2. Pembersihan Terhadap
Institusi Politik Kaum Musyrikin
Pembersihan terhadap
institusi ini tidak selesai hanya dengan satu putaran, melihat banyaknya musuh
dan keganasannya. Sehingga perlu dilakukan melalui banyak putaran yang
rinciannya sebagai berikut:
Putaran pertama: di Makkah
f. Memasuki Makkah
Rasulullah Saw.
membagi pasukannya menjadi empat kelompok (detasemen), sesuai jumlah pintu
(jalan) masuk menuju Makkah. Setiap kelompok dipimpin oleh seorang pemimpin.
Para pemimpin kelompok-kelompok tersebut adalah Abu Ubaidah bin Jarrah, Zubair
bin Awwam, Sa’ad bin Ubadah, Khalid bin Walid -yang masuk Islam dan kemudian
menyusul Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. memerintahkan kepada para pemimpin
kelompok untuk tidak melakukan peperangan, kecuali mereka terpaksa berperang.
Kelompok-kelompok
tersebut mengepung Makkah, kemudian memasukinya melalui jalan-jalan masuk
menuju Makkah tanpa ada peperangan, kecuali apa yang terjadi dengan beberapa
orang yang kurang hati-hati, mereka pergi menuju jalan di antara jalan-jalan
Makkah untuk mencegah tentara Islam memasuki Makkah. Allah Swt. berkehendak
bahwa pemimpin kelompok yang masuk melalui jalan ini adalah Khalid bin Walid
yang pernah menjadi salah seorang panglima perang kaum musyrikin, yang
menyebabkan kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud. Khalid memerangi kelompok
kecil tersebut yang sedang menghalangi jalannya. Khalid berhasil
menghancurkannya. Kemudian, Khalid melanjutkan perjalanannya hingga akhirnya ia
bertemu dengan kelompok-kelompok tentara kaum muslimin yang lain di sisi Ka’bah
al-Musyarrafah.
Ketika tentara kaum
muslimin berhasil memasuki Makkah, kaum Quraisy yakin bahwa tidak seorangpun
dari para tokoh mereka dan para pahlawan mereka yang akan tersisa, mereka
berada di antara dua pilihan; dibunuh dengan pedang kaum muslimin, atau
menyerah dengan memberikan loyalitasnya kepada Negara Islam. Dengan demikian,
tidak ada pilihan lain bagi kaum Quraisy, kecuali mengumumkan ketundukkannya
kepada Negara Islam.
Rasulullah Saw. tidak
memasuki Makkah dengan penuh kesombongan karena kemenangannya, sebagaimana para
pemimpin yang berhasil menaklukkan suatu negeri. Namun beliau memasuki Makkah
dengan memperlihatkan puncak tawadhu’nya kepada Allah Swt. Sehingga Abdullah
bin Abu Bakar berkata, “Rasulullah Saw. berhenti sementara di Dzi Thuwa. Ketika
beliau sedang berada di atas untanya, beliau bersorban dengan separuh burdah
berwarna merah buatan Yaman, beliau menundukkan wajahnya hingga jenggotnya
hampir menyentuh bagian tengah untanya karena tawadhu’nya kepada Allah, setelah
beliau melihat kemuliaan yang Allah karuniakan kepada beliau dengan berhasilnya
menaklukkan Makkah.”
g. Membersihkan sisa-sisa
kesyirikan
Rasulullah Saw.
memasuki Makkah dengan mengendarai unta menuju Ka’bah. Sedang kaum Quraisy
telah membuat banyak berhala di sekeliling Ka’bah. Berhala-berhala itu
kaki-kakinya dicor dengan timah. Rasulullah Saw. mulai menghancurkan
berhala-berhala itu ((tak boleh ada kemusyrikan di Masjidil Haram)) sambil
membaca firman Allah,
“Yang benar telah
datang dan yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya yang bathil itu adalah
sesuatu yang pasti lenyap” (TQS. al-Isra’ [17]: 81) sehingga tidak satupun
berhala yang tersisa.
Kemudian beliau
memerintahkan kaum muslimin berkumpul. Selanjutnya, beliau berthawaf sebanyak tujuh kali putaran dengan
mengendarai untanya, beliau mengusap rukun dengan tongkat yang dipegangnya.
Fadhalah bin Umair al-Laitsi berusaha membunuh Rasulullah Saw. Ketika Fadhalah
telah dekat dengan Rasulullah Saw., beliau bersabda kepadanya, “Apakah engkau
Fadhalah?” Fadhalah bin Umair menjawab, “Benar, aku Fadhalah, wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda, “Apa yang telah engkau katakan kepada dirimu
sendiri?” Fadhalah menjawab, “Aku tidak mengatakan apa-apa kepada diriku. Aku
hanya berdzikir kepada Allah Swt.” Beliau tertawa, kemudian bersabda, “Wahai
Fadhalah, beristighfarlah kepada Allah.”
Lalu, beliau meletakkan tangannya ke dada Fadhalah bin Umair hingga hati
Fadhalah merasa tenang. Fadhalah bin Umair berkata, “Demi Allah, tiba-tiba
Rasulullah Saw. menjadi orang yang paling aku cintai, sebelum beliau mengangkat
tangannya dari dadaku.”
Selesai melakukan
thawaf beliau memanggil Utsman bin Thalhah, lalu beliau mengambil kunci Ka’bah
darinya. Beliau membuka Ka’bah, memasukinya, dan berkeliling di dalamnya.
Beliau menemukan patung burung merpati yang terbuat dari kayu, lalu beliau
memecahkannya dengan tangan beliau, dan kemudian membuangnya. Beliau melihat
gambar-gambar malaikat di dinding Ka’bah, lalu beliau menghapusnya. Beliau juga
melihat gambar Ibrahim as. sedang mengundi nasib dengan anak panah di
tangannya, lalu beliau menghapusnya. Beliau bersabda, “Semoga Allah membunuh
mereka yang membuat gambar nenek moyang kami, Ibrahim sedang mengundi nasib.
Ingat! Ibrahim tidak mungkin mengundi nasib.”
Firman Allah,
“Ibrahim bukan seorang
Yahudi dan bukan (pula) seorang Nashrani, akan tetapi dia adalah seorang yang
lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk
golongan orang-orang musyrik.” (TQS. Ali Imran [3]: 67)
h. Amnesti umum
Kemudian, Rasulullah
Saw. pergi, dan lalu berdiri di pintu Ka’bah, sedang orang-orang telah
berkumpul di depan beliau. Kemudian, Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah, yang tidak ada sekutu bagi-Nya yang
menepati janji, yang memenangkan hamba-Nya, dan yang menaklukkan pasukan
sekutu, sendirian. Ketahuilah bahwa setiap kemuliaan, darah, atau kekayaan yang
diidamkan itu berada di bawah kedua kakiku ini, kecuali pelayan Ka’bah dan
pemberi minuman kepada jamaah haji. Ketahuilah, pembunuhan karena salah
sasaran, dengan cambuk dan tongkat itu sama dengan pembunuhan semi sengaja,
maka diyatnya sangat diperberat, yaitu
seratus unta, dan empat puluh ekor di antaranya dalam keadaan hamil. Wahai
orang-orang Quraisy, sesungguhnya Allah telah menghilangkan semangat jahiliyah
dan semangat mengagung-agungkan nenek moyang kalian. Ingat! semua manusia
berasal dari Adam, sedang Adam berasal dari tanah.
“Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.” (TQS. al-Hujurat [49]:
13)
Beliau bersabda,
“Menurut perkiraan kalian, aku akan berbuat apa kepada kalian?” Mereka
menjawab: “Engkau akan berbuat baik, (sebab) engkau saudara (kami) yang baik,
dan engkau anak dari saudara (kami) yang baik.” Beliau bersabda: “Pergi! Kalian
semua bebas.”
i. Membersihkan para pengacau
Negara Islam
Meskipun beliau telah
mengeluarkan amnesti umum terhadap kaum musyrikin, namun beliau tidak memaafkan
terkait dengan orangorang tertentu, dan menghalalkan darahnya. Untuk itu,
beliau memerintahkan agar membunuh mereka di manapun mereka berada, walaupun mereka
berada di bawah kelambu Ka’bah. Sebab, mereka senantiasa menghasut dan
memprovokasi orang-orang untuk melawan Negara Islam. Mereka itu adalah:
1.
Abdullah bin Sa’ad
Ia adalah saudara Bani
Amir bin Luay. Rasulullah Saw. mengeluarkan perintah untuk membunuhnya, sebab
sebelumnya ia adalah seorang muslim, bahkan ia menjadi penulis wahyu untuk
Rasulullah Saw., namun kemudian ia murtad, dan kembali bergabung dengan kaum Quraisy.
Setelah ia tahu bahwa Rasulullah Saw. menghalalkan darahnya, maka Abdullah bin
Sa’ad meminta perlindungan kepada Utsman bin Affan. Sebab, Utsman bin Affan
merupakan saudara susuannya.
Utsman
menyembunyikannya. Setelah para sahabat dan penduduk Makkah merasa tenang,
Utsman membawanya kepada Rasulullah Saw., dan meminta jaminan keamanan
untuknya. Abdullah bin Sa’ad datang kepada Rasulullah Saw. dengan penuh
penyesalan, dan ia kembali menjadi muslim, bahkan ia menjadi muslim yang baik
dan taat. Dan di masa kekhilafahan Umar bin Khaththab, ia diangkat sebagai wali (gubenur) untuk menangani tugas-tugas
Negara Islam.
2.
Abdullah bin Khathal
Ia adalah salah
seorang dari Bani Taim bin Ghalib. Rasulul-lah Saw. mengeluarkan perintah untuk
membunuhnya, sebab sebelumnya ia adalah seorang muslim. Kemudian Rasulullah
Saw. mengutusnya sebagai petugas yang mengurusi zakat. Ia dibantu oleh satu
orang dan satu orang budak muslim yang melayaninya. Ketika tiba di suatu
tempat, ia memerintahkan budak tersebut untuk menyembelih kambing, lalu
memasaknya. Setelah memerintahkan budak tersebut, Abdullah bin Khathal tidur.
Namun, setelah ia bangun, ia melihat budak tersebut tidak memasak apa-apa.
Sehingga ia marah, lalu ia menyiksanya, hingga budak tersebut meninggal.
Kemudian, Abdullah bin Khathal murtad, dan kembali musyrik.
Tidak lama setelah
Abdullah bin Khathal jatuh dalam genggaman Sa’id bin Huraits al-Makhzumi dan
Barzah al-Aslami, kedua sahabat ini membunuhnya. Abdul bin Khathal memiliki dua
orang wanita penghibur (penyanyi) dan seorang istri. Kedua orang wanita penghibur
itu kemudian menyanyi yang berisi celaan dan ejekan terhadap Rasulullah Saw.
Kemudian, Rasulullah Saw. mengeluarkain perintah agar membunuh kedua wanita
penghibur bersama dengan Abdullah bin Khathal. Salah satunya berhasil dibunuh,
sedang yang satunya lagi berhasil melarikan diri kemudian ia meminta jaminan
keamanan kepada Rasulullah Saw. dan beliau memberinya. Lalu, ia kembali.
3.
Huwairits bin Nuqaidz
Di Makkah, ia termasuk
di antara orang-orang yang pernah menyakiti Rasulullah Saw., dan juga termasuk
di antara orang-orang yang menghasut dan memprovokasi orang-orang agar melawan
Negara Islam. Namun, tidak lama kemudian, Ali bin Abi Thalib berhasil membunuhnya.
4.
Miqyas bin Shubabah
Rasulullah Saw.
mengeluarkan perintah untuk membunuhnya, sebab ia telah membunuh salah seorang
kaum Anshar yang telah membunuh saudaranya dengan tidak sengaja, dan ia kembali
bergabung dengan kaum Quraisy sebagai orang musyrik. Namun tidak lama ia berada
dalam genggaman Numailah bin Abdullah, Numailah bin Abdullah membunuhnya.
5.
Sarah
Ia adalah mantan budak
Bani Abdul Muththalib. Di Makkah, ia menyakiti Rasulullah Saw. dan menghasut
orang-orang agar melawan beliau. Setelah ia tahu bahwa Rasulullah Saw.
menghalalkan darahnya, maka ia bersembunyi. Dan ia tetap bersembunyi, hingga
akhirnya ia meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah Saw., dan Rasulullah
Saw. memberinya.
6.
Ikrimah bin Abu Jahal
Setelah Ikrimah tahu
bahwa Rasulullah Saw. telah menghalalkan darahnya, maka ia melarikan diri ke
Yaman. Sedang istrinya, Ummu Hakim bintu Harits bin Hisyam masuk Islam.
Kemudian istrinya meminta untuknya jaminan keamanan dari Rasulullah Saw., dan
Rasulullah Saw. memberinya. Lalu istrinya pergi mencarinya ke Yaman. Setelah
ketemu ia membawanya kepada Rasulullah Saw., dan akhirnya Ikrimah bin Abu Jahal
juga masuk Islam.
j. Hari kebaikan dan pemenuhan
janji
Kemudian, Rasulullah
Saw. duduk di Masjidil Haram. Lalu Ali bin Abi Thalib datang kepada beliau
dengan membawa kunci Ka’bah di tangannya. Ali bin Abi Thalib berkata, “Wahai
Rasulullah, kumpulkan untuk kami penjaga Ka’bah dan pamberi minum orang-orang
yang sedang menjalankan ibadah haji, semoga shalawat (rahmat) Allah tetap atas
kamu.” Rasulullah Saw. tidak memperdulikan perkataan Ali. Beliau bersabda,
“Mana Utsman bin Thalhah? Panggilkan dia.” Setelah Utsman bin Thalhah berada di
hadapan beliau. Beliau bersabda, “Wahai Utsman, ini aku berikan kuncimu.
Sungguh, hari ini adalah hari kebaikan dan hari pemenuhan janji.”
k. Memproklamirkan kedaulatan
Negara Islam atas Makkah
Rasulullah Saw.
memerintahkan Bilal agar menaiki Ka’bah, dan memerintahkan agar mengeraskan
suaranya ketika adzan. Pelaksanaan adzan ini sebagai bentuk pengumuman bahwa
kedaulatan setelah ini hanya milik Allah, di mana tidak seorangpun yang
menyekutukannya, “Allah Maha Besar, Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali
Allah.”
Sesungguhnya
Rasulullah Saw. adalah orang yang menyampaikan sistem yang diridhai Allah untuk
negara yang sedang berkuasa ini atas nama Allah, “Aku bersaksi bahwa Muhammad
itu utusan Allah.”
Sehingga semua orang
harus menerima dengan penuh ketaatan kepada para penyeru negara ini, yang
bertujuan (cita-citanya) melenyapkan kezhaliman dan berbagai bentuk
ketidakadilan, dan menyebarkan keadilan dan kesejahteraan di dunia “Mari menuju
kemenangan.”
Pelaksanaan adzan
tidak lain, kecuali sebagai bentuk pengumuman politik yang isinya bahwa
Rasulullah mengokohkan kedaulatan Negara Islam yang sedang berkuasa atas nama
Allah terhadap negeri yang ditaklukkan. (Lihat Lampiran 14, Mobilisasi pasukan
Islam antara Penaklukan Makkah sampai pasca perang Tabuk)
(artikel ini tanpa
tulisan Arabnya)
Sumber: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw.,
Al-Azhar Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar