MAKNA IBADAH Menurut Bahasa Dan Syariat
PEMBAHASAN KETIGA: IBADAH
“Dan Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur:55)
MAKNA IBADAH
Ibadah
menurut bahasa adalah: ketaatan dengan disertai ketundukan dan merendah diri
kepada Allah yang Agung. Ada istilah thariq mu’abbad (jalan ditundukkan
dengan sering diinjak) [Lisanul arab, materi abada
hal.2778, Mafatihul Ghaib jilid 1 hal.296, ketika menafsirkan firman Allah yang
berbunyi ”iyyyaka na’budu waiyyaka
nasta’inu”]
Sedangkan
makna ibadah menurut Syariat sebagaimana didefinisikan Ibnu Taimiyyah adalah:
”nama yang jami’ (menyatukan) bagi setiap apa yang dicintai dan diridhoi
Allah baik berupa perkataan dan perbuatan yang batin maupun yang dzahir.” [Al-Ubudiyyah: Maktabah daarul ma’arif Riyadh cetakan
pertama 1404 H/1983 M, hal.4]
”Bukankah
Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah
syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu", Dan
hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Yasiin: 60-61)
”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu.” Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”
(QS. al-a’raaf:172)
Diriwayatkan dari Ka’ab bin Ajzah yang berkata: “Seorang lelaki
berjalan melintas di depan Rasululah Saw. Para sahabat mencermati bahwa lelaki
itu begitu gigih dan giat. Maka mereka bertanya: ”Wahai Rasulullah, apakah
perbuatan lelaki itu berada di jalan Allah?.” Maka Rasul menjawab: “Jika ia
keluar berusaha mencukupi anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan
Allah. Jika ia keluar berusaha mencukupi kedua orangtuanya yang lanjut usia,
maka ia berada di jalan Allah. Jika ia keluar berusaha mencukupi dirinya
sendirinya agar tidak meminta-minta, maka ia berada di jalan Allah. Dan jika ia
keluar berusaha dengan maksud riya (meminta pujian orang lain) atau
membanggakan dirinya, maka ia berada di jalan syetan.” [HR. Imam Thabrani dalam kitab mu’jam kabir jilid 19 hal.129, dan
al-hafidz al-haitsami menyebutkannya dalam majma’izzawaid
jilid 4 hal.325]
”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (QS. Al-Jum’ah: 10)
“Sesungguhnya
Allah baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” [HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya jilid 2
hal.703]
”Hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang rugi” (QS. Al-munafiqun: 9)
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku » (QS. Adz-dzariyat:56)
”Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu" (QS.
An-nahl:36)
”Sesungguhnya
Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku
sembahlah Allah” (QS. Al-a’raf:59)
”Dan (Kami
telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah.” (QS. Al-a’raaf:65)
”Dan (Kami
telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Ia berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah” (QS. Al-a’raf:73)
”Dan (Kami
telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah” (QS. al’-a’raaf: 85)
”iyyaka
na’budu waiyyaka nasta’in” (hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya
kepada-Mu kami mohon pertolongan) (QS. Al-Fatihah: 5)
Tidak lurus
kehidupan manusia di muka bumi ini tanpa adanya ibadah dan tanpa beribadah
dengan semua perbuatan sholeh, baik dalam kehidupan individu, kelompok,
masyarakat maupun negara Islam secara keseluruhan dalam segenap perputaran dan
masanya.
Maka
keberadaan manusia di bumi ini mempunyai tujuan tertentu yaitu tugas
melaksanakan seluruh ibadah dan amal sholeh menerapkan syariah. Barangsiapa
yang berpaling dari ibadah ini, maka ia terlepas dari aturan Allah sehingga
keluar dari rel. Ia terjerumus kepada kehilangan mutlak yang menimpa setiap
orang yang lepas dari aturan Allah yang mengikat.
”Dan
sembahlah (beribadahlah) kepada Tuhanmu sampai engkau didatangi kematian”
(QS. al-hijr: 99)
“Saya
adalah hamba Allah” (QS. maryam: 30)
MAKNA IBADAH Menurut Bahasa Dan Syariat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar