Oleh: K.H. Hafidz Abdurrahman
Setelah
Rasulullah SAW mengalami ujian yang luar biasa beratnya di Thaif, sebagaimana
yang disampaikan Nabi kepada 'Aisyah, ketika dakwahnya mendapatkan kemenangan,
dan telah memiliki negara.
Tanya
'Aisyah, ”Apakah ada suatu yang lebih berat bagimu, ya Rasulullah, melebihi
peristiwa Perang Uhud?” Nabi SAW pun menjawab, "Aku benar-benar telah
mendapatkan dari kaummu, apa yang telah aku alami. Itu lebih berat, ketimbang
apa yang pernah aku alami. Ketika aku menawarkan diriku kepada putra ‘Abdi
Yalil bin 'Abdi Kulal, salah seorang pemuka Thaif, namun tidak mau memenuhi apa
yang aku inginkan. Aku pun pergi meninggalkannya dengan raut wajah penuh
kesedihan. Aku pun merasakan kesedihan hingga sampai di Qarn at-Ta'alib [Qarnu
al-Manazil].” [Lihat: Ibn Hajar, Fath al-Bari, Juz VI/312-315]
Setelah
mendapatkan bisyarah dari langit,
saat di Wadi Nakhlah, ketika Allah mengirim Malaikat Jibril dan malaikat
penunggu gunung untuk membalas perlakuan Bani Tsaqif di Thaif, dan jin-jin yang
berdatangan mendengarkan bacaan Nabi SAW saat di lembah itu, Nabi SAW akhirnya
kembali ke Makkah dengan perlindungan dari Muth'im bin 'Adi. Peristiwa Thaif
tidak menyurutkan nyali Nabi SAW untuk terus berusaha mencari dukungan [nushrah] dari suku dan kabilah lain.
Imam
az-Zuhri menuturkan bahwa kabilah dan suku yang pernah didatangi oleh
Rasulullah SAW untuk didakwahi, diajak memeluk Islam dan memberikan ”nushrah” untuk menolong dakwahnya adalah
Bani 'Amir bin Sha'sha'ah, Bani Muharib bin Khashfah, Bani Fazarah, Bani
Ghassan, Bani Murrah, Bani Hanifah, Bani Sulaim, Bani 'Abas, Bani Nashr, Bani
Buka', Bani Kindah, Bani Kalb, Bani al-Harits bin Ka’ab, Bani 'Udzrah, Bani
Hadharimah, namun tak seorangpun dari mereka yang bersedia memenuhi seruannya.
[Lihat: Syaikh 'Abdullah an-Najadi, Mukhtashar
Sirah ar-Rasul, hal. 149]
Hanya
saja, kabilah dan suku yang disebutkan oleh az-Zuhri ini tidak semuanya
didatangi oleh Nabi SAW pada satu tahun yang sama. Juga tidak pada satu musim
haji yang sama, melainkan sudah didatangi sejak tahun ke-4 kenabian, hingga
akhir musim haji, sebelum hijrah ke Madinah. Memang, ada kabilah-kabilah
tersebut yang bisa dipastikan telah didatangi oleh Nabi SAW pada tahun ke-10
kenabian, sebagaimana yang disebutkan oleh al-'Allamah al-Manshur Fauri [Lihat:
Rahmatu li al-‘Alamin, Juz I/74;
an-Najib Abadi, Tarikh Islam, Juz I/125].
Mengenai
respon berbagai suku dan kabilah yang pernah didatangi oleh Nabi SAW itu telah
diuraikan oleh Ibnu Ishaq secara singkat, sebagai berikut:
1.
Bani Kalb, misalnya, telah didatangi Nabi SAW.
Salah satu suku yang didatangi adalah Bani 'Abdullah. Mereka diajak Nabi SAW
agar mengimani Allah, dan baginda SAW menawarkan dirinya kepada mereka. Sampai
Nabi SAW harus menyampaikan kepada mereka, "Wahai Bani 'Abdullah,
sesungguhnya Allah SWT telah memilih nama terbaik untuk orangtua kalian. Namun,
mereka tetap tidak menerima apa yang baginda SAW sampaikan kepada mereka.
2.
Bani Hanifah telah didatangi oleh Nabi SAW di
rumah-rumah mereka. Mereka telah diajak oleh Nabi SAW untuk mengimani Allah,
Nabi SAW juga menawarkan dirinya kepada mereka, tetapi mereka tidak memenuhi seruannya.
Bahkan, tak ada satupun bangsa Arab yang lebih buruk penolakannya kepada Nabi
SAW melebihi penolakan mereka.
3.
Bani 'Amir bin Sha'sha'ah juga telah
didatangi oleh Nabi SAW. Mereka telah diajak oleh Nabi SAW untuk mengimani
Allah, Nabi SAW juga menawarkan dirinya kepada mereka. Buhairah bin Firas,
salah seorang tokoh mereka, menyatakan kepada Nabi SAW, “Demi Allah, kalau sampai
aku mengambil pemuda Quraisy ini, maka dengannya aku akan menguasai bangsa
Arab." Lalu, dia bertanya, "Bagaimana menurutmu, jika kami membaiat
kamu dalam urusanmu, kemudian Allah memenangkan kamu terhadap siapa saja yang
menentangmu, apakah kami berhak untuk mendapatkan urusan ini setelahmu?" Nabi
SAW menjawab, "Urusan ini urusan Allah. Dia akan memberikannya kepada
siapa saja yang Dia kehendaki.” Buhairah kemudian menimpalinya, ”Bagaimana
nalarnya, kami menyerahkan leher kami untuk disembelih bangsa Arab dalam rangka
membelamu, lalu ketika Allah memenangkan kamu, kemudian urusan ini tidak
menjadi milik kami? Kalau begitu, kami tidak membutuhkan urusanmu," Mereka
pun menolaknya, dan mengusir baginda SAW.
4.
Bani Kindah, didatangi oleh Nabi SAW di
rumah-rumah mereka. Di antara mereka ada pemuka suku, yang bernama Malih.
Mereka diajak oleh Nabi SAW untuk mengimani Allah, Nabi SAW juga menawarkan
dirinya kepada mereka. Namun, sayang mereka tidak mau menerima ajakan Nabi SAW.
Dalam riwayat lain, Nabi bertanya,
"Dari manakah kaum itu?” Mereka menjawab, “Dari penduduk Yaman.” Nabi SAW
bertanya, ”Yaman mana?" Mereka menjawab, ”Dari Kindah." Nabi SAW
bertanya lagi, ”Dari Kindah yang mana?” Mereka menjawab, ”Dari Bani 'Amir bin
Mu'awiyah.” Nabi SAW bertanya, "Apakah kalian memiliki sesuatu [untuk
mewujudkan] kebaikan?" Mereka bertanya, “Apa itu?” Nabi SAW menjawab, “Kalian
bersaksi, bahwa tidak ada Dzat yang berhak disembah, kecuali Allah. Mendirikan
shalat, dan mengimani apa yang dibawa dari Allah SWT.”
Ada juga para syaikh kaumnya, yang
bertanya kepada Nabi SAW, "Jika kamu menang, apakah engkau akan menjadikan
kekuasaan itu menjadi milik kami?” Nabi SAW menjawab, "Sesungguhnya
kekuasaan itu milik Allah, Dia akan berikan kepada siapa saja yang Dia
kehendaki.” Mereka mengatakan, "Kalau begitu, kami tidak membutuhkan apa
yang Engkau bawa kepada kami."
Nabi
SAW juga mendatangi Bani Hamdan, saat musim haji, ketika mereka di Arafah,
tempat wukuf. Nabi SAW sampaikan kepada mereka, "Apakah ada di antara
kalian yang bisa membawaku kepada kaumnya? Karena kaum Quraisy telah
menghalangiku untuk menyampaikan firman Tuhanku 'Azza wa Jalla?” Maka, seseorang dari Bani Hamdan mendatangi
baginda SAW. Baginda SAW bertanya, ”Dari manakah kamu?" Orang itu
menjawab, "Dari Hamdan." Nabi SAW bertanya, "Apakah kaummu
mempunyai kekuatan [untuk melindungi dakwah]?" Dia menjawab, ”Tentu.” Tapi,
orang ini khawatir, baginda SAW akan disepelekan oleh kaumnya. Nabi SAW pun
bersabda kepadanya, "Aku akan mendatangi mereka tahun depan. Aku akan
mendatangimu tahun depan." Dia menjawab, ”Baik.” Dia pun meninggalkan Nabi
SAW.
Pada
bulan Rajab, delegasi kaum Anshar pun tiba. Ini telah diriwayatkan oleh empat
pemilik kitab Sunan, dari berbagai jalur. At-Tirmidzi berkomentar, ”Hadits ini
statusnya hasan shahih." [Lihat, Ibn Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz I/430]
Pendek
kata, nushrah yang diharapkan oleh
Nabi SAW saat itu belum kunjung tiba. Justru sebaliknya, apa yang dialami oleh
Nabi SAW menggambarkan sebaliknya. Tetapi, Nabi SAW tidak pernah putus asa.
Bahkan, ketika Nabi SAW mendatangi suku dan kabilah yang datang haji, di
Arafah, saat mereka wukuf, selalu dikuntit oleh Abu Lahab. Apa yang disampaikan
oleh Nabi kepada mereka selalu dimentahkan dan diserang balik.
Semua
peristiwa itu disaksikan oleh 'Ali dan Abu Bakar yang menemani Nabi SAW saat
mengontak mereka di Arafah. Begitulah perjuangan Nabi. SAW dalam mendapatkan nushrah, penuh liku, tidak mudah, dan
melelahkan.[]
Sumber: Tabloid Media Umat edisi 216
Tidak ada komentar:
Posting Komentar