E. Pembersihan Institusi Politik
Yahudi Bani Musthaliq
1. Persiapan untuk melakukan
pembersihan institusi politik Bani Mushthaliq
Setelah dilakukannya
pembersihan institusi politik Yahudi Bani Quraidhah, Rasulullah Saw. berencana
melakukan pembersihan terhadap komunitas institusi politik orang-orang Yahudi
yang lain. Sedang komunitas institusi politik orang-orang Yahudi yang masih berpengaruh
di Madinah al-Munawwarah hanya tinggal dua, yaitu Yahudi Bani Mushthaliq dan
Yahudi Khaibar. Untuk itu, Rasulullah Saw. harus melakukan beberapa manuver
militer dan politik sebelum melakukan pembersihan terhadap mereka.
Berikut ini
manuver-manuver terpenting yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.: (Lihat Lampiran
II, Mobilisasi Pasukan Islam antara Perang Bani Quraidhah dan Perang Bani
Musthaliq)
a. Pasukan pimpinan Muhammad bin
Maslamah pergi ke ar-Raqtha’
Setelah memasuki bulan
Muharram, tahun keenam Hijriyah, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang
dipimpin Muhammad bin Maslamah al-Anshari untuk pergi ke ar-Raqtha’ daerah
pedalaman Bani Bakar. Rasulullah Saw. memerintahkannya agar bergerak pada malam
hari dan bersembunyi di siang hari. Perintah Rasulullah Saw. itu pun dilakukan.
Setelah Muhammad bin
Maslamah sampai pada mereka, maka ia pun langsung menyerangnya, sehingga di
antara mereka terbunuh kurang lebih 10 orang, dan yang lain melarikan diri.
Muhammad bin Maslamah menggiring 150 ekor unta dan 3.000 ekor kambing. Dan
dengan membawa semua itu, Muhammad bin Maslamah kembali ke Madinah
al-Munawwarah.
b. Perang Bani Lihyan
Setelah memasuki bulan
Rabi’ul Awal, tahun keenam Hijriyah, Rasulullah Saw. pergi sendiri ke Bani
Lihyan.
Adapun sebab yang
tidak secara langsung terkait dengan perang ini adalah membangun hegemoni
Negara Islam, memperlihatkan kekuatannya, dan menakut-nakuti musuh-musuh Negara
Islam.
Sedangkan sebabnya
yang secara langsung adalah peristiwa ar-Raji’, tahun keempat Hijriyah. Yaitu,
ketika datang delegasi dua suku ‘Adhal dan Qarah. Mereka menyatakan masuk
Islam, lalu mereka meminta Rasulullah Saw. agar mengirim bersama mereka
orang-orang yang akan mengajari mereka. Rasulullah Saw. mengirim bersama mereka
beberapa sahabat terbaik.
Akan tetapi, tidak
lama kemudian mereka berkhianat, mereka membunuh para sahabat terbaik itu di
tengah jalan. Rasulullah Saw. mengabaikan mereka itu, namun setelah mendapatkan
kekuatan untuk memerangi mereka, maka Rasulullah Saw. pergi memerangi mereka, sebagai
balasan terhadap perbuatan mereka di ar-Raji', dan pengajaran bagi mereka.
Sebab, sebelumnya Rasulullah Saw. tidak mungkin memberi pelajaran pada mereka,
mengingat ketika terjadinya peristiwa itu Rasulullah Saw. sedang menghadapi
situasi dan kondisi yang sangat sulit.
Sebagaimana biasanya,
ketika bergerak, Rasulullah Saw. menyembunyikannya dari musuhnya. Bahkan tidak
jarang beliau membuat bingung para musuh beliau. Sebab, beliau sering pergi
menuju peperangan, namun tidak seorangpun yang mengetahui ke mana tujuan beliau
pergi.
Dan kali ini, beliau
hendak membuat bingung pihak musuh. Beliau memperlihatkan bahwa beliau hendak
pergi ke Syam, supaya mereka yang menjadi sasarannya lalai dan lengah.
Rasulullah Saw. pergi dari Madinah melewati Ghurab -yaitu gunung di daerah
Madinah yang di atasnya terdapat jalan menuju Syam-, melintasi Mahis, Batra’,
kemudian beliau belok kiri, lalu beliau melewati Bin, kemudian melintasi
Shukhairotil Yamam, lalu berjalan lurus menuju al-Mahjah melalui jalan menuju
Makkah. Selanjutnya, beliau mempercepat langkahnya hingga sampai di Ghuran
yaitu tempat tinggal Bani Lihyan, menuju daerah yang bernama Sayah. Namun,
beliau mendapati bahwa mereka telah siaga dan bertahan di puncak-puncak gunung.
(Bin adalah lembah
yang ada di dekat Madinah. Ghuran adalah lembah yang terletak di antara Umj dan
‘Usfan.)
Ketika Rasulullah Saw.
tiba di Sayah, sedang rencana penyerangan secara tiba-tiba yang telah
direncanakan mengalami kegagalan, maka beliau bersabda: “Kalau kita turun ke
‘Usfan, niscaya penduduk Madinah melihat bahwa kita pergi ke Makkah.”
Beliau pergi bersama
200 pejalan kaki dari kalangan sahabat hingga beliau sampai di 'Usfan. Kemudian
beliau mengirim dua orang penunggang kuda hingga keduanya tiba di Karra’
al-Ghamim. Selanjutnya, Rasulullah Saw. memutuskan kembali ke Madinah.
Jabir bin Abdullah
berkata, “Ketika hendak kembali ke Madinah, aku mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: “Mereka kembali, insya Allah
mereka bertaubat, dan mereka benar-benar memuji Tuhan kami. Aku berlindung
kepada Allah dari kesulitan dalam perjalanan, kesedihan karena kembali dengan
kegagalan, dan melihat pemandangan buruk dalam keluarga dan harta.”
c. Pasukan pimpinan Karaz bin
Zaid pergi ke ‘Irniyyin
Ketika Rasulullah Saw.
kembali dari perang Bani Lihyan, beliau bertemu dengan rombongan di antara
orang-orang Qais Kubbah dari Bajilah, mereka terinfeksi di Madinah dan mereka
menderita sakit pada limpanya, sehingga hampir-hampir mereka celaka. Rasulullah
Saw. membawa mereka pada unta yang bersusu subur milik beliau di Faifa’
al-Khabar. Unta yang bersusu subur ini dikuasakan pada Yasar.
Ketika mereka merasa
sehat, mereka malah berbuat zalim pada Yasar, mereka menyembelihnya, menusukkan
duri pada kedua matanya, dan bahkan membawa pergi unta yang bersusu subur itu.
Rasulullah Saw.
mengutus Karaz bin Jabir untuk mengejar mereka. Setelah berhasil dikejarnya,
lalu mereka dibawa kepada Rasulullah Saw., kemudian tangan dan kaki mereka
dipotong, dan mata mereka dicungkil. Tindakan Rasulullah Saw. pada mereka itu
tidak kecuali sebagai qishash atas
perbuatan mereka pada Yasar, sebagai realisasi firman Allah Swt.:
“Dan jika kamu
memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu.” (TQS. an-Nahl [16]: 126)
e. Pasukan pimpinan Ukkasyah
pergi ke Ghamr
Di bulan Rabi’ul Awal
itu juga, setelah perang Dzu Qarad, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan dengan
kekuatan 40 orang yang akan diberangkatkan ke Ghamr Marzuq -mata air milik Bani
Asad- dengan dipimpin ‘Ukkasyah bin Mihshan. Ukkasyah pergi dengan cepat. Setelah
mereka mengetahui kedatangan pasukan pimpinan Ukkasyah, maka merekapun
melarikan diri.
Ukkasyah dan
pasukannya hanya mendapatkan binatang-binatang ternak mereka, lalu Ukkasyah
membawa binatang-binatang ternak mereka itu, yang berjumlah 200 ekor unta.
Ukkasyah dan pasukannya sambil membawa binatang-binatang ternak itu menghadap
kepada Rasulullah Saw.
f. Pasukan pimpinan Muhammad bin
Maslamah pergi ke Dzul Qishah
Memasuki bulan
Rabi’uts Tsani, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang terdiri dari 10 orang
dengan dipimpin Muhammad bin Maslamah. Rasulullah Saw. menugaskan pasukan itu
mendatangi Bani Tsa’labah dan Bani ‘Awwal, mereka berada di Dzul Qishah, mereka
berjumlah 100 orang.
Pasukan itu mendatangi
mereka pada malam hari. Kaum Muslimin mengelilingi mereka dan menyerangnya.
Muhammad bin Maslamah menderita luka di tumitnya, lalu kaum Muslimin membawanya
ke Madinah.
Kemudian, Rasulullah
Saw. mengirim Abu Ubaidah bin Jarrah dengan kekuatan 40 orang pergi ke tempat
mereka berperang, namun mereka tidak mendapati seorangpun, sedang yang mereka
dapati hanya binatang ternak. Abu Ubaidah membawanya, dan kembali ke Madinah.
g. Pasukan pimpinan Abu Ubaidah
bin Jarrah pergi ke Dzul Qishah
Dalam bulan Rabi'uts
Tsani juga, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin Abu Ubaidah bin
Jarrah dengan kekuatan 40 orang untuk menyerang pertemuan yang diadakan di
Maradh -kira-kira 36 mil dari Madinah- tempat kediaman suku Bani Muharib,
Tsa'labah, dan Anmar.
Abu Ubaidah bergerak
mendatangi mereka pada malam hari. Abu Ubaidah sampai di Dzul Qishoh saat
cahaya fajar pertama, kemudian menyerang mereka, akhirnya mereka pun melarikan
diri dan kocar-kacir menyelamatkan diri ke gunung. Lalu, Abu Ubaidah mengambil
harta benda mereka dan selanjutnya kembali ke Madinah al-Munawwarah.
h. Pasukan pimpinan Zaid bin
Haritsah pergi ke Bani Sulaim
Di akhir bulan Rabi’ul
Akhir, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin Zaid bin Haritsah untuk
diberangkatkan ke Bani Sulaim di al-Humum daerah pedalaman Nakhlah.
Mereka mendapatkan
seorang perempuan dari Mazinah, namanya Halimah, lalu mereka menahan perempuan
itu. Kemudian perempuan itu yang memberitahu mereka tentang kediaman Bani
Sulaim.
Akhirnya mereka
mendapatkan binatang ternak, kambing-kambing dan tawanan. Dengan membawa semua
itu, mereka kembali pada Rasulullah Saw. Sesampainya di Madinah, Rasulullah
Saw. membebaskan Halimah dan suaminya sebagai balasan atas apa yang telah ia
lakukan.
i. Pasukan pimpinan Zaid bin
Haritsah pergi ke al-'Ish
Memasuki bulan
Jumadzil ‘Ula tahun keenam Hijriyah, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang
dipimpin Zaid bin Haritsah dengan kekuatan 40 pasukan berkuda untuk mencegat
para pedagang kafir Quraisy yang akan melintasi al-‘Ish.
Zaid berhasil
menemukannya dan mengambil semua yang ada, dan selanjutnya membawanya kepada
Rasulullah Saw. Dalam tawanan perang ini terdapat Abu al-Ash bin Rabi’, suami
putri Rasulullah Saw., Zainab. Kemudian istrinya, Zainab, menolongnya dengan
memberi jaminan, dan Rasulullah Saw. menerima jaminan yang diberikan putrinya.
j. Pasukan pimpinan Zaid bin
Haritsah pergi ke ath-Tharif
Setelah itu, di bulan
yang sama, Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin Zaid bin Haritsah
untuk diberangkatkan ke ath-Tharif -yaitu mata air, kurang lebih 36 mil dari
Madinah melalui jalan Iraq-. Zaid pergi ke Bani Tsa’labah dengan kekuatan 15 orang.
Ia mendapatkan banyak unta dan kambing. Selanjutnya, dengan membawa semua itu,
ia kembali ke Madinah al-Munawwarah.
L. Pasukan pimpinan Zaid bin
Haritsah pergi ke Wadzil Qura
Pada bulan Rajab tahun
itu (tahun keenam Hijriyah), Rasulullah Saw. menyiapkan pasukan yang dipimpin
Zaid bin Haritsah untuk diberangkatkan ke Wadzil Qura. Di Wadzil Qura ini
pasukan Zaid bertemu dengan Bani Fazarah. Banyak dari pasukan Zaid yang terbunuh,
sehingga Zaid tampak lemas di antara mereka yang terbunuh. Ketika Zaid telah
kembali ke Madinah, ia bersumpah untuk tidak menyentuh kepalanya ketika mandi
janabat (hadats besar) sampai ia memerangi Bani Fazarah.
Ketika ia telah sembuh
dari luka-lukanya, pada bulan Ramadhan, Rasulullah Saw. mengirimnya dengan
sebuah pasukan ke Bani Fazarah. Kemudian ia memerangi mereka di Wadzil Qura. Ia
berhasil menahan Ummu Qurafah Fatimah bintu Rabiah bin Badar dan kedua putrinya.
Ummu Qurafah adalah wanita tua yang disegani dan dihormati. Kemudian, Zaid
membunuhnya sebab wanita tua itu telah lancang mencaci dan menghina Rasuiullah
Saw.
(artikel ini tanpa
tulisan Arabnya)
Sumber: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw.,
Al-Azhar Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar