7. Penganiayaan Terhadap
Rasulullah Saw.
Abu Thalib adalah
pribadi yang tiada duanya. Dia mampu menyatukan Bani Hasyim dan Bani
Muththalib, mengajak mereka menjadi tanggul yang kokoh guna melindungi
Rasulullah Saw. dari derasnya siksaan dan penganiayaan kaum musyrikin. Akan
tetapi, setelah meninggalnya Abu Thalib, maka benteng yang kokoh yang sengaja
dibuat untuk melindungi Muhammad itu pun hancur. Dengan hancurnya tembok
penghalang itu, maka Rasulullah Saw. menjadi vis
a vis dengan kaum kafir Quraisy. Dengan demikian, kaum kafir Quraisy
dapat melakukan berbagai bentuk penganiayaan terhadap Rasulullah Saw. di
antaranya:
Dianiaya Abu Lahab dan istrinya
Abu Lahab -paman
Rasulullah Saw.- dan istrinya Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah adalah di
antara orang-orang yang paling keras penganiayaannya terhadap Rasulullah Saw.
Ummu Jamil senantiasa membawa duri yang disebar di jalan yang biasa dilewati
Rasulullah Saw. Bahkan dia rela menjual kalungnya yang sangat berharga untuk
biaya penganiayaan terhadap Rasulullah Saw. Kemudian turunlah firman Allah Swt.
sehubungan dengan dia dan suaminya:
“Binasalah kedua
tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berguna kepadanya
harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada
tali dari sabut.” (TQS. al-Lahab [111]: 1-5)
Setelah Ummu Jamil
mendengar ayat al-Qur’an yang turun sehubungan dengan dirinya dan suaminya,
maka dia mendatangi Rasulullah Saw. yang sedang duduk di masjid di sisi Ka’bah
dengan ditemani Abu Bakar ash-Shiddiq. Di tangan Ummu Jamil ada batu sebesar
genggaman tangan. Setelah Ummu Jamil berada di hadapan keduanya, maka Allah
Swt. menutup pandangannya terhadap Rasulullah Saw. sehingga dia tidak melihat
siapa-siapa selain Abu Bakar.
Dia berkata, “Wahai
Abu Bakar, mana temanmu. Telah sampai kepadaku bahwa temanmu itu telah
mengejekku dengan syairnya! Demi Allah, kalau aku menemukannya, pasti aku pukul
mulutnya dengan batu ini.” Kemudian dia pergi.
Abu Bakar berkata,
“Wahai Rasulullah, kenapa kamu tidak terlihat olehnya, padahal aku melihatmu?”
Rasulullah Saw. berkata, “Sebab dia tidak melihatku adalah karena Allah menutup
pandangannya terhadapku.”
Dianiaya Umayyah bin Khalaf
Adapun Umayyah bin
Khalaf bin Wahhab bin Hudzafah bin Jumah, maka dia selalu mengumpat dan mencela
setiap berjumpa dengan Rasulullah Saw. Sehingga Allah Swt. berfirman sehubungan
dengannya:
“Kecelakaan besarlah
bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya,
sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan)
Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai hati. Sesungguhnya api itu
ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang
panjang.” (TQS. al-Humazah [104]: 1-9)
Dianiaya Abu Jahal
Abu Jahal bin Hisyam
bertemu dengan Rasulullah Saw. Kepada Rasulullah Saw., Abu Jahal berkata, “Demi
Allah, wahai Muhammad, berhentilah dari mencaci-maki tuhan-tuhan kami, jika
tidak, maka kamipun akan mencaci-maki Tuhanmu yang kamu sembah!
Sehubungan dengan hal
ini Allah Swt. berfirman:
“Dan janganlah kamu
memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (TQS. al-An'aam
[6]: 108)
Ketika turun firman
Allah Swt.:
“Kemudian sesungguhnya
kamu hai orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon
zaqqum.” (TQS. al-Waqi’ah [56]: 51-52)
Abu Jahal berkata,
“Wahai orang-orang Quraisy, apakah kalian tahu pohon zaqqum yang dengan pohon
zaqqum ini Muhammad menakut-nakuti kalian?” “Tidak!” jawab mereka. Abu Jahal
berkata, “(pohon zaqqum itu adalah) Ajwah Yatsrib yang diolesi keju, demi
Allah, jika kami kelak benar-benar menyentuhnya, maka sungguh kami akan
menelannya.” Maka turunlah firman Allah:
“Sesungguhnya pohon
zaqqum itu (adalah) makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran
minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat
panas.” (TQS. ad-Dukhan [44]: 43-46)
Artinya pohon zaqqum
itu tidak seperti yang dikatakan oleh orang durjana itu, tetapi ia merupakan
sesuatu yang lain.
Dianiaya al-Akhnas bin Syuraiq
Adapun al-Akhnas bin
Syuraiq bin Amr bin Wahhab ats-Tsaqafi, maka dia termasuk di antara pembesar
kaum Quraisy dan di antara orang yang omongannya didengar. Dia mendapat
kehormatan seruan dakwah dari Rasulullah Saw., namun dia menolaknya. Sehingga
turunlah ayat sehubungan dengannya:
“Dan janganlah kamu
ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang
kian ke mari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang
melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal
kejahatannya,” (TQS. al-Qalam [68]: 10-13)
Dianiaya al-Walid bin
al-Mughirah
Al-Walid bin
al-Mughirah berkata: “Mengapa wahyu itu turun kepada Muhammad, sedang aku
diabaikan. Padahal aku orang besar Quraisy dan sekaligus pemimpinnya. Dan juga
mengabaikan Abu Mas’ud Amr bin Umair ats-Tsaqafi yang menjadi pemimpin Tsaqif.
Dengan demikian, kami merupakan orang-orang besar di dua negeri (Makkah dan
Thaif). Sehubungan dengan ini Allah Swt. berfirman:
“Dan mereka berkata,
"Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah
satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini?” Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.
Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (TQS. az-Zukhruf
[43]: 31-32)
Dianiaya Uqbah bin Abi Mu’ith
Ubay bin Khalaf dan
Uqbah bin Abi Mu’ith adalah dua sahabat karib, sehingga keduanya memiliki
hubungan yang baik. Suatu hari Uqbah turut hadir dalam majelis Rasulullah Saw.
dan mendengarkan apa yang beliau sampaikan. Hal itu sampai kepada Ubay.
Lalu Ubay mendatangi
Uqbah dan berkata kepadanya, “Sampai kepadaku bahwa kamu turut dalam majelis
Muhammad dan mendengarkan apa yang disampaikannya. Aku bersumpah bahwa wajahku
dan wajahmu haram berhadapan jika benar kamu turut dalam majelis Muhammad dan
mendengarkan apa yang disampaikannya, kecuali kamu mau mendatanginya lalu
meludahi mukanya!”
Uqbah -musuh Allah dan
semoga Allah melaknatnya- melakukan apa yang diminta Ubay. Sehingga turunlah
ayat sehubungan dengan keduanya:
“Dan (ingatlah) hari
(ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata:
"Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan
besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman
akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika
Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong
manusia.” (TQS. al-Furqan [25]: 27-29)
Bahkan suatu hari
Uqbah pernah menaruh usus dari unta yang telah disembelih di kepala Rasulullah
Saw., ketika beliau sedang sujud.
Dianiaya Ubay bin Khalaf
Sambil membawa tulang
yang telah rapuh Ubay bin Khalaf berjalan menemui Rasulullah Saw. lalu dia
berkata, “Wahai Muhammad, kamu yang mengklaim bahwa Allah akan membangkitkan
tulang ini setelah rapuh dan lapuk!” Kemudian dia menghancurkan tulang itu di
tangannya dan meniupnya hingga bertebaran ke wajah Rasulullah Saw. Rasulullah
Saw. berkata, “Benar, aku mengatakan hal itu, yakni kelak Allah akan
membangkitkannya dan juga kamu, setelah kamu menjadi tulang belulang seperti
ini, kemudian Allah memasukkanmu ke dalam neraka.”
Kemudian turunlah
ayat:
“Dan dia membuat
perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata:
"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur
luluh?" Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala
makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka
tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” (TQS. Yasin [36]: 78-80)
Dianiaya Para Tetangga
Tetangga Rasulullah
Saw. adalah tetangga yang buruk di antara kaum musyrikin, yaitu Abu Lahab,
al-Hakam bin Abi al-Ash, Uqbah bin Abi Mu’ith, Adi bin Hamra’ ats-Tsaqafi, Ibnu
al-Ashda' al-Hudzli dan lain-lainnya. Mereka tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan
untuk melakukan penganiayaan
terhadap Rasulullah Saw. selama mereka mampu melakukan.
Sehingga apabila salah
seorang dari mereka melihat Rasulullah Saw. sedang shalat, maka dia lemparkan
kotoran apa saja yang dapat diambil tangannya. Ketika melihat Rasulullah Saw.
sedang menyalakan di bawah panci untuk memasak sesuatu yang akan dimakannya,
maka dia lemparkan kotoran ke dalam panci. Rasulullah Saw. membiarkan dia
melemparkan kotoran dan barang najis di rumahnya. Karena sudah sering
Rasulullah Saw. mengeluarkan kotoran dari rumahnya, maka sambil memegang
kotoran itu Rasulullah Saw. berdiri di depan pintunya, seraya berkata: “Wahai
Bani Abdi Manaf, tetangga yang mana yang senang berbuat seperti ini?” Kemudian
beliau melemparkan kotoran itu ke pinggir jalan.
Bacaan: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis
Perjuangan
Rasulullah Saw., Al-Azhar Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar