DEFINISI IMAN
Iman diartikan
menurut bahasa dengan arti tashdiq atau membenarkan, sebagaimana
terdapat dalam firman Allah yang diucapkan oleh para saudara Nabiyullah Yusuf
as: ”Mereka berkata: "Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada
kami” (QS. Yusuf: 17) [Almu’jam alwasith, materi, alif, mim, nun,
hal.28-29] Maksudnya adalah engkau bukanlah mushaddiq atau orang yang
membenarkan.
Dan kata iman
ini bisa ditambah dengan lam, misalnya pada firman Allah: “Mereka
berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu
ialah orang-orang yang hina?" (QS. Assyu’ara:111)
Bisa juga
ditambah ba’, misalnya dalam firman Allah: “(yaitu) kalian
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Ashshaff: 11)
Pengertian
iman menurut istilah:
Imam Ibnul Qayyim
Al-Jauziyyah berkata: »Iman adalah sebuah hakikat yang terbentuk dari
pengetahuan tentang apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw. dan membenarkannya
dalam akad, mengakuinya dalam ucapan, tunduk kepada beliau karena cinta dan
patuh. Selain itu juga mengerjakan apa yang dibawa beliau baik secara lahir
maupun batin, melaksanakannya serta berdakwah dengannya menurut
kemampuan ». [Al-Fawa’id hal.147]
Sedangkan
Imam Alusi berkata: »Iman menurut Syariat adalah membenarkan terhadap apa
yang diketahui datang dari Rasulullah dengan wajib baik yang diketahui itu
secara terperinci atau global. Inilah madzhab jumhur ulama yang muhaqqiq
(mantap) » [Ruuhul ma’ani jilid 1 hal.110]
Imam Raghib
berkata: Yang dimaksud dengan iman, adalah pengakuan diri terhadap kebenaran,
dengan lewat jalan tashdiq (membenarkan) Hal itu dengan berkumpulnya
tiga macam perkara, yaitu membenarkan dengan hati, menyatakan dengan lidah, dan
beramal sesuai yang dinyatakan itu dengan anggota badan. [Mufradaatul Qur’an
hal.26]
Iman adalah
membenarkan dengan mantap yang diringi dengan pengakuan diri dan menerimanya
serta tunduk dan patuh. [Tafsiirul Mannaar jilid 1 hal.1326]
Dari Umar bin Khaththab ra., berkata:
“Ketika kami sedang duduk di sisi Rasulullah Saw. -pada suatu hari- tiba-tiba di
hadapan kami muncul seorang lelaki yang berpakaian sangat putih, mempunyai
rambut yang sangat hitam. Bekas kedatangannya tidak diketahui dari mana, dan
salah satu dari kita tidak ada yang mengenalnya.
Ia kemudian duduk di hadapan Nabi
Muhammad Saw. -kemudian ia menyandarkan kedua lututnya ke lutut Rasulullah. Ia
lalu meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya dan berkata:
Wahai Muhammad, beritahukan saya tentang Islam. Maka Rasulullah Saw. menjawab:
Islam, yaitu engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah dan engkau mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan
engkau berpuasa di bulan Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah jika engkau mampu
untuk menuju ke sana. Lelaki itu menanggapi: ‘Engkau benar.” Kami
terkejut dengan sikap lelaki itu yang bertanya kepada Rasulullah dan juga
sekaligus membenarkan beliau. Lelaki itu bertanya kembali: ‘Lalu beritahukan
kepadaku tentang arti iman. Rasulullah menjawab: ‘Engkau percaya kepada Allah
dan para malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, dan para utusan-Nya dan hari akhir,
dan engkau percaya kepada takdir Allah, baik yang baik maupun yang buruk’.
lelaki itu menanggapi: ‘Engkau benar’ [HR. Muslim
dalam sahihnya]
« Iman mempunyai cabang berjumlah 60 lebih. Yang paling tinggi
adalah ucapan: Lailahaillalah (tiada Tuhan selain Allah) dan yang paling rendah
adalah menyingkirkan duri di jalanan, malu adalah salah satu cabang dari iman »
[Sahih Bukhari
dalam kitab Hasyiyah Assanadi, jilid 1 hal 11, kitab iman bab perkara iman dari
Abu Hurairah ra.]
Dari Abu Hurairah ra, berkata,
Rasulullah Saw. ditanya, apakah perbuatan yang paling utama? Dan apakah
perbuatan yang paling baik? Beliau menjawab: iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ditanyakan lagi: Kemudian apa lagi? Rasul menjawab: Jihad adalah puncak amal.
Ada yang bertanya: Kemudian apa lagi wahai Rasulullah? Beliau menjawab:
Kemudian haji yang mabrur. [HR. Turmudzi Abu Isa Muhammad bin Isa dalam kitab
sunannya dan ia berkata: hadits hasan sahih, jilid 4 hal.185, kitab keutamaan
Jihad, bab tentang penjelasan amal yang paling utama]
ANTARA IMAN DAN ISLAM
Imam Ibnu
Katsir rahimahullah ketika menafsirkan firman Allah yang berbunyi: ”Orang-orang
Arab Baduwi itu berkata: "Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka):
"Kamu belum beriman, tetapi katakanlah 'kami telah tunduk.” (QS. Al-Hujurat:14) Ibnu Katsir berkata: « Dari ayat ini dapat
diambil kesimpulan bahwa iman lebih khusus dari Islam. Ini adalah madzhab
Ahlussunnah Wal-jama’ah. Hal itu ditunjukkan oleh hadits Jibril as. ketika ia
bertanya tentang Islam, kemudian tentang iman kemudian tentang ihsan. Maka
urutannya naik dari yang umum ke yang khusus kemudian ke yang lebih khusus. [Tafsir Ibnu
Katsir jilid 4 hal.220]
ANTARA IMAN DAN ISLAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar