SUNNATULLAH COBAAN
UJIAN
PEMBAHASAN
KEEMPAT: SUNNATULLAH COBAAN
Pengertian cobaan menurut bahasa: Cobaan atau ibtila’ terambil
dari fi’il ”ibtalaa.” Kata mujarradnya adalah “baliya.” Anda
mengatakan: Balaahu wabalaa’an maksudnya mengujinya. [Ibnu mandhur, lisanul
arab, jilid 14 hal.82]
Sedangkan kata ibtila’ mempunyai beberapa makna yang berdekatan
yang sama-sama mengandung arti ujian dan cobaan. Al-Qur’an karim seringkali
menggunakan kata ini (ibtila’) dengan makna ini (cobaan dan ujian),
seperti firman Allah Swt.:
” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.”(QS. Al-Baqarah: 155)
Dan firman Allah:
“Dan agar Allah menguji terhadap apa yang ada di dalam dada kalian.”
(QS. Ali Imran: 154)
Di antara kata-kata yang digunakan dalam makna ini: “mihnah”(ujian)
ada di firman Allah:
“Mereka itulah yang hati mereka diuji Allah agar bertakwa” (QS.
Al-Hujuraat:3)
Sebagaimana juga Al-Qur’an menggunakan kata ”fitnah” dengan arti ujian
dalam firman Allah:
”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”
(QS. Al-Ankabut:2)
“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut:3)
UJIAN MERUPAKAN
KETENTUAN ALLAH DALAM KEHIDUPAN
”Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu.” (QS. Al-An’aam:165)
”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai
perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang
terbaik perbuatannya. (QS. Al-Kahfi:7)
”Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya.”(QS. Al-Mulk:2)
”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan)” (QS.
Al-insan:2)
“Mengemban amanat -setelah menang atas kebatilan- tidak dapat dilakukan
oleh tiap manusia, akan tetapi hanya dapat dijalankan oleh kaum yang terpilih.
Mereka disiapkan dengan persiapan khusus agar mereka dapat menjalankan amanat
dengan baik.” [Muhammad Quthb, haula attafsir alIslami littarikh, hal.111-112]
Kekuatan yang hebat ini tidak tercipta kecuali dalam pribadi yang
mengekang syahwat dan hawa nafsu, dan tegar terhadap cobaan dan kesulitan,
dapat mengatasi bahaya dan memenuhi apa yang dibutuhkan. Selain itu umat itu
harus lebih condong berbuat taat dan patuh dan menanggung beban-beban sehingga
dapat mengatasi ujian demi ujian.
Karena itulah seorang
panglima harus menguji tentaranya, menguji ketegaran dan kesabarannya.
Ketegarannya pertama kali adalah dapat mengendalikan keinginan dan syahwat. Dan
kesabaranannya yang kedua adalah dengan kekurangan dan kepayahan. Thalut ingin
menjalankan proses ujian tersebut, yaitu berupa ujian terhadap rasa haus para
pasukannya. Hal itu agar dapat diketahui mana tentara yang dapat bersabar
melangkah bersama Thalut dan manakah yang meninggalkannya dan melarikan diri. [Sayyid Quthb, Fii
Dhilalil Qur’an, jilid 1 hal.268]
”Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata:
"Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di
antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada
meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku.”
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka."
(QS.Al-Baqarah: 249)
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu.
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah.” Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah:214)
”Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.”
(QS. Ali Imran:186)
Ini adalah jalan
menuju Surga. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah, bahwa jalan menuju Surga
dipenuhi dengan cobaan, sementara jalan menuju neraka dipenuhi dengan syahwat.
[Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab sahihnya jilid 4 hal.2174, dari Anas ra.]
“Iman adalah amanat Allah di muka bumi. Amanat ini tidak akan dapat
diemban kecuali oleh orang yang sesuai dan orang yang mampu menanggung
bebannya. Orang-orang itulah yang mempunyai hati ikhlas dan mencurahkan perhatian
terhadap amanat itu. Yang dapat mengemban amanat itu adalah orang-orang yang
lebih mengutamakan amanat tersebut dari istirahat dan santai, dari rasa aman dan keselamatan dan
dari segala macam kesenangan dunia dan aksesorisnya.” [Sayyid Quthb, Fii Dhilalil
Qur’an, jilid 2 hal.1090]
”Manusia yang paling banyak mendapat cobaan adalah para Nabi,
kemudian orang-orang salih, kemudian yang seperti itu dan seterusnya yang
seperti itu: seseorang diuji sesuai dengan kadar agamanya. Jika ia kuat
berpegang teguh dengan agamanya, maka cobaan akan ditambahkan baginya.”
[HR. Imam Turmudzi dalam kitab sunannya dari
hadits Sa’d bin Abi Waqqash, jilid 4-601. Turmudzi berkata: hadits itu adalah
hadits hasan sahih]
”Perumpamaan orang mukmin adalah seperti tanaman yang terus
dicondongkan oleh angin dan orang mukmin akan terus mendapat cobaan. Dan
perumpamaan orang munafik adalah seperti pohon besar yang tidak digoncang angin
sampai datang waktu panen.” [HR.
Imam Muslim dalam kitab sahihnya dalam ”Syarah Nawawi” jilid 6 juz 17 hal.151,
dari Abu Hurairah]
”Kami tidaklah mengutus seseorang Nabi pun kepada suatu negeri,
(lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada
penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dan merendahkan
diri.” (QS. Al-A’raaf:94)
SUNNATULLAH UJIAN COBAAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar