3. Perang Urat Syaraf
Kaum Quraisy tidak
mampu menjalankan rencananya untuk menyiksa Muhammad setelah adanya kesepakatan
antara Bani Hasyim dan Bani Muththalib untuk melindungi Muhammad... Namun, apa
yang akan mereka perbuat, Muhammad tidak dapat didiamkan, sedang musim haji telah
dekat. Musim haji adalah kesempatan yang tidak mungkin disia-siakan oleh
Muhammad untuk menyebarkan dakwahnya di antara orang-orang Arab yang datang ke
Mekkah. Untuk itu, perlu pengarahan yang ampuh agar orang-orang tidak
terpengaruh dengan perkataan Muhammad.
Maka berkumpullah
sekelompok orang penting Quraisy di rumah Walid bin Mughirah, sebab Walid bin
Mughirah termasuk orang yang mereka tuakan. Walid bin Mughirah berkata kepada
mereka: “Wahai orang-orang Quraisy, sungguh musim haji telah tiba, di musim
haji ini delegasi-delegasi bangsa Arab akan mendatangi kalian, mereka telah
mendengar masalah kalian ini, untuk itu satukanlah opini kalian, lupakan
perselisihan, agar kalian tidak saling mendustakan atas opini yang akan kalian
sebarkan.”
Mereka berkata:
“Engkau, hai Abu Abdussyams, katakan kepada kami opini apa yang harus kami
katakan.” Abu Abdussyams berkata: “Tidak, kalian saja yang mengatakan, aku akan
mendengarnya.”
Mereka berkata,
“Katakan saja Muhammad itu paranormal.” Abu Abdussyams berkata, “Jangan, demi
Allah, dia bukan paranormal, aku sudah mengenal banyak paranormal, tetapi
Muhammad tidak pernah berkomat-kamit dan bersajak layaknya paranormal.”
Mereka berkata,
“Bagaimana kalau kita katakan bahwa Muhammad itu gila.” Abu Abdussyams berkata:
“Ingat! Muhammad itu bukan orang gila, kalian tahu sendiri kan orang gila,
pernahkah kalian dicekiknya, digodanya dan dibisikinya.”
Mereka berkata, “Kita
katakan saja Muhammad itu penyair.” Abu Abdussyams berkata, “Muhammad bukan
penyair, kalian semua tahu bahwa syair itu semuanya kotor, nyanyian dan puisi
yang membuat orang terlena dan bersuka-cita, sedang apa yang dikatakan Muhammad
bukan syair.”
Mereka berkata, “Kalau
begitu kita katakan saja Muhammad itu penyihir.” Abu Abdussyams berkata,
“Muhammad bukan penyihir. Kalian banyak mengenal para penyihir dan sihirnya,
tetapi Muhammad tidak pernah menghembus-hembuskan napasnya pada buhul-buhul
dari tali, sebagaimana yang dilakukan para penyihir.”
Mereka berkata, “Kalau
begitu perkataan apa yang terbaik menurut kamu, wahai Abu Abdussyams.” Berkata
Abu Abdussyams, “Demi Allah, ucapan Muhammad itu manis, batangnya pohon kurma,
sedang dahannya buah yang kamu biasa memetiknya. Tidaklah hal itu kalian katakan,
pasti orang-orang tahu bahwa itu batil. Perkataan yang hampir serupa dengan itu
adalah perkataan kalian bahwa Muhammad itu penyihir. Muhammad datang membawa
perkataan yang mengandung sihir yang mampu memisahkan tali persaudaraan,
hubungan suami-istri, dan ikatan kekeluargaan.”
Setelah adanya
kesepakatan, mereka pun menyebar. Mereka mulai duduk di jalan-jalan yang
dilalui oleh orang-orang yang datang ke Mekkah di musim haji, sehingga tidak
seorangpun yang lewat di jalan itu, kecuali mereka mengingatkan agar
berhati-hati dengan Muhammad, mereka menjelaskan berbagai hal mengenai
Muhammad. Maka, turunlah wahyu mengenai al-Walid bin Mughirah:
“Biarkanlah Aku
bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku
jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia,
dan Ku-lapangkan baginya (rizki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya,
kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku
tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur’an).” (TQS.
al-Muddatstsir [74]: 11-16)
Mulailah mereka
membicarakan Muhammad kepada setiap orang yang bertemu dengan mereka. Maka, di
awal musim haji ini bangsa Arab dihebohkan dengan isu-isu mengenai Muhammad,
sehingga opini
tersebut tersebar di seluruh negeri Arab, juga di tengah-tengah suku Aus dan
Khazraj.
Selanjutnya perlu
diingat bahwa diamnya Rasulullah Saw. dan sabarnya beliau dalam menanggung
penderitaan akibat perbuatan kaum Quraisy dalam periode dakwah ini bukan suatu
bentuk ketundukkan, namun diam dan patuh terhadap rencana-rencana cermat yang
telah dirancang oleh Allah Swt. yang mengendalikan langkah-langkah beliau.
Karenanya, beliau
senantiasa sabar menanggung penderitaan, tidak melakukan perlawanan senjata,
sampai pilarnya kokoh, kekuatannya sempurna, dan negaranya telah berdiri.
Ketika itulah beliau baru mulai melakukan benturan dengan kekuatan lain yang
-dengan karunia Allah Swt.- beliau mampu meraih kemenangan. Rencana-rencana itu
telah selesai beliau laksanakan dengan penuh keseriusan.
Seandainya sejak awal
dakwahnya Rasulullah Saw. telah melakukan perlawanan fisik, niscaya perlawanan
yang memercikan api ini akan jatuh ke dalam tong yang berisi serbuk mesiu, yang
akan meledak secara mengerikan. Tentu hal itu tidak baik bagi keselamatan
Muhammad Saw. dan dakwahnya, melihat jumlah pengikut Muhammad yang masih
sedikit dan lemah, sedang jumlah musuh besar dan sangat kuat.
Rasulullah Saw. tetap
bersikap sabar dalam menanggung penderitaan. Setelah waktu yang direncanakan
untuk berperang itu tiba, maka beliau menyerang dan membalas serangan-serangan
musuhnya dengan pukulan demi pukulan. Dan dengan izin Allah beliau meraih kemenangan.
Berkat rencana yang
matang inilah Negara
Islam dapat ditegakkan, dan bendera Negara Islam pun berkibar di atas bumi ini.
Bacaan: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw.,
Al-Azhar Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar