Saat aparat keamanan
tidak bersikap secara benar terhadap orang-orang yang menghina Islam dan
ulama/tokoh umat, kaum Muslim bergerak mendatangi mereka. Kepada mereka, kaum
Muslim mendorong mereka untuk meminta maaf. Sebagai saksi, kaum Muslim pun
menghadirkan aparat kepolisian/TNI.
Rupanya langkah yang
diambil oleh kaum Muslim ini tidak disukai oleh aparat dan para pendukung
penghina ulama dan Islam. Tindakan yang kemudian dikenal dengan istilah
'persekusi' ini pun dianggap sebagai penekanan/intimidasi. Terlebih lagi
beberapa orang yang didatangi kaum Muslim merasa hak-haknya telah dirampas oleh
kaum Muslim. Tindakan persuasif kaum Muslim ini pun ternyata dinilai negatif
oleh aparat kepolisian. Bukannya terima kasih atas tindakan damai kaum Muslim,
polisi justru kemudian mengeluarkan larangan terhadap tindakan persekusi.
Keputusan ini didukung sepenuhnya oleh para pendukung Ahok dan penghina Islam
dan ulama.
Korban larangan
persekusi adalah Kapolres Solok, Sumatera Barat, Ajun Komisaris Besar
Susmelawati Rosya. Ia dicopot oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dianggap
kurang tegas menangani persekusi yang diduga dilakukan FPI. Padahal, menurut
imam FPI Sumatera Barat Buya Busra, Susmelawati mengetahui tidak ada intimidasi
yang dilakukan aktivis Islam di Solok terhadap seorang dokter.
Anehnya, para
penentang persekusi itu di antaranya adalah salah satu organisasi
kemasyarakatan yang hobi membubarkan pengajian dan ormas lain. Ormas ini diam
seribu bahasa ketika ada para ulama dihina, sebaliknya sangat bersemangat
menjaga tempat ibadah agama lain.
Yang menarik, aparat
kepolisian seolah membiarkan bila sasaran persekusi itu adalah tokoh Islam.
Fakta sangat nyata terlihat dalam kasus perburuan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah
di apron bandara Sam Ratulangi Manado oleh kalangan Kristen. Mereka dibiarkan memasuki
area terlarang di bandara sambil membawa pedang dan benda tajam lainnya.
Sebelumnya, hal yang
sama terjadi pada kasus pencegatan Tengku Zulkarnaen dan Sobri Lubis dalam
kunjungan dakwahnya ke Pontianak, Kalimantan Barat. Sekelompok orang berpakaian
adat Dayak juga 'dibiarkan' masuk ke Bandara Supadio untuk mencegah kedua tokoh
Islam itu berceramah di Kalimantan Barat.
Dan sudah berkali-kali
Banser di beberapa daerah mengganggu kegiatan ormas legal HTI tapi dibiarkan
oleh kepolisian. Bukannya dicegah melakukan pelanggaran hukum, justru HTI-nya
yang dilarang melakukan kegiatan. “Anehnya mereka tidak disebut melakukan tindakan
persekusi," kata jubir HTI Ismail Yusanto.
"Mereka hobi
menjotos orang lain. Tapi giliran dijotos. langsung mewek dan bikin gerakan anti jotos. Sejujurnya, kami sangat
mendukung gerakan anti persekusi. Ini gerakan yang sangat bagus. Namun kami
sangat muak. karena Anda yang membuat gerakan Ini terkenal sebagai gerombolan
standar ganda. Mereka pelaku, tapi membuat gerakan untuk melawan perbuatan
mereka sendiri," kata seorang netizen Jonru Ginting.
Represif
Kenyataan itu
membuktikan bahwa rezim Jokowi ini kian represif
terhadap umat Islam. Ini terlihat dari tindakan semena-mena yang diterima oleh
tokoh dan kelompok Islam. Tokoh dan kelompok tersebut merupakan representasi
dari gelombang aksi umat yang bergerak dengan ide dan tujuan yang tegas seperti
bela Islam, bela Al-Qur’an, dan tegakkan keadilan. Tokoh dan ormas Islam ini
dianggap memiliki andil besar dalam kekalahan Ahok -tokoh yang didukung
sepenuhnya oleh pemerintah dan partai-partai besar. "Tak berlebihan bila
rezim ini disebut represif anti Islam,” kata Ismail.
Tindakan itu, menurut
Ismail, harus dilawan. Umat Islam tidak boleh tinggal diam. Hanya saja bentuk
perlawanannya harus tepat. Ia mengusulkan ada dua. Pertama, perlawanan opini. Umat Islam harus menunjukkan secara
telak bahwa apa yang terjadi saat ini seperti apa yang terjadi pada Habib
Rizieq, Amien Rais, Ustadz Al Khaththath ataupun yang lainnya memang sebuah
kriminalisasi dan tindakan represif. "Juga harus ditunjukkan
pertentangannya dengan Islam, karena di saat yang sama pasti mereka berusaha
untuk menunjukkan hal yang sebaliknya,” jelasnya.
Kedua, perlawanan hukum. Langkah ini dilakukan
dengan menggunakan para lawyer. Ini
dimaksudkan agar aparat tidak mudah men-tersangka-kan seseorang, apalagi
menahan. Dan jikalau oleh karena berbagai sebab tetap saja maju ke pengadilan,
di pengadilan juga harus ditunjukkan bahwa yang bersangkutan tidaklah bersalah
sehingga tidak layak diperlakukan seperti itu.
Nah, lebih dari itu,
menurut Amien Rais, identifikasi musuh Islam harus tepat. Ia mengingatkan
bagaimana dulu Nabi Muhammad SAW dengan tegas membedakan siapa teman yakni
orang Mukmin, dan siapa musuh yakni orang kafir, orang musyrik, orang munafik,
orang fasik, orang dzalim.
“Kalau kita, umat
Islam, memiliki definisi siapa teman dan siapa lawan dengan jelas, insya Allah para kyai, para profesor, para
politisi Islam itu memiliki persepsi yang lebih kurang sama. Tapi karena
kadang-kadang kacamata Al-Qur’an tidak dipakai, lebih sering menggunakan
kacamata kepentingan, maslahah
(manfaat), sehingga menjadi centang perenang seperti sekarang ini,” katanya.
Amien
yakin, bila kaum Muslim -siapapun orangnya dan apapun jabatannya- memahami
bahwa ada musuh bersama, karena identifikasi yang sama, maka Islam, insya Allah, akan kuat. []joy/mj
Umat
Harus Bersatu
Berbagai makar dan
rekayasa terhadap umat Islam bisa dihadapi dengan persatuan. Bagaimanapun kaum
Muslim sesungguhnya adalah bersaudara. Mereka diikat oleh satu ikatan yang
sangat kuat yakni keimanan. Ikatan ini kekuatannya melebihi ikatan yang ada,
apakah kebangsaan, kesukuan, ras, maupun lainnya.
Alangkah indahnya jika
persaudaraan itu terwujud secara nyata sebagaimana sabda Nabi SAW: “Muslim
adalah saudara Muslim yang lain, dia tidak boleh menzaliminya, membiarkannya
(dalam kesusahan), dan merendahkannya. Takwa itu di sini -beliau menunjuk dadanya
tiga kali- cukuplah keburukan bagi seseorang, jika dia merendahkan saudaranya
seorang Muslim. Setiap orang Muslim terhadap Muslim yang lain haram darahnya,
hartanya, dan kehormatannya." (HR Muslim).
Al-Qur’an sendiri
memerintahkan kaum Muslim bersatu dan melarang bercerai-berai. “Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa
jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara." (TQS Ali
Imran:103).
Firman-Nya yang lain:
“Janganlah kalian berbantah-bantahan hingga mengakibatkan kalian menjadi gentar
dan hilang kekuatan" (TQS al-Anfal [8]: 46).
Para
pengelola negeri ini tampaknya harus menyadari posisinya sebagai seorang
Muslim, bukan yang lain! []emje
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 199
---
SMS/WA Berlangganan
Tabloid Media Umat: 0857 1713 5759
Tidak ada komentar:
Posting Komentar