STRATEGI KAUM SALIBIS INTERNASIONAL
KEDUA: MAKAR KAUM SALIBIS INTERNASIONAL
Salibis adalah
sebuah gerakan yang terbentuk di Eropa barat pada abad pertengahan, dan
mencapai puncaknya pada akhir abad ke-11 M (atau 5 H). Gerakan ini bertujuan
melebarkan cengkeraman Eropa Kristen atas dunia Timur Tengah yang beragama
Islam.
Kaum Salibis
mewakili penganut Kristen dari bangsa barat dan berbagai gereja yang tersebar
di belahan dunia dengan berbagai alirannya. [Sa’duddin shalih, al-asalib alhadiitsah fii Muwaajahatil-Islam,
hal.9]
Realita
sejarah mencatat kaum Salibis Romawi yang memperlakukan Islam dengan sikap
permusuhan sejak pertempuran Yarmuk. Yarmuk
adalah sebuah lembah yang mengarah ke sungai di Yordania. Perang Yarmuk itu
terjadi pada hari Senin tanggal 5 Rajab tahun 15 H dengan dipimpin panglima
perang Negara Islam Khalid bin Walid. Tentara Romawi terpukul mundur dan kaum
Muslimin akhirnya mendapatkan kemenangan. [Lihat: Sayyid
Quthb: Fii Dhilalil Qur’a jilid2 hal.966]
Kedengkian
kaum Salibis terhadap Islam dan kaum Muslimin nampak nyata dalam peperangan
Salib yang terkenal yang berlangsung selama dua abad lamanya. Dan juga nampak
dalam perang pemusnahan yang dilancarkan kaum Salibis terhadap Islam dan kaum
Muslimin di kota Andalusia, Spanyol. Kemudian juga dalam misi penjajahan dan
Kristenisasi yang dilancarkan terhadap negeri-negeri Muslim di Afrika pada
mulanya, kemudian akhirnya menjalar ke dunia secara keseluruhan. [disarikan
dari Sayyid Quthb: Fii Dhilalil Qur’a jilid2
hal.966]
“Sebagian
besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada
kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri.” (QS. Al-Baqarah:109)
“Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama
(millah/jalan hidup) mereka.” (QS. Al-Baqarah:120)
“Mereka
tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu
dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (QS.
Al-Baqarah:217)
Para pemimpin
kaum Salibis, pemikir dan juru tulis mereka mengakui bahwa permusuhan mereka
terhadap kaum Muslimin, dalam aspek akidah juga dapat dibuktikan:
“Setelah
Aljazair merdeka, salah seorang pembesar orientalis memberikan ceramah di kota
Madrid [Ibukota negara Spanyol] yang
bertemakan: “Mengapa kita berusaha tetap berada di Aljazair?” Dia menjawab pertanyaan
itu dengan penjelasan panjang, yang teringkas sebagai berikut:
”Kami tidak
menaklukkan setengah juta tentara demi anggur Aljazair, gurun pasir atau buah
zaitunnya. Kami menganggap diri kami sebagai pagar Eropa yang berdiri
berhadapan dengan pertempuran melawan Islam yang diwakili penduduk Aljazair dan
saudara mereka dari kaum Muslimin di sepanjang samudera tengah di mana mereka
ingin mengembalikan kota Andalusia yang telah hilang dari umat Islam.
Dan juga agar
mereka masuk ke wilayah Perancis dan menyerbu Eropa yang lemah. Dan mereka
menyempurnakan tekad mereka ketika masa Khilafah Bani Umaiyyah dulu dengan
mengubah Samudera Tengah menjadi lautan yang benar-benar dikuasai kaum
Muslimin. Karena itulah, kami memerangi Aljazair.” [disarikan dari jalalul ilmi, Qaadatulgharb yaquuluun hal.56]
* Ketika
Allenby, panglima misi salib ke-8 masuk ke wilayah al-Quds ia berkata: “Hari
ini perang salib telah selesai.”
* Ketika
Jenderal Ghoro dari Perancis masuk ke Damaskus, ia langsung menuju makam
panglima perang Shalahuddin al-Ayyubi rahimahullah yang berada di masjid
jami’ Umaiyyah dan menginjak makam itu dengan kakinya yang najis (najis
ideologinya) seraya berkata: “Inilah, kami telah kembali wahai Shalahuddin.”
* Sebelum
perang bulan Juni tahun 1967 M, para pengikut Israel keluar di kota Paris untuk
berdemonstrasi. Mereka membawa poster-poster dan kotak-kotak pengumpulan
sumbangan yang bertuliskan tiga kata yaitu ”Perangilah Umat Islam.”
Maka
fanatisme Salib bergejolak, dan akhirnya orang-orang Perancis menyumbang seribu
juta Franc selama empat hari saja. Mereka juga mencetak kartu-kartu yang di
dalamnya tertulis ”kekalahan bulan sabit” yang terjual dengan jumlah jutaan
untuk menopang kaum Yahudi yang meneruskan perjuangan dan mendukung misi kaum
Salibis Eropa di wilayah itu yaitu memerangi Islam dan menghancurkan kaum
Muslimin. [jalalul ilmi, Qaadatulgharb yaquuluun hal.33-34-38]
Demikianlah
kaum Salibis menampakkan kesiapan mereka untuk bekerjasama bersama bangsa
Yahudi demi melenyapkan Islam dan kaum Muslimin. Dan inilah yang dipaparkan
oleh Cardinal Bour kepada majalah Inggris Katolik ketika al-Quds jatuh dijajah
pada tahun 1967, setelah dilakukan sembahyang oleh pengikut Kristen bersama
bangsa Yahudi di dalam tempat ibadah Yahudi untuk pertama kalinya dalam sejarah
umat Kristen.
Cardinal Bour
berkata: Umat Kristen harus bekerjasama dengan bangsa Yahudi untuk melenyapkan
Islam dan memusnahkan tanah-tanah suci. [jalalul
ilmi, Qaadatulgharb yaquuluun hal.62]
STRATEGI KAUM SALIBIS UNTUK MELENYAPKAN
ISLAM DAN UMAT ISLAM
Kaum Salibis
mengetahui melalui persinggungan mereka dengan umat Islam bahwa mereka tidak
mungkin merealisasikan tujuan (melenyapkan Islam dan umat Islam) melalui jalan
militer semata. Oleh karena itulah mereka merubah strategi mereka.
Louis ke-9,
raja Perancis dan panglima misi salib ke-9 yang pernah ditawan di sebuah rumah
Ibnu Luqman di Manshurah pernah berbicara -yang tercatat dalam sebuah dokumen
yang tersimpan di museum dokumen di Paris-:
”Tidak
mungkin mengalahkan kaum Muslimin melalui perang, tetapi mungkin mengalahkan
mereka melalui jalur politik dengan menempuh langkah berikut ini:
1. Membuat
perpecahan di antara panglima dan pemimpin kaum Muslimin. Dan jika mulai tumbuh
perpecahan itu, maka hendaklah diperluas dan diperbesar sebisa mungkin agar
perbedaan itu menjadi faktor yang melemahkan kaum Muslimin.
2. Membuat
negeri-negeri Islam dan Arab tidak mampu menjalankan pemerintahan dengan baik.
3. Merusak
sistem pemerintahan di negeri Islam dengan sogok-menyogok, kerusakan dan wanita
sampai akhirnya pondasi terpisah dengan puncaknya.
4.
Menghalangi dengan membuat tentara Muslim tidak menjalankan kewajiban bagi
tanah airnya dan tidak berkorban mempertahankan prinsip
mereka.
5. Berusaha
mencegah kesatuan dunia Arab di wilayah Arab (yaitu mencegah pemenuhan
kewajiban persatuan umat Islam mendirikan Negara Khilafah Islam).
6. Berusaha
mendirikan negara asing dalam wilayah Arab yang memanjang di antara Ghazzah di
sebelah selatan dan Ontokia di sebelah utara. Kemudian mengarah ke timur dan
memanjang hingga sampai ke barat. (maksudnya mendirikan negara Israel) [Jalalul ilm: Qaadatul gharb yaquuluun
hal.63]
Tidak ada
perbedaan antara kaum Zionis dan Salibis. Dan tidak ada perbedaan di antara
kedua kelompok ini dalam membuat makar kepada Islam dan dengki kepadanya dan
melancarkan perang yang tidak akan berhenti sepanjang zaman. [Sayyid Quthb: Fii Dhilalil Qur’an jilid 2
hal.966]
STRATEGI KAUM SALIBIS INTERNASIONAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar