KH M
Suyono, Pimpinan Ponpes Raudhotul Jannah, Sidokerto
Merasa
Terpanggil Berjuang Bersama Hizbut Tahrir
Kami sangat prihatin
dengan keadaan masyarakat. Sekalipun pondok sudah berdiri, pendidikan sudah
berjalan tetapi kami bingung dan prihatin mencoba mencari solusi memperbaiki
masyarakat. Kemaksiatan atau orang-orang yang melanggar syariat Islam seperti
minum minuman keras, perzinahan dll yang ada semakin tinggi. Hukum yang ada
tidak membuat jera. Bahkan pelaku zina justru dinikahkan. Maka kami
menginginkan dan mengupayakan diterapkannya syariah Islam di dalam kehidupan
ini.
Ketika Hizbut Tahrir
menyerukan untuk menegakkan syariah kami merasa terpanggil dan merasa cocok
untuk ikut berjuang menerapkan syariah Islam, sehingga kami ikut bergabung
bersama Hizbut Tahrir yang kurang lebih sudah dua tahunan ini.
Alhamdulillah kami
sering dikunjungi oleh para aktivis Hizbut Tahrir baik itu dari DPD maupun dari
DPP seperti Ustadz Ali Murtadho dan Gus Jun.
Alhamdulillah keluarga
kami -istri, anak dan ustadz-ustadz Raudhotul Jannah- sudah ikut pembinaan
Hizbut Tahrir. Santri pondok sudah ikut mulai berpartisipasi dalam acara-acara
Hizbut Tahrir di Bandar Lampung. Dan Alhamdulillah selama ini belum ada halangan
dari masyarakat. Ada juga wali murid yang sudah ikut Hizbut Tahrir dan ikut
menyemangati. Kami juga ikut mengajak masyarakat sekitar untuk ikut dalam
kegiatan-kegiatan Hizbut Tahrir. Cita-cita kami jelas yaitu berupaya agar
syariah Islam ini bisa tegak dan khilafah bisa terwujud.
Untuk teman-teman
semua agar selalu semangat mengemban dakwah memperjuangkan khilafah, karena
yang namanya perjuangan itu tidak mudah. Akan banyak rintangan yang
menghalanginya.[]
Ponpes
Raudhotul Jannah, Sidokerto, Lampung Tengah
Taman
Surga Di Tengah Lampung
Meski sudah sore,
udara di lingkungan Pondok Pesantren Raudhotul Jannah masih terasa segar,
apalagi ditambah dengan semilir angin berhembus. Mumpung cuaca cerah, Media
Umat pun meminta santri berkumpul untuk difoto bersama. Dengan sigap mereka
yang baru saja menunaikan shalat Ashar berjamaah langsung berhamburan ke luar
untuk melakukan foto groupy, Jum'at (9/4) di kompleks Ponpes Raudhotul Jannah,
Sidokerto, Lampung Tengah.
Usai mengambil
beberapa gambar, Media Umat pun berbincang-bincang dengan KHM Suyono, pimpinan
Raudhotul Jannah, seputar ponpes yang didirikan dan dibinanya tersebut.
”Alasan mendirikan
ponpes ini, dimotivasi dengan keprihatinan kami melihat keadaan generasi umat
Islam yang tidak tahu arah hidupnya dan bahkan jauh dari Islam. Mereka tidak
paham Islam dengan baik,” ungkapnya.
Lalu, Kyai Suyono
mengadakan Pengajian malam untuk warga. Aktivitasnya dilakukan dari sore hingga
pagi. Mulai dari ngaji, shalat wajib dan tahajjud, juga ibadah lainnya.
Santrinya berasal dari masyarakat sekitar. Namun dari hasil yang dilaksanakan
ternyata masih kurang maksimal karena hanya bisa mengelola dan bisa memberikan
pendidikan di waktu malam. Akhirnya kami putuskan membuat pondok pesantren,”
beber lelaki kelahiran Batang Harjo, Lampung Timur, 8 Mei 1963.
Maka, pada 2008, Kyai
Suyono mendirikan Raudhotul Jannah (Taman Surga). Harapannya, dengan belajar
berbagai hukum Islam di pondok tersebut, santri dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari sebagai tiket masuk surga, singkatnya pondok tersebut
menjadi taman menuju surga-Nya.
Di tahun pertama
berdirinya, hanya memiliki 28 santri putra-putri dan pada tahun ajaran sekarang
tercatat ada sekitar 250 santri yang belajar di tsanawiyah dan aliyah Raudhotul
Jannah. Kebanyakan
santri berasal dari
daerah Lampung, sisanya berasal dari Palembang, Jawa Barat, dll. Memang, selain
pendidikan berdasarkan kurikulum sendiri, ponpes ini memadukannya dengan
sekolah formal tsanawiyah dan aliyah.
Di awal berdirinya
pula, luas lahan pondok adalah sebesar 2 rantai, lalu dua tahun kemudian lahan
diperluas menjadi seperempat hektar. Dengan fasilitas gedung sekolah sebanyak 6
unit, asrama, kantin, lapangan olahraga, perumahan ustadz yang sudah ada 4 unit,
laboratorium komputer, perpustakaan dll.
Menariknya, baik
bangunan dan pembelian lokasi tanah diusahakan dan dibangun secara pribadi
tidak menerima bantuan dari manapun baik itu dari pemerintah maupun dari luar
negeri. ”Hal ini memudahkan kami dalam melaksanakan program-program kami tanpa
harus musyawarah dengan penyokong dana atau dengan pihak manapun,” tegasnya.
Selain memang pada
umumnya Pondok memacu untuk melaksanakan ibadah, ngaji dan amalan sunnah
seperti tahajjud dhuha, dll, keunggulan ponpes ini juga dari bahasanya yaitu
bahasa Arab dan Inggris. Untuk bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Arab.
”Para santri unggul
dari seqi bahasa. Kami saat ini sedang mendaftarkan anak-anak di Ar Royyah
Sukabumi untuk menqikuti kegiatan lomba di sana," katanya.
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 149, April 2015
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar