Lihatlah Mensos datang ke Tolikara bukannya
menengok kaum Muslimin yang diteror malah menengok dan membantu GIDI yang
ditembak polisi! Lho padahal mereka ditembak karena kesalahan mereka sendiri
yang tak mau menghentikan tindakan brutalnya. Ini sikap yang tidak adil dalam
memperlakukan umat Islam, salah satunya dalam kasus tindak teror yang dilakukan
Gereja Injili di Indonesia (GIDI) terhadap kaum Muslimin yang tengah
menjalankan shalat Idul Fitri kemarin. Bukan hanya di Indonesia, di Palestina,
Rohingya (Myanmar), Xinjiang (Cina), Pattani (Thailan), Moro (Filipina),
Pakistan, Afghanistan, Irak, Suriah dan di belahan dunia lainnya, umat Islam
diperlakukan semena-mena, diperkosa, dan juga dibunuhi.
Mengapa mereka berani mendzalimi umat Islam?
Karena mereka tahu umat Islam tidak ada yang melindungi, mereka tahu umat Islam
tidak ada yang membela! Karena tidak ada khilafah. Sesungguhnya
Imam/Khalifah itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya
dan berlindung kepadanya. (HR Muslim).
Presiden juga malah mengundang GIDI ke Istana,
tetapi mereka yang menjadi korban GIDI kok tidak diundang juga? Mengapa? Karena
pemerintah tahu siapa yang melindungi GIDI, karena pemerintah tahu siapa yang membela
GIDI… Amerika!
Itulah salah satu relevansinya kaum Muslimin
melaksanakan kewajiban menegakkan kembali khilafah. Dan ulama merupakan garda
terdepan dalam perjuangan tersebut!
Bersama
Umat Tegakkan Khilafah
Ulama
adalah mereka yang komitmen terikat dengan hukum Syara’. Esensi kemenangan sejatinya
kita harus mentaati setiap perintah Allah menjauhi larangannya. Kita harus
ridho diatur oleh Allah Swt. Mengikatkan diri terhadap hukum Syara’ adalah
wajib. Sehingga segala apa yang diucapkan serta dilakukan adalah dalam koridor
hukum Syara’. Ulama yang takut hanya kepada Allah. Bukan hanya banyak ilmu,
tapi juga takut. Khosyatillah.
Namun saat ini, ketaatan seorang muslim
begitu berat tantangannya dengan bercokolnya paham neoliberalisme dan
neoimperialisme di negeri ini. Kedua paham tersebut membuat Syari’at Allah SWT
tidak dapat diterapkan secara kaaffah dalam kehidupan.
Ulama dipertanyakan keulamaannya bila tidak
mengetahui menegakkan khilafah adalah kewajiban apalagi tidak mau berjuang
menegakkannya.
Ulama adalah mereka yang selalu ikhlas
mengatakan kebenaran. Ulama yang mencintai umatnya, bukan malah membingungkan
umatnya. Ada guyonan, ulama ini terbagi dua. Ulama dihormati dan ulama
dihargai. Ulama yang ingin dihargai mereka biasanya yang mencari-cari dalil
atas fakta. Sehingga mereka bertanya, mau halal atau haram, dalilnya sudah ada.
Mendukung
Syari’ah dan khilafah adalah untuk mewujudkan Indonesia lebih baik. Karena banyak pihak
yang belum paham ide Syariah dan Khilafah maka dibutuhkan kerja keras dan
banyak orang untuk berdakwah menyuarakan ide penerapan syariah dan khilafah
dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah.
Meningkatkan keimanan dapat dilakukan dengan
senantiasa menyadari bahwa Allah SWT tidak pernah henti “mencatat” segala
perbuatan manusia setiap saat. Itu secara personal. Keimanan pun perlu
diwujudkan secara sistemik dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dengan menerapkan aturan Allah SWT. Untuk mencapai kebangkitan,
pembinaan umat harus dilaksanakan secara rutin dan intensif ditambah dengan
kajian umum yang memperkuat pemahaman.
Ulama memiliki peran yang sangat vital untuk
membangun peradaban Islam. Ulama hanya takut pada Allah Swt. saja. Ulama tidak
akan pernah bergeming kepada celaan orang-orang yang suka mencela. Ulama adalah
mereka yang selalu mengatakan yang halal itu halal dan yang haram itu haram.
Tidak pernah mengatakan yang halal menjadi haram atau yang haram menjadi halal.
Ahlunnushroh adalah mereka yang memiliki
kekuatan. Mereka yang nantinya melindungi perjuangan dakwah hingga khilafah
tegak, dan setelahnya. Mereka bisa tergolong ke dalam para tentara atau kepala
suku atau kabilah. Seperti halnya Rasulullah ketika mendirikan daulah di
Madinah, nusroh-nya
adalah pemimpin suku Aus dan Khazraj. Dan khilafah akan tegak tidak terlepas
dari peran ahlunnusroh ini.
Ulama harus serius dan fokus pada satu hal
tersebut. Di pundak ulama tersimpan
amanah tersebut, amanah yang besar. Mari bersama, di tengah neoliberalisme
dan neoimperalisme yang deras menimpa umat, ulama di garda terdepan. Ulama-lah
yang bisa membereskan urusan-urusan umat. Hizbut Tahrir akan selalu bersama
ulama dan umat untuk menegakkan Khilafah Islam.
Mudah-mudahan kinerja HTI signifikan terhadap
pembinaan umat serta bisa bersinergi dengan banyak pihak ke depan sehingga
dapat mewujudkan negeri yang sejahtera dan diridhoi Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar