Kewajiban Persatuan
Umat Islam
PERSATUAN ISLAM MERUPAKAN KEHARUSAN
YANG WAJIB DIREALISASIKAN
Dan demikian (pula)
Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasulullah (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS.
Al-Baqarah:143)
“Kalian
adalah umat terbaik yang dimunculkan kepada manusia” (QS. Ali Imran: 110)
Umat Islam
tidak boleh bergerak dan melawan musuhnya secara bercerai berai karena
nasionalisme serta negara yang berbeda-beda. Sebab kita merupakan umat yang
satu.
Umat Islam
adalah umat yang membawa misi dan bangkit bergerak dengan membawa tugas,
berjalan dengan memanggul tanggung jawab. Umat Islam adalah umat yang satu yang kekuasaannya meluas sepanjang
sejarah dengan Negara Islam.
Tetapi
kekuatan kafir imperialis Barat yang memusuhi Islam menginginkan kita agar
menjadi umat yang saling terpecah tanpa kekuatan di antara kita dengan
kungkungan negara-negara kebangsaan yang dipimpin para antek mereka.
Bagaimana
bisa negara Israel mengalahkan kita, padahal kita terdiri dari lebih 50 negara?
Israel menang karena umat Islam seluruh dunia tidak memiliki Negara yang
diridhai Allah Swt., yaitu Negara Khilafah Islam. Umat Islam terpecah belah dan
terbodohi, teracuni pemikirannya, dan tertidur gara-gara penerapan sistem
negara-negara sekularisme oleh para kafir penjajah beserta kacung-kacungnya,
yaitu para preman berdasi di negeri-negeri Muslim. Merekalah para preman sebab
kekuasaan mereka tidak sah menurut hukum Allah Swt. Baik banyak orang ridha
terhadap para penguasa itu ataupun tidak, mereka tetaplah para preman yang
batil kekuasaannya. Kekuasaan mereka tidak diakui oleh Islam. Sejatinya para
penguasa itu adalah para penjajah juga, meski mereka tidak menembakkan peluru
dan bom, selama mereka tidak bertobat.
Taubat para
penguasa itu adalah dengan berbalik memperjuangkan tegakknya Islam mengikuti
metode Rasul Saw.
”Kelak,
berbagai umat akan mengincar kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana kalian
mengincar dan akan melahap makanan.” Dikatakan, kami (para sahabat) bertanya:
“Wahai Rasulullah, apakah saat itu kami dalam keadaan sedikit?” Beliau
bersabda: “Justru kalian saat itu banyak, namun kalian seperti buih yang berada
di atas (aliran) air. Kewibawaan kalian sudah tercerabut dari musuh-musuh
kalian, sementara di hati kalian ada wahn. Kami bertanya: “Apa yang dimaksud
dengan wahn? Beliau bersabda: cinta hidup (dunia) dan takut mati.” [Musnad
Ahmad no.21363]
Buih tidak
mempunyai arah dan tidak memiliki tujuan.
Buih mengalir sesuai situasi dan kondisinya oleh kekuatan lain,
tidak mengetahui ke mana seharusnya ia harus melangkah. Maka Umat ini setelah
dijajah dan berkubang dalam sistem kufur, harus berjuang menegakkan sistem
Islam dengan metode tuntunan Rasul Saw.
”Dan
barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka
sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 211)
Para
pendukung kebatilan saling bekerjasama bahu-membahu dalam kebatilan mereka
tanpa sedikitpun rasa malu. Maka bagi pendukung kebenaran, bagi merekalah
kewajiban mendesak untuk saling bersatu dan bekerjasama dalam kebenaran mereka.
Memang
terdapat seruan-seruan dan teriakan untuk bersatu yang batil. Itu semua bukan
dalam bingkai dan naungan Islam, yaitu semacam seruan nasionalisme, kesukuan
atau kearaban, keturkian, dan seruan lainnya. Dan tidak ragu lagi bahwa
seruan-seruan seperti itu merupakan seruan jahiliah. Islam datang untuk
melenyapkan benih-benih jahiliah tersebut. Selain itu seruan itu juga merupakan
salah satu sarana penjajah untuk mencerai-beraikan dunia Islam. Ketika kita
mendengar dan menaati seruan batil semacam itu, maka kita akan mengantarkan
umat kepada kehancuran dan memutus tali umat yang satu.
“Tidak ada di
sana bendera yang dapat menyatukan umat Islam kecuali bendera Islam. Dan tidak
ada di sana kesatuan yang bisa diciptakan umat Islam kecuali kesatuan Islam.” [Sayyid Quthb: Fii Dhilalil Qur’aan
jilid 2 hal.105]
“Mereka juga
harus menyinari kebangkitan mereka dengan Syariat Islam dan slogannya, dan
bukan dengan hal remeh yang mereka adopsi dari sumber barat dan timur lainnya.”
[Mohammad Ghozali, Sirr ta’khiir alArab
alMuslimin hal.125]
Ketika umat
Islam kembali menjadi umat bersatu dan bersaudara seperti badan yang satu
mengikuti perjuangan Rasul Saw. -sebagaimana generasi pertama dan sebagaimana
diwasiatkan Rasulullah-, maka ketika itu umat Islam pantas mendapatkan janji
Allah baginya yaitu kejayaan. Sesungguhnya Allah tidak mengingkari janji.
Kewajiban Persatuan Umat Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar