Kembali pernyataan
Amien Rais menimbulkan kegerahan kelompok liberal-sekuler. Tokoh reformasi dan
aksi 212 ini, menyinggung kriteria Partai Allah yang menang dan Partai Setan
yang pasti kalah, dalam sebuah acara keagamaan di Mampang Jakarta Selatan, beberapa
waktu lalu. Kecebong pun blingsatan dan mengadukan pernyataan tersebut kepada
aparat kepolisian dengan tudingan ujaran kebencian. Kalau dengan ucapan itu,
Amien diperkarakan secara hukum, maka pandangan bahwa kepolisian menjadi alat
politik rezim berkuasa yang anti Islam, akan makin menguat.
Kategori partai Allah
(hizbullah) dan partai setan (hizbusyaithan) jelas ada dalam Al-Qur’an.
Antara lain dalam surat Al-Mujadilah. Dari ayat 14-19 dijelaskan karakteristik
partai setan. Antara lain adalah mereka yang menjadikan orang yang dimurkai
Allah sebagai teman, suka berbohong, bersumpah untuk menguatkan kebohongan dan
menghalangi manusia dari jalan Allah. Mereka itu dikuasai setan, hingga lupa
mengingat Allah, bahkan menentang Allah dan Rasul-Nya. Mereka ini oleh Allah
SWT disebut sebagai orang yang hina, merugi dan pasti kalah.
Karena ini merupakan
ayat Al-Qur’an dari Allah SWT, sudah seharusnya yang mendengar tidak perlu
marah, apalagi yang menyerukannya dikriminalisasi dengan tudingan ujaran
kebencian. Karakteristik mereka yang masuk dalam hizbusyaithan
ini bisa menimpa siapa saja. Termasuk partai yang mengklaim berasas Islam atau
menggunakan simbol Islam.
Fakta sejarah politik
sejak zaman Orde Lama hingga kini menunjukkan keberadaan partai setan dengan
sifat-sifat di atas memang ada. Ada partai yang dengan getolnya memperjuangkan
calon pemimpin yang jelas-jelas kafir yang diharamkan oleh Islam. Ada pula partai
yang sangat anti Islam, alergi terhadap perjuangan syariah Islam yang
sesungguhnya berasal dari Allah SWT. Dengan berbagai cara partai tersebut
menghalangi umat Islam untuk memperjuangkan aspirasi syariah Islam yang
sesungguhnya memberikan kebaikan bagi negeri ini. Tidak hanya itu mereka dengan
kekuasaan yang ada melakukan kriminalisasi dengan tudingan yang penuh fitnah
seperti mengancam negeri, memecah-belah dan menyulut konflik.
Partai setan ini juga
menggunakan politik adu-domba dan belah-bambu untuk melemahkan umat Islam.
Menggunakan lisan ulama yang satu untuk menyerang ulama yang lain. Mengangkat
dan memuji satu kelompok Islam dengan menjatuhkan kelompok Islam yang lain.
Lebih berbahaya Iagi,
karakteristik partai setan ini suka berbohong dan menipu. Membangun citra
seolah menyebarkan kebaikan dan menjaga negeri ini, padahal mereka adalah
orang-orang yang menghancurkan negeri ini. Elit-elit politiknya bersekutu
dengan negara-negara imperialis untuk membuat undang-undang dan kebijakan yang
menghancurkan negeri ini, menyengsarakan rakyat. Lewat elit-elit politik
mereka, lahir berbagai UU yang memberikan jalan bagi negara-negara asing
imperialis baik dari Barat maupun Timur untuk merampok kekayaan negeri ini.
Sementara rakyatnya hidup menderita. Di tangan mereka pula, atas nama
demokrasi, negeri ini terancam disintegerasi.
Karakteristik partai
setan ini, memang ingin menghancurkan negeri ini dengan menjauhkannya dari
Islam. Mereka gencar melakukan sekularisasi dan liberalisasi politik maupun
ekonomi Indonesia. Mereka menuding siapapun yang menggunakan agama dalam
berpolitik sebagai pihak yang tidak rasional, mengatasnamakan agama,
diskriminasi, anti kebhinekaan dan tudingan lainnya.
Padahal adalah sangat
jelas dalam pandangan Islam, politik dan Islam tidak bisa dipisahkan. Politik
akan dikuasai oleh orang-orang yang dikuasi setan dengan sistem yang tunduk
kepada hawa nafsu manusia, kalau politik tidak berdasarkan Islam. Akibatnya, orang
dan sistem yang jahat berkuasa, menghancurkan negeri ini.
Namun perlu diingat,
kita juga mengecam pihak-pihak yang hanya memanfaatkan agama untuk syahwat
politiknya. Sebatas menggunakan agama sebagai simbol dan membangun sentimen.
Tidak sungguh-sungguh memperjuangkan Islam. Mereka hanya memanfaatkan agama dan
ulama sebagai kuda tunggangan untuk meraih kekuasaan. Namun setelah berkuasa
tidak menerapkan syariah Islam dan bahkan tidak berpihak pada Islam.
Yang dituntut oleh
Islam, bukan hanya mendudukkan Muslim pada kursi kekuasaan, tapi bagaimana
kekuasaan itu digunakan untuk menerapkan syariah Islam yang akan memberikan
rahmat bagi setiap manusia, baik Muslim maupun non-Muslim. Sebab hanya dengan
syariah Islam inilah, negeri ini akan selamat.
Yang dituntut oleh
Islam adalah memperjuangkan syariah Islam secara totalitas, bukan hanya simbol
atau sentimen. Tapi benar-benar diperjuangkan hingga syariah Islam bisa
diterapkan oleh negara secara kaffah. Untuk itu dibutuhkan orang-orang yang
masuk dalam kategori hizbullah (partai
Allah) seperti tersebut dalam Al-Qur’an.
Dalam surat
al-Mujadilah 22 disebutkan beberapa karekteristik mereka: beriman pada Allah
dan hari akhirat, tidak saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah hizbullah (golongan Allah).
Dan yakinlah
berdasarkan Al-Qur’an, partai Allah inilah yang akan menang dan meraih
keuntungan dunia akhirat. Sementara partai setan dengan pengikutnya pasti kalah
dan mendapat kerugian di dunia dan di akhirat. Tinggal kita memilih berjuang di
mana. ”Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah
itu adalah golongan yang beruntung." (TQS. Al-Mujadilah: 22). Allahu Akbar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar