5. Doa
Keutamaan doa dalam
Islam termasuk perkara agama yang pasti diketahui (ma'lum min ad-diin bid-dharurah). Dan bagi orang yang masih
belum mengetahui nash-nash seputar keutamaan doa, maka saya sebutkan berikut
ini. Allah Swt. berfirman:
“Katakanlah (kepada
orang-orang musyrik): “Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada doa
(ibadat)-mu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh
telah mendustakan-Nya? Karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu).” (TQS. al-Furqan
[25]: 77)
Ayat ini begitu jelas
menunjukkan keutamaan doa. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah Saw.
bersabda:
“Barangsiapa yang
tidak berdoa kepada Allah Swt., maka Allah akan marah kepadanya.” (HR. Ibnu
Majah, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Tirmidzi meriwayatkan
hadits ini dengan lafadz:
“Sesungguhnya orang
yang tidak meminta kepada Allah Swt., maka Allah akan marah kepadanya.”
Dari Abu Hurairah ra.
dari Nabi Saw.:
“Tidak ada sesuatu
yang Iebih mulia di sisi Allah Swt. dibandingkan doa.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad,
Tirmidzi, alHakim dan Ibnu Hibban)
Cukuplah kiranya
hadits ini menjelaskan keutamaan doa.
Dari Nu'man bin Basyir
ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya doa itu
adalah ibadah. Kemudian beliau Saw. membaca: “Dan Tuhan kalian berkata mintalah
kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permintaan kalian.” (HR. Ibnu
Majah, Ahmad, dan Tirmidzi)
Dari Tsauban ra., ia
berkata: Rasulullah Saw. bersabda:
“Tidak ada yang bisa
memperpanjang umur kecuali kebaikan, dan tidak ada yang bisa menolak qadha
kecuali doa. Dan sesungguhnya seseorang itu akan terhalang rizkinya karena
kesalahan yang dilakukannya.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan Tirmidzi)
Seandainya kami tidak
memiliki argumen kecuali nash yang terakhir ini (yaitu): “dan tidak ada yang
menolak qadha kecuali doa”, niscaya cukup menjelaskan betapa doa itu memiliki
keutamaan yang besar. Karenanya, mari kita berdoa kepada Allah Swt., dengan hati
yang ikhlas, kita perbanyak doa dan menyandarkan harapan hanya kepada Allah
Swt.
Ada banyak hadits yang
menyebutkan doa-doa yang bisa diucapkan setelah selesai shalat. Saya sebutkan
di antaranya sebagai berikut:
a) “Ya Allah,
tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah
dengan baik kepada-Mu.”
b) “Ya Allah,
ampunilah aku atas dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang
kulakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, dan segala yang Engkau
lebih mengetahuinya dari diriku, Engkaulah yang terdahulu dan Engkaulah yang
terakhir, dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
c) “Ya Allah,
peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan para hamba-Mu.”
Ada juga doa-doa
lainnya yang disebutkan dalam beberapa hadits, tetapi dengan sanad yang kurang
kuat. Karena itu saya cukupkan dengan tiga doa yang saya sebutkan tadi, dan
inilah dalil-dalilnya berdasarkan urutan di atas. Dari Muadz bin Jabal ra.:
“Pada suatu hari Nabi
Saw. memegang tangannya, kemudian berkata: “Wahai Muadz, sesungguhnya aku
mencintaimu.” Maka Muadz berkata kepadanya: “Demi ayah dan ibuku wahai
Rasulullah, aku pun mencintaimu.” Beliau Saw. berkata: “Aku wasiatkan kepadamu
wahai Muadz agar dalam setiap akhir shalat, engkau tidak meninggalkan dari
mengucapkan: “Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, bersyukur
kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud,
an-Nasai, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
Dari Ali ra. -ketika
berbicara tentang sifat shalat Nabi Saw.- ia berkata:
“Jika beliau Saw.
bersalam dari shalatnya, maka beliau mengucapkan: “Ya Allah, ampunilah
dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang kulakukan secara
sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, dan segala sesuatu yang Engkau lebih
ketahui dibandingkan diriku. Engkaulah yang terdahulu dan Engkaulah yang
terakhir, dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (HR. Ahmad, Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi)
Muslim meriwayatkan
hadits ini, tetapi dia menyebutkan hadits ini di antara tasyahud dengan salam, bukan setelah salam. Dari al-Barra ra. ia
berkata:
“Jika kami shalat di
belakang Rasulullah Saw., kami sangat suka jika berada di sebelah kanannya,
karena beliau Saw. akan menghadapkan wajahnya ke arah kami. Dia (perawi)
berkata: Lalu kami mendengarnya mengucapkan: “Ya Allah, peliharalah aku dari
adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan para hamba-Mu.” (HR. Muslim)
Sebelumnya hadits ini
telah kami sebutkan dalam “duduk
sejenak setelah shalat” pada bab ini.
Mengenai doa yang
diucapkan khusus setelah shalat subuh dan maghrib (yaitu): “Ya Allah
selamatkanlah aku dari siksa Neraka” sebanyak tujuh kali. Al-Harits bin Muslim
at-Tamimi telah meriwayatkan bahwa ayahnya bercerita kepadanya, dia berkata:
Rasulullah Saw. bersabda:
“Jika engkau shalat
subuh maka ucapkanlah sebelum engkau berbicara dengan siapapun: “Ya Allah
selamatkanlah aku dari siksa Neraka, sebanyak tujuh kali, karena jika engkau
mati pada harimu itu, maka Allah Swt. akan menuliskan untukmu perlindungan dari
Neraka. Dan jika engkau shalat maghrib maka ucapkanlah semisal itu, karena jika
engkau mati malam itu, Allah Swt. akan menuliskan untukmu perlindungan dari
Neraka.” (HR. Thabrani, Ahmad, Abu Dawud, an-Nasai dan Ibnu Hibban)
Inilah doa-doa yang
disebutkan dalam beberapa nash yang dianjurkan untuk diucapkan setelah shalat.
Meski demikian, bukan berarti seorang Muslim tidak boleh berdoa dengan (doa)
lain yang dipilihnya setelah shalat, karena doa itu disyariatkan dan disunahkan
pada setiap waktu dan dengan bentuk kalimat apapun.
Tetapi doa-doa yang
tadi disebutkan setelah shalat memiliki keistimewaan tersendiri di sisi Allah
Swt., sehingga lebih utama dan lebih baik untuk diucapkan dan didahulukan
dibandingkan doa yang lain.
Jadi, seorang Muslim
boleh memilih antara doa yang sesuai dengan kebutuhannya, baik dalam urusan
agamanya, dunianya, ataupun akhiratnya, yang dipilihnya sendiri, dengan doa-doa
yang dipilih dari doa-doa Rasulullah Saw. yang disebutkan dalam nash-nash di atas.
Saya akan membantu
Anda menyebutkan sejumlah doa yang ma’tsur,
dan isinya ringkas tetapi mencakup segala hal. Lebih dari itu, Nabi Saw. sangat
menyukai doa-doa yang isinya ringkas tetapi mencakup segala hal (al-jami'), sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits yang diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, dan al-Hakim dari jalur Aisyah ra.,
1) “Wahai Dzat yang
membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku ini dalam agama-Mu.”
2) “Ya Allah,
sesungguhnya aku meminta kepada-Mu agar aku bisa melakukan kebaikan dan
meninggalkan kemunkaran serta mencintai orang-orang miskin, dan agar Engkau
mengampuni dan mengasihiku, dan jika Engkau akan menimpakan fitnah pada satu
kaum maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terkena fitnah, dan aku memohon
kepada-Mu cinta-Mu, dan cinta orang yang mencintai-Mu, dan cinta akan perbuatan
yang bisa mendekatkan aku pada cinta-Mu.”
3) “Ya Allah,
sesungguhnya aku meminta kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian, dan
kecukupan.”
4) “Ya Allah,
sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ampunan dan kesehatan di dunia dan di
akhirat.”
5) “Ya Allah Tuhan
kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan
peliharalah kami dari siksa api Neraka.”
Di dalam doa itu
sendiri terdapat sejumlah adab yang harus diketahui dan dijaga oleh setiap
Muslim, dengan harapan Allah Swt. akan menerima dan mengabulkan doanya. Di
antara adab-adab tersebut adalah:
1) Hendaknya memohon
sesuatu yang ingin diraihnya, dan dia sangat memahami apa yang diinginkannya
itu. Apa yang dimohonkannya itu ada di dalam benaknya dan dia tidak pernah
melupakannya. Sebab, jika tidak seperti itu maka doanya tidak dikabulkan. Dari
Abdullah bin Amr bin Ash ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya
hati-hati itu menyadari atau memahami, yang satu lebih memahami dari yang lain.
Wahai manusia, jika kalian memohon kepada Allah maka mintalah kepada-Nya di
mana kalian dalam keadaan yakin akan diijabahnya
doa, karena Allah Swt. tidak akan mengabulkan permohonan seseorang yang berdoa
dengan hati yang lalai.” (HR. Ahmad)
2) Tidak tergesa-gesa
meminta dikabulkannya doa, hendaknya dia terus-menerus berdoa tanpa putus asa.
Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
“Doa itu akan
dikabulkan bagi salah seorang dari kalian selama dia tidak tergesa-gesa,
misalnya dengan mengucapkan: aku telah berdoa tetapi belum juga dikabulkan.”
(HR. Bukhari, Ibnu Majah, Ahmad, Abu Dawud dan Muslim)
3) Tidak memohon
sesuatu yang diharamkan dan di dalamnya terdapat dosa, atau memohon sesuatu
yang di dalamnya ada pemutusan hubungan silaturahmi. Dari Abu Said al-Khudri
ra., bahwa Nabi Saw. bersabda:
“Tidaklah salah
seorang Muslim memanjatkan satu doa yang di dalamnya tidak ada dosa atau
pemutusan hubungan silaturahmi kecuali Allah Swt. akan memberikannya
(mengabulkannya) dengan salah satu dari tiga bentuk: (yaitu) bisa dengan
menyegerakan terwujudnya permohonan itu baginya, bisa dengan menyimpannya
(sebagai pahala) untuknya nanti di akhirat, dan bisa juga dengan memalingkan
keburukan darinya dengan nilai semisalnya. Mereka (para sahabat) berkata:
”Kalau begitu kami akan memperbanyak doa.” Rasulullah Saw. berkata: “Allah akan
lebih banyak lagi mengabulkannya.” (HR. Ahmad, al-Bazzar, al-Hakim dan Abu
Ya’la)
4) Memulai doanya
dengan pujian kepada Allah Swt. dan shalawat kepada Rasulullah Saw., kemudian
memanjatkan doa yang dikehendakinya. Dari Fudhalah bin Ubaid sahabat Rasulullah
Saw., ia berkata:
“Rasulullah Saw.
mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak mengagungkan Allah
Swt. dan tidak bershalawat pada Nabi Saw., maka Rasulullah Saw. berkata: “Orang
ini tergesa-gesa.” Kemudian beliau memanggilnya dan berkata kepadanya atau
kepada selainnya: “Jika salah seorang dari kalian berdoa maka mulailah dengan
memuji Tuhannya yang Maha Agung lagi Maha Perkasa, dan sampaikan sanjungan
kepada-Nya, kemudian bershalawatlah untuk Nabi Saw., dan setelah itu berdoa
memohon apa yang dikehendakinya.” (HR. Abu Dawud, Thabrani, Tirmidzi dan Ahmad)
Jika memulai doa
dengan ucapan: “Subhana Rabbiyal Aliyyil
A’lal-Wahhab” (Maha Suci Tuhanku yang Maha Luhur, Maha Tinggi dan Maha
Pemberi) maka itu lebih baik lagi, berdasarkan hadits yang diriwayatkan bahwa
Salamah bin al-Akwa berkata:
“Aku tidak mendengar
Nabi Saw. memulai doanya melainkan memulainya dengan ucapan: “Subhana Rabbiyal Aliyyil A’lal-Wahhab (Maha
Suci Tuhanku yang Maha Luhur, Maha Tinggi dan Maha Pemberi).” (HR. al-Hakim,
dia menshahihkannya, dan disepakati oleh
ad-Dzahabi)
5) Mengangkat kedua
tangannya jika berdoa, di mana dia menjadikan bagian dalam telapak tangannya
menghadap wajahnya, dan tidak mengangkat keduanya melewati wajahnya. Jika
selesai berdoa, lalu mengusapkan keduanya pada wajahnya. Hal ini berdasarkan
hadits yang diriwayatkan Salman ra. dari Nabi Saw., bahwa beliau bersabda:
“Sesungguhnya Tuhan
kalian sangat pemalu dan Maha Mulia. Dia merasa malu pada hambanya jika sang
hamba mengangkat kedua tangan kepada-Nya, lalu dia mengembalikan kedua
tangannya dalam keadaan hampa atau dia berkata dalam keadaan tanpa hasil.” (HR.
Ibnu Majah, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Thabrani)
Dan berdasarkan hadits
yang diriwayatkan dari Umair pelayan Abu Lahm:
“Bahwa dia melihat
Rasulullah Saw. beristisqa di samping
bebatuan az-zait yang dekat dengan Zaura, berdiri memohon dan meminta hujan,
mengangkat kedua tangannya tidak melebihi kepalanya, dan beliau Saw. menciumkan
bagian dalam kedua telapak tangannya itu ke wajahnya.” (HR. Ibnu Hibban, Ahmad
dan Abu Dawud)
Juga berdasarkan
hadits yang diriwayatkan Umar bin Khaththab ra., bahwa dia berkata:
“Adalah Rasulullah
Saw. jika mengangkat kedua tangannya dalam doa, beliau tidak menurunkan kedua
(tangan)nya hingga beliau mengusapkan kedua tangannya itu pada wajahnya.
Muhammad bin al-Mutsanna berkata dalam haditsnya: Beliau tidak mengembalikan
kedua (tangan) nya hingga mengusapkan keduanya itu pada wajahnya.” (HR.
Tirmidzi)
Thabrani meriwayatkan
hadits ini dalam kitab ad-Du'a.
6) Mengulang doa
sebanyak tiga kali. Dari Abu Mas'ud ra. ia berkata:
“Adalah Nabi Saw.
sangat suka mengucapkan doa sebanyak tiga kali dan beristighfar sebanyak tiga
kali.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
7) Setelah selesai
berdoa mengucapkan amin. Sebelumnya
telah kami sebutkan hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dari jalur Abu Zuhair
dalam pembahasan “mengucapkan amin
di dalam shalat” pada bab “sifat shalat”:
“Lalu beliau Saw.
berkata: “Allah akan mengabulkan (doanya) jika orang itu menutupnya.” Seseorang
dan kaum itu bertanya: "Dengan apakah dia harus menutupnya?” Beliau
berkata: ”Dengan (ucapan) amin, karena
jika dia menutup dengan amin maka Allah
akan mengabulkannya…”
Saya di sini memohon
kepada Allah Swt. agar menerima amal baik dari artikel yang saya tulis ini, dan
menjadikannya dalam timbangan kebaikan, dan mencurahkan ridha dan penerimaan
kepada para pembaca. Karena Allah Swt. Maha Mendengar doa. Aamiin.
Sumber: Tuntunan
Shalat Berdasarkan Qur’an Dan Hadits, Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Pustaka
Thariqul Izzah
(Artikel ini tanpa
tulisan Arabnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar