ANTARA TAWAKAL DAN BERIKHTIAR
ANTARA TAWAKAL KEPADA ALLAH DAN
BERIKHTIAR
Tawakal
kepada Allah Swt. tidak menghalangi adanya ikhtiar. Tawakal kepada Allah Swt.
berjalan berbarengan dengan ikhtiar. Menjalankan ikhtiar merupakan ibadah dan
ketaatan. Tawakal kepada Allah merupakan pemenuhan kewajiban, yang artinya
tidak bertawakal kepada selain Allah. Dan pada hakekatnya tidaklah berguna bertawakal
kepada selain Allah Swt.
“Dengan
demikian perasaan seorang mukmin bebas dari menuhankan sebab(ikhtiar)” [Sayyid Quthb, Fii Dhilalil Qur’an jilid 3
hal.1476]
Anas bin
Malik meriwayatkan bahwa seorang lelaki berdiri membawa ontanya di depan pintu masjidil
haram dan bermaksud masuk ke masjid. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah
Saw.: “Apakah aku melepaskan kendaraan tungganganku lalu bertawakkal?” Maka
Rasul menanggapinya dengan bersabda kepadanya: ”Ikatlah ontamu dan
bertawakkallah.” [HR. Imam
Turmudzi dalam kitab sunannya jilid 4 hal.576; HR. Ibnu Hibban dalam kitab
sahihnya jilid 2 hal.56, dari Ja’far bin Umar bin Umayyah; HR. Imam Hakim dalam
kitab almustadrak jilid 3 hal.623. Imam Dzahabi berkomentar: Sanad hadits ini
baik]
Umar bin
Khaththab ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: ”Jika kalian
bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, maka Allah akan
memberi rezeki kalian sebagaimana memberi rezeki burung, yang pergi pagi hari
dalam keadaan (perut) kosong dan dan pulang di sore hari dalam keadaan penuh.
[HR. Imam Ahmad dalam kitab musnadnya jilid
1 hal.52 dan dicantumkan dalam bab mengenai zuhud hal.25. Syaikh Ahmad Syamir
berkata: sanadnya sahih]
Umar bin
Khaththab berkata: “Orang yang bertawakkal yaitu orang yang menaburkan benih di
bumi dan bertawakkal kepada Allah.” [Alhafisz
Abu bakr Abdullah bin abi Dunya, attawakkul alAllah hal.26, Imam Thabrani
meriwayatkan dari Ka’ab bin Ajrah dan Ibnu Abi Dunya dari Mu’awiyah]
Meniadakan
ikhtiar berarti meniadakan Syariat. Berpegangan hanya kepada ikhtiar saja
dengan meninggalkan tawakkal bisa terjatuh dalam sikap syirik (menyekutukan) Allah, Islam
menghubungkan ikhtiar dengan tauhid dengan keyakinan bahwa perkara ikhtiar
semuanya berada dalam kekuasaan Allah Swt. Jadi yang dituntut dari seorang
Muslim adalah berikhtiar dengan bertawakkal kepada Allah.
“Seorang
Muslim menjalankan ikhtiar semata karena beribadah kepada Allah dan berjalan
sesuai ketentuan-Nya. Pada saat yang sama ia merasakan bahwa hasil yang ia
capai merupakan ketentuan yang ditetapkan Allah Swt., dan bukanlah hasil dari
ikhtiar yang dijalaninya. Dan bahwa ikhtiar atau menjalani sebab, tidak
otomatis mengantarkan dengan pasti terhadap hasil. Akan tetapi mengantarkan
kepada hasil dengan ketentuan Allah Swt. Jika Allah berkehendak, maka Dia tidak
memberikan hasil dari usaha ikhtiarnya. Sebab yang mengendalikan urusan secara
pasti adalah kehendak Allah Swt. dan bukan karena ikhtiar manusia.” [Muhammad Quthb, mafaahiim yanbaghi an
tushahha, hal.277]
Dan bagi umat
Islam haruslah mengetahui bahwa berikhtiar untuk mencapai kejayaan, merupakan
hal yang tidak dapat dihindarkan lagi. Hal itu telah berdasarkan ketentuan
Allah sesuai sunnatullah yang pasti terjadi.
“Sementara
itu pemikiran orang yang berpangku tangan yang berkata: “Tuhan kita akan
menolong kita dengan niat baik kita”, merupakan pemikiran yang bertentangan
dengan ketentuan Tuhan. Dan pemikiran orang-orang yang menganggap bahwa musuh
Islam akan ditimpa oleh angin topan dan disambar burung ketika umat Islam hanya
menunggu tanpa berbuat sesuatu dan tanpa persiapan mantap, maka merupakan
pemikiran yang bertentangan dengan sunnatullah.” [Muhammad Quthb, haula attafsiir alIslami
littarikh hal.123-124]
ANTARA TAWAKAL DAN BERIKHTIAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar