata,
“Nabi Saw. bersabda, ‘Apabila Engkau hendak tidur, maka berwudlu dahulu, seperti wudlumu ketika shalat, kemudian berbaringlah pada sisi
kanan tubuhmu dan ucapkanlah: “Ya, Allah! Aku pasrahkan diriku kepada-Mu, aku
serahkan segala urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu, dengan
penuh harapan dan kecemasan. Tidak ada tempat bergantung dan berlindung dari
siksaan-Mu, kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada Kitab suci-Mu yang Engkau
turunkan dan kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus.”
Jika engkau mati pada malam itu, niscaya engkau berada dalam keadaan
fitrah (Islam). Jadikanlah kalimat-kalimat tersebut sebagai ucapan
terakhirmu.’” [HR. Bukhari (6313) dan
(6315), Muslim (210), Abu Dawud (5046), (5047), (5049), At Tirmidzi (3391) dan
Ibnu Majah (386)]
Bab
keempat
Manusia
dan Panutan
Rasul Saw. adalah manusia
yang sempurna yang harus diikuti oleh setiap muslim, dalam seluruh aspek kehidupan umat manusia: kehidupan pribadi,
keluarga, maupun sebagai pemimpin masyarakat Islam dan penegak serta kepala
daulah Islam yang mewariskan ideologi Islam (akidah dan sistem syariah Islam
keseluruhan) sesuai dengan firman
Allah SWT:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab (33):21)
ittiba’ (mengikuti) Rasul telah
digambarkan oleh Alquran:
“Dan tiadalah yang diucapkannya (al-Qur’an, as-Sunnah) itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diturunkan (kepadanya),”
(QS. An-Najm (53):3-4)
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan aya-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.” (QS. Al-Jumu’ah (62):2)
Sehat Lahir
Dan Batin