B. Mengumpulkan Kekuatan dan
Menyiapkan Dukungan Publik
Setelah turunnya wahyu
Allah:
“Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (TQS. asy-Syu’araa’
[26]: 214)
Maka dengan
sembunyi-sembunyi Rasulullah Saw. mulai mendatangi orang-orang yang memiliki
hubungan dekat dengan beliau guna diseru pada agama Allah agar tercipta
dukungan publik yang dapat diandalkan bagi tegaknya Negara
Islam yang diimpikan.
Dukungan yang
diinginkan beliau adalah dukungan yang dilandasi keimanan yang diperkuat dengan
pemahaman-pemahaman ideologi Islam yang diserukan beliau, serta mengerti akan
tujuan-tujuan yang hendak ditegakkan oleh negara. Gerakan rahasia di
tengah-tengah individu yang diwajibkan oleh ayat tersebut dianggap sebagai
kewajiban lain, agar yang menyeru dan mereka yang diseru tidak kalah sebelum
ideologi Islam terpenetrasikan ke dalam hati mereka, dan agar suatu hari ketika
dakwah dipublikasikan ada sepuluh suara yang mendukung serta turut
menyebarkannya.
Dengan demikian,
dakwah dipublikasikan melalui tahapan yang melahirkan kekuatan... dan memiliki
kejelasan masa depan. Ketika dakwah dipublikasikan lewat tahapan yang
melahirkan kekuatan, maka itu lebih baik daripada dipublikasikan sebanyak
seribu kali, namun dalam keadaan masih lemah.
Untuk itu, Rasulullah
Saw. mulai memilih orang-orang yang akan diseru kepada iman, sehingga tidak
satupun dari mereka yang telinganya tersentuh dakwah ideologi Islam yang
diserukan oleh Rasulullah Saw., kecuali mereka menerimanya, mengambilnya, dan
bahkan mereka menjadi ibu dan bapak -yang melindungi dakwah dan ideologinya
sebagaimana mereka melindungi putra-putrinya.
1. Rasulullah Saw. mendakwahi
keluarga rumahnya
Orang yang paling tahu
tentang keadaan seseorang adalah keluarga rumahnya. Seandainya seseorang mampu
menyembunyikan banyak hal dari orang lain, niscaya dia tidak akan mampu
menyembunyikan perbuatan-perbuatan yang terkait dengan kepribadiannya dan
tugas-tugas agamanya dari keluarga rumahnya, lebih-lebih jika dia seorang
pengemban dakwah.
Orang yang paling
banyak membantu dan memberikan dukungan terhadap langkah-langkah seseorang
adalah keluarganya, sehingga jika mereka setuju dengan dakwahnya, maka dia akan
merasa tegar dan tenang dalam berdakwah. Oleh karena itu, orang pertama yang
dipilih oleh Rasulullah Saw. -dalam menjalankan perintah Allah- untuk didakwahi
adalah mereka para keluarga rumahnya.
Rasulullah Saw.
menyeru istrinya, Khadijah. Khadijah merupakan orang pertama yang beriman
dengan Rasulullah Saw., membantunya, dan meringankan berbagai problem yang
dihadapi Rasulullah Saw. yang datangnya dari manusia. Perhatian Khadijah
terhadap aktivitas Rasulullah Saw. sangatlah besar dalam turut merasakan dan
menanggung penderitaan dengan memberikan rasa hormat dan kasih sayang yang
besar kepada Rasulullah Saw. Sehingga, tidak satupun problem di antara problem
dakwah yang dialami Rasulullah Saw. yang sampai pada Khadijah, kecuali keluar
darinya sesuatu yang membuat Rasulullah Saw. merasa tenang. Dengan demikian,
Rasulullah Saw. tetap dalam tekad yang bulat dan kepribadian yang kuat.
Untuk itu, Khadijah
berhak memperoleh kabar gembira dari Allah dengan dibangunkannya rumah di Surga
yang terbuat dari ukiran mutiara. Di dalamnya tidak ditemukan kegaduhan,
hiruk-pikuk dan pekerjaan yang melelahkan (dalam hadits yang dikeluarkan oleh
Bukhari dan Muslim).
Ali bin Abi Thalib ra.
hidup bersama Rasulullah Saw. di rumahnya. Abu Thalib -ayah Ali bin Abi Thalib
yang juga paman Rasulullah Saw.- memiliki banyak keluarga. Sehingga dia
termasuk orang Quraisy yang banyak mendapatkan kesulitan. Melihat itu Muhammad
berkata kepada pamannya, Abbas -ketika itu Abbas termasuk orang kaya- untuk
mengurangi beban keluarganya dengan cara masing-masing mengambil satu orang
untuk dirawat. Muhammad mengambil Ali dan Abbas mengambil Ja’far. Dan sejak
itulah Ali hidup di rumah Rasulullah Saw.
Ketika Rasulullah Saw.
sudah mendapat tugas menyampaikan risalah Islam dan Allah memerintahkan agar
Rasulullah Saw. memberikan peringatan kepada keluarga dekatnya, maka Rasulullah
Saw. menawarkan Islam kepada Ali bin Abi Thalib, lalu Ali pun mengimani dan
mempercayainya.
Zaid bin Haritsah juga
hidup bersama Rasulullah Saw. di rumahnya. Yaitu, ketika Hakim bin Hizam datang
dari Syam dengan membawa beberapa budak, di antaranya adalah Zaid bin Haritsah.
Khadijah, istri Muhammad dan juga bibinya Hakim datang menemuinya. Hakim
berkata pada Khadijah, “Wahai bibiku, pilihlah di antara budak-budak ini yang
kamu mau, untuk kamu ambil.” Khadijah memilih Zaid, lalu dia mengambilnya.
Kemudian, Muhammad melihat Zaid di sisi Khadijah. Dia memintanya dari Khadijah,
dan Khadijah pun memberikannya. Setelah itu Muhammad memerdekakannya dan lalu
mengadopsinya. Ketika Rasulullah Saw. sudah mendapat tugas menyampaikan
risalah, maka Rasulullah Saw. menyeru Zaid kepada Islam. Zaid pun mengimani dan
mempercayainya.
Shalat merupakan
kewajiban praktis pertama yang diwajibkan terhadap Rasulullah Saw. Setiap
Rasulullah Saw. keluar, maka Ali pun turut keluar bersamanya, kemudian keduanya
shalat dengan sembunyi-sembunyi. Suatu hari, ketika keduanya sedang shalat, Abu
Thalib melihatnya. Melihat itu, Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Saw.:
“Agama apa yang sedang kamu jalankan, hai keponakanku?” Rasulullah Saw.
berkata: “Hai paman, ini agama Allah, agama para malaikat-Nya, agama para
rasul-Nya, dan juga agama nenek-moyang kami, Ibrahim. Aku diutus oleh Allah
agar menyampaikan agama ini kepada semua manusia. Engkau, hai pamanku, orang
yang paling berhak untuk diberi nasihat, dan diseru pada petunjuk itu. Dan
engkau orang yang paling berhak untuk menerimanya dan menolongnya.” Abu Thalib
berkata: “Hai keponakanku, sungguh aku tidak mampu meninggalkan agama nenek
moyangku dan juga tradisi-tradisi peninggalanya. Akan tetapi, demi Allah, aku
pasti akan menolongmu dari seseuatu sekecil apapun yang tidak kamu sukai.”
2. Rasulullah Saw. menyeru para
teman dekatnya
Abu Bakar adalah teman
terbaik Rasulullah Saw. Abu Bakar adalah orang yang terpandang, lemah-lembut,
cinta dan familiar terhadap kaumnya, akhlaknya mulia dan juga kaya. Dia orang
yang paling banyak tahu tentang sejarah Quraisy dan kondisinya. Dia seorang
pedagang. Karena ilmunya, perdagangannya, dan sikapnya yang baik, maka kaumnya
senang datang ke rumahnya. Ketika Rasulullah Saw. menawarkan Islam kepadanya,
maka ia pun mengimaninya dan mempercayainya.
Jika diperhatikan
dengan seksama orang-orang yang diseru pertama kali oleh Rasulullah Saw.
-mereka adalah Abu Bakar, seorang laki-laki yang termasuk tokoh kaumnya;
Khadijah, seorang wanita; Zaid bin Haritsah, seorang mantan budak; Ali bin Abi
Thalib, seorang anak kecil- menunjukkan kepada kita bahwa Islam ini datang
untuk seluruh manusia, baik yang besar (tua) maupun yang kecil (muda),
laki-laki maupun wanita, tuan maupun budak, mereka semua diseru untuk mengemban
risalah Islam dan menyampaikannya kepada manusia. Begitu juga dengan Negara
Islam yang diimpikan, akan menaungi semua kelompok dengan satu naungan yang
pasti memberikan keadilan langit (hakiki) di bumi ini.
Melihat semangat
kelompok terdepan pertama kaum muslimin yang menyeru kepada Allah, dan mampu
mengumpulkan manusia di bawah kalimat tauhid, maka mereka menjadi pondasi
pertama bagi tegaknya Negara
Islam. Sebab, dengan seruan
mereka itu banyak orang yang masuk Islam.
Mereka itu adalah
Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi
Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah.
Kemudian masuk Islam
juga Abu Ubaidah bin Jarrah, Abu Salamah bin Abdul Asad, al-Arqam bin Abil
Arqam, Utsman bin Mazh’un beserta kedua saudaranya Qudamah dan Abdullah,
Ubaidah bin al-Harits, Sa’id bin Zaid bin Amr dan istrinya Fatimah saudara
wanita Umar bin Khattab, Asma’ binti Abu Bakar, Aisyah binti Abu Bakar -ketika
itu dia masih kecil, Khabbab bin Arts, Umair bin Abi Waqqash, Abdullah bin
Mas’ud, Mas’ud bin al-Qari’, Salith bin Amr, Ayyas bin Abi Rabi’ah, Asma’ binti
Salamah, Khunais bin Hudzafah, Amir bin Rabi'ah, Abdullah bin Jahsy dan
saudaranya Abu Ahmad, Ja’far bin Abi Thalib beserta istrinya Asma’ binti Umais,
Hatib bin Harits beserta istrinya Fatimah bind Mujallal, dan saudaranya
Haththab beserta istrinya Fukaihah binti Yasar, Ma’mar bin Harits, as-Saib bin
Utsman bin Mazh'un, al-Muththalib bin Azhar beserta istrinya Ramlah binti Abi
Auf, an-Nahham, sedang namanya Nuaim bin Abdillah, Amin bin Fuhairah, Khalid
bin Said bin Ash beserta istrinya Aminah binti Khalaf, Hathib bin Amr, Abu
Hudzaifah bin ‘Utbah bin Rabi’ah, Waqid bin Abdillah, Amir, Aqil, dan Iyas
ketiganya adalah putra Bikir bin Abdi Yalil, Ammar bin Yasir, Shuhaib bin Sinan
ar-Rumi.
Kemudian lainnya juga
masuk Islam, baik laki-laki maupun wanita. Sehingga, sebutan Islam tersebar di
Mekkah. Dengan demikian, Muhammad dan ideologi dari Allah yang disampaikan
kepada manusia menjadi bahan pembicaraan. Dukungan dan kekuatan dari publik inilah
yang akan membantu Muhammad. Dengan mereka mempercayai apa yang dibawa oleh
Muhammad, membenarkan setiap perkataannya, maka kekuatan kaum musyrikin akan
semakin terkikis habis.
3. Rasulullah Saw. menyeru semua
manusia
Ketika mereka
mendukung Rasulullah Saw., membenarkannya dan menolongnya, maka terbentuklah di
sisinya landasan yang kuat, sebab adanya keimanan yang tertanam kokoh di hati
mereka dan pancaran cahaya kebenaran yang menyinari pemikiran mereka. Di
sinilah Allah Swt. memerintahkan Rasulullah Saw. agar menyeru semua manusia
kepada iman dan bergabung di bawah bendera tauhid. Terkait dengan hal ini,
Allah Swt. berfirman:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan
segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik.” (TQS. al-Hijr [15]: 94)
Setelah itu Rasulullah
Saw. keluar menemui orang-orang guna diserunya kepada tauhid (mengesakan
Allah), menjelaskan kepada mereka akan rusaknya akidah mereka dan rusaknya
tradisi serta aturan yang dijalankan di tengah-tengah mereka.
Rasulullah Saw. tidak
membolehkan adanya penyimpangan sedikitpun yang bersarang dalam diri seseorang,
sebab tidak mungkin dalam satu hati ada dua akidah. Dan hanya ada satu
kemungkinan bagi seseorang, dia itu muslim meyakini dan menjalankan semua
bagian dari bagian-bagian Islam dan mengingkari semua yang berasal dari selain
Islam, atau dia kafir yaitu ketika dia beriman dengan sebagian ajaran Islam dan
mengingkari sebagian ajaran Islam yang lain atau mengimani akidah dan sistem
selain akidah dan sistem
Islam.
Sikap Rasulullah Saw.
ini memberikan pelajaran bagi kita dalam berdakwah, yaitu kita tidak cukup
hanya menawarkan akidah dan sistem
Islam saja, tetapi -yang tidak kalah pentingnya- kita juga harus menjelaskan
kerusakan dan kebobrokan akidah-akidah dan sistem-sistem yang bertentangan
dengan Islam.
Dan dari sikap
Rasulullah Saw. itu kami juga mendapat pelajaran, bahwa kita yang harus memulai
terlebih dahulu menyerang akidah-akidah dan sistem-sistem yang rusak, kita
tidak boleh menunggu hingga kita diserang lalu balas menyerangnya. Ingat!
Rasulullah Saw. -sebagai guru pertama- telah memulai menyerang akidah-akidah
jahiliyah tanpa menunggu beliau diserang, lalu baru beliau balik menyerang,
tidak. Kita harus tahu bahwa: “Sarangan mencegah serangan.” Dan dengan sikap
yang demikian inilah Rasulullah Saw. dapat meraih sukses. Buktinya, hari demi
hari jumlah kaum muslimin terus bertambah, meski mereka harus berhadapan dengan
penyiksaan dan tekanan.
Bacaan: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw.,
Al-Azhar Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar