5. Orang yang junub boleh makan dan minum tanpa
perlu berwudhu. Aisyah berkata:
“Rasulullah Saw. jika
ingin tidur -sedangkan beliau Saw. dalam keadaan junub- beliau Saw. berwudhu,
persis wudhu untuk shalat. Dan jika ingin makan atau minum, beliau mencuci dua
telapak tangannya, kemudian beliau makan dan minum jika berkehendak.” (HR. Ahmad,
an-Nasai dan Muslim)
Ibnu Khuzaimah
meriwayatkan dari jalur Aisyah:
“Bahwasanya Nabi Saw.
Jika ingin makan padahal beliau Saw. dalam keadaan junub, maka beliau mencuci
kedua tangannya, kemudian makan.”
Demikianlah,
Rasulullah Saw. mencuci tangannya padahal beliau Saw. dalam keadaan junub,
kemudian beliau Saw. makan.
Selain itu, orang yang
junub boleh menyetubuhi isterinya dan tidur lagi tanpa perlu berwudhu. Ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwasanya dia berkata:
“Rasulullah Saw.
mendatangi (menyetubuhi) isterinya di permulaan malam, kemudian beliau Saw.
tidur dan tidak menyentuh air. Ketika beliau Saw. bangun di penghujung malam,
beliau Saw. kembali mendatangi (menyetubuhi) isterinya dan mandi.” (HR. Ahmad
dan para penyusun kitab as-Sunan)
Dan dari Aisyah ra.
diceritakan dengan lafadz:
“Bahwasanya Nabi Saw.
seringkali tidur dalam keadaan junub dan tidak menyentuh air.” (HR. Baihaqi)
Baihaqi menshahihkan hadits ini.
Tetapi hadits ini
didhaifkan oleh sejumlah imam ahli hadits. Mereka menyatakan bahwa hadits ini
diriwayatkan Abu Ishaq dari al-Aswad dari Aisyah, padahal Abu Ishaq tidak
mendengar hadits ini dari al-Aswad. Akan tetapi Baihaqi berkata: Sesungguhnya
Abu Ishaq menjelaskan bahwa dia mendengar hadits dari al-Aswad. Dia
menambahkan: Menurut kami hadits at-Tsauri dari Abu Ishaq dari al-Aswad adalah shahih. Sehingga hadits ini bisa diamalkan.
Hadits-hadits ini
tidak menyebutkan wudhu dan mandi untuk mengulangi persetubuhan, atau ketika
mau tidur, atau mau makan dan minum, tetapi yang lebih baik sebelum melakukan
beberapa aktivitas tersebut hendaknya seseorang berwudhu seperti wudhu yang
dilakukannya ketika akan shalat. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari
Aisyah ra. bahwasanya dia berkata:
“Adalah Rasulullah
Saw. jika ia sedang junub lalu ingin makan atau tidur, maka beliau Saw.
berwudhu seperti halnya wudhu untuk shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan berdasarkan hadits
yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Qais bahwasanya dia berkata:
“Aku bertanya kepada
Aisyah tentang witir Rasulullah Saw., lalu dia menceritakan hadits ini: Aku
berkata: Bagaimana yang dilakukan beliau Saw. saat sedang junub? Apakah beliau
Saw. mandi sebelum tidur, ataukah tidur sebelum mandi? Aisyah berkata: Setiap dari
keduanya itu seringkali dilakukan Rasulullah saw. Kadangkala beliau Saw. mandi
lalu tidur, dan kadangkala pula beliau Saw. berwudhu lalu kemudian tidur. Aku
berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menetapkan keluasan dalam urusan
ini.” (HR. Muslim)
Juga berdasarkan
hadits yang diriwayatkan Abu Said al-Khudri bahwasanya dia berkata: Rasulullah
Saw. bersabda:
“Jika salah seorang
dari kalian mendatangi (menyetubuhi) isterinya, kemudian ingin (menyetubuhinya)
kembali, maka hendaknya dia berwudhu.” (HR. Muslim, Ahmad dan para penyusun
kitab as-Sunan)
Juga berdasarkan
hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwasanya dia berkata:
“Umar bertanya kepada
Nabi Saw. apakah seseorang dari kami boleh tidur sedangkan dia dalam keadaan
junub? Maka Nabi Saw. berkata: “Iya, jika dia berwudhu.” (HR. Bukhari, Muslim,
Ahmad dan para penyusun kitab as-Sunan)
Juga berdasarkan
hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar dari Umar ra.:
“Bahwasanya dia
bertanya kepada Rasulullah Saw.: Apakah salah seorang dari kami boleh tidur
sedangkan dia dalam keadaan junub.? Beliau Saw. berkata: “Dia (boleh) tidur dan
berwudhu jika dia mau.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
Semua hadits ini
beberapa kali menyebutkan Rasulullah Saw. makan, padahal beliau Saw. dalam
keadaan junub. Beliau Saw. tidak lebih hanya mencuci tangannya saja, dan
kadangkala pula dalam kesempatan yang lain beliau Saw. makan, padahal dalam
keadaan junub setelah beliau Saw. berwudhu seperti wudhu yang dilakukannya
untuk shalat. Hal ini menunjukkan bahwa seorang Muslim berhak memilih, antara
berwudhu dan tidak berwudhu. Ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan Ibnu
Umar di atas yang menyebutkan:
“Dan berwudhu jika dia
mau.”
Selain itu, Rasulullah
Saw. memerintahkan orang yang junub berwudhu terlebih dahulu ketika ingin
mengulang persetubuhan. Dan beliau Saw. sendiri melakukannya dalam beberapa
kesempatan, tetapi dalam beberapa kesempatan yang lain beliau Saw. mengulang
persetubuhan tanpa berwudhu.
“(Beliau Saw.)
menyetubuhi isterinya di permulaan malam, kemudian beliau Saw. tidur dan tidak
menyentuh air. Ketika bangun di penghujung malam beliau Saw. kembali
menyetubuhi isterinya.”
Kami katakan
dianjurkan (mustahab), karena wudhu itu
sendiri hukumnya mandub (sunah) dalam berbagai kondisi. Selama hukum wudhu itu
mandub maka dalam kondisi junub pun mandub hukumnya. Ini tentunya selain wudhu
yang wajib. Orang yang junub dibolehkan makan, minum, mengulang persetubuhan,
tidur tanpa berwudhu, tetapi jika dia berwudhu maka itu lebih baik dan lebih
utama.
Bacaan: Tuntunan
Thaharah Berdasarkan Qur’an Dan Hadits, Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Pustaka
Thariqul Izzah
(Artikel ini tanpa
tulisan Arabnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar