PEMBAHASAN AMAL SALIH
PEMBAHASAN KEDUA: AMAL SALIH
“Dan Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal
yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka,” (QS. An-Nur:55)
”Orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang
baik.” (QS. Arra’d:29)
» Dan
dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam Surga.”
(QS. Ibrahim:23)
« Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (QS.
Al-Ashr: 1-3)
Keimanan
tidak terlepas dari amal salih. Sebab amal salih adalah hasil dari iman.
Hakikat iman tidak sempurna jika tidak diiringi dengan amal salih.
Urusan
keimanan bukan sekedar simbol dan slogan saja, tetapi merupakan slogan yang
dibuktikan dengan gerak nyata untuk membentuk realita sesuai dengan ajaran
Islam dalam kehidupan. [Sayyid
Quthb: Khashsishuttashawwur al-Islami wa
muqawwimatuh hal.157]
Iman berusaha
merealisasikan dirinya ke luar menjadi amal salih. Iman bergerak beramal dan berjuang mengganti sistem kehidupan kufur
dengan sistem Islam. Iman yang benar dan kuat tidak mungkin tetap diam membisu,
tidak bergerak. Jika iman ini tersembunyi dalam keadaan samar maka berarti ia
palsu atau mati.
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl:97)
“Inilah janji
Allah Swt. bagi orang yang beramal salih, yaitu amal yang mengikuti Kitabullah
dan Sunnah Rasulullah Saw., baik orang laki-laki atau wanita dari anak
keturunan Adam, yang hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah akan
memberikan mereka kehidupan yang baik di dunia. Allah akan membalas dengan
balasan paling baik atas perbuatan yang telah mereka kerjakan dengan balasan di
akhirat nanti … [Tafsir
Ibnu Katsir, jilid 2 hal.586]
Kehidupan yang baik itu adalah rezeki yang halal dan beribadah di
dunia. Kehidupan yang baik itu adalah ketaatan menjalankan syariah dalam
seluruh aspek kehidupan dan berlapang dada dengan ketaatan itu.
Amal salih
berlaku dalam ibadah yang telah ditentukan tata caranya, maupun dalam ibadah
secara umum. Orang yang beriman beramal salih sebagai individu dan juga beramal
salih sebagai kelompok memperjuangkan berlakunya syariah keseluruhan sebagaimana
target dan tujuan yang diinginkan oleh Allah Swt.
Maka amal
salih mempunyai jangkauan seluas syariah Islam yang mengatur segala perbuatan
dalam kehidupan.
“Tidak ada
seorang Muslim yang meletakkan benih di tanah atau menanam tanaman, lalu
tanaman itu dimakan burung, manusia atau binatang ternak, kecuali ia dianggap telah melakukan sedekah dari perbuatannya
itu.” [Shahih Muslim” syarah nawawi” jilid 4 hal.215]
Telah jelas
bahwa amal salih adalah menerapkan seluruh sistem Islam dari Allah dalam realita
kehidupan, diiringi niat tulus semata karena Allah. Dan penerapan seluruh
syariah itu tidak terbatas pada satu lapangan kehidupan saja, tetapi berbagai
bidang dan beragam aktivitas. Individu yang beriman dan Umat yang beriman
dituntut mempraktekkan keimanannya dan menerapkan seluruh aturan Allah dalam
kehidupan.
“Pada hari
ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu
(juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia
dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap Diri
(siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Ali
Imran ayat 30)
Mempersempit
beragama dalam beberapa macam perbuatan taat yang diajarkan Rasulullah
merupakan penyimpangan terhadap hakikat agama, penyelewengan terhadap risalah
serta warisan-warisan agama. Mempersempit wilayah beragama itu akan memberikan
syetan wilayah luas yang dapat ia kendalikan semaunya. [Mohammad Ghazali, aththariq min huna hal.18]
Faktor
kerusakan yang menimpa manusia adalah karena amal saleh dianggap hanya terbatas
pada ibadah-ibadah ritual. Padahal kebaikan adalah perubahan diri yang
menyeluruh yang menjadikan pemiliknya mencintai aqidah dan syariah Islam; serta
membenci aqidah dan syariah kufur. Maka ia hidup di dunia sebagai seorang
Muslim yang wajahnya menghadap kepada Allah Tuhan semesta alam.
“Dan
barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang
berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.
Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS. Luqman: 22)
« Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah
(Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku
yang saleh. » (QS. al-anbiya’: 105)
Allah akan memberikan kejayaan bagi orang-orang salih di dunia, yaitu
dengan mewariskan bumi bagi mereka, yang di dalamnya terdapat bumi atau tanah suci dan tanah orang kafir.
Kemudian juga memberikan kejayaan di akhirat nanti yaitu dengan mewariskan
Surga bagi mereka.
Ibnu Katsir
menyebutkan dalam kitab bidayah wannihayah bahwa ketika Sa’d bin Abi
Waqqash -panglima perang Negara Islam di perang Qadisia- berkhutbah di depan
mujahidin kaum Muslimin menjelang perang, ia mengingatkan mereka dengan ayat
yang mulia ini: ”Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah
(Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku
yang saleh. (QS. al-anbiya:105)
PEMBAHASAN AMAL SALIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar