C. Tindakan [Anti Islam]
Memblokade Perluasan Islam
Orang-orang Quraisy
sangat serius dalam mengawasi penyebaran Islam. Islam menyebar di tengah-tengah
manusia (masyarakat) dengan cepat, secepat api membakar rumput-rumput yang
kering. Islam membakar kekufuran mereka, dan di abu bekas pembakaran itu kemudian
ditanamlah benih-benih keimanan. Melihat itu, orang-orang Quraisy berusaha
sungguh-sungguh dengan berbagai sarana untuk menghentikan laju penyebaran
Islam.
1.
Perundingan-Perundingan Tidak Langsung
a. Menjadikan Abu Thalib
Mediator Untuk Meredam Muhammad (Saw.)
Orang-orang Quraisy
tahu betul bahwa Muhammad memiliki kedudukan istimewa di sisi Abu Thalib.
Demikian juga Abu Thalib, dia memiliki kedudukan istimewa di sisi kaum Quraisy.
Karena itu, orang-orang Quraisy yakin sekali bahwa dengan mediator Abu Thalib
mereka akan berhasil menghentikan serangan Muhammad Saw. terhadap akidah-akidah
kaum musyrikin, dan menghentikannya dari menjelaskan kebusukan-kebusukan akidah
mereka. Kemudian mereka pergi menemui Abu Thalib. Kepada Abu Thalib mereka
berkata:
“Wahai Abu Thalib,
sungguh keponakanmu itu telah mencaci-maki Tuhan kami, menghina agama kami,
melecehkan mimpi-mimpi kami, dan menuduh sesat nenek moyang-nenek moyang kami.
Untuk itu, kami berharap kamu mau menghentikan dia dari menghina kami, atau
kamu jauhkan dia dari kami!” Abu Thalib berkata kepada mereka dengan perkataan
ramah dan menolaknya dengan cara yang baik. Akhirnya, mereka pun pergi
meninggalkan Abu Thalib.
b. Mengancam Abu Thalib
Kami yakin bahwa
Muhammad Saw. pasti telah mengetahui bahwa orang-orang Quraisy menggunakan
pamannya, Abu Thalib sebagai mediator untuk meredam suaranya yang lantang dalam
menyerukan kebenaran. Namun, kapan suatu kebenaran itu akan tunduk pada media
tertentu, jika penyerunya orang yang seperti Muhammad Saw.?
Muhammad Saw. telah
melewati hari-harinya dengan berdakwah, sehingga banyak orang yang mendukung
ideologi dari langit yang didakwahkannya. Kemudian mereka yang mendukung,
beliau pimpin dengan sungguh-sungguh menuju kemuliaan yang dihiasi ilmu dan
cara pandang yang cemerlang.
Maka bertambah
teganglah barisan kaum Quraisy, sehingga sebagian dari mereka sempat berpikir
untuk mendiskreditkan dan bahkan menghabisi Muhammad Saw. Namun, mereka yang
masih berpikiran sehat memandang perlunya sekali lagi mendatangi Abu Thalib.
Dan untuk yang kedua kalinya ini mereka akan menyampaikan permintaan yang lebih
tegas dan keras dibanding permintaan sebelumnya.
Sebelumnya mereka
meminta dengan harapan, namun kali ini mereka meminta dengan ancaman. Mereka
berkata kepada Abu Thalib: “Wahai Abu Thalib, sungguh engkau orang yang kami
tuakan, kami muliakan, dan punya kedudukan di sisi kami. Kami telah memintamu
agar menghentikan aktivitas keponakanmu, tetapi kamu tidak melakukan. Demi
Allah, kami tidak akan sabar lagi jika Tuhan kami dicaci-maki dan mimpi-mimpi
kami dilecehkan. Untuk itu, hentikan dia atau kamu akan melihat salah satu dari
dua kelompok ini ada yang binasa.”
Abu Thalib menemui
Rasulullah Saw. dan berkata: “Wahai keponakanku, sesungguhnya kaummu
mendatangiku. Mereka berkata kepadaku begini dan begini, -karena mereka berkata
demikian- maka selamatkanlah aku dan juga dirimu, dan janganlah kamu membebani
aku perkara yang tidak mampu aku pikul.”
Rasulullah Saw.
menduga bahwa pamannya akan meninggalkannya dan menyerahkannya, pamannya sudah
lemah tidak mampu lagi menolongnya, maka Rasulullah Saw. berkata:
“Wahai paman, demi
Allah, kalaupun mereka menaruh matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah
kiriku supaya aku meninggalkan urusan (agama) ini, maka sekali-kali aku tidak
akan meninggalkannya, sampai Allah memenangkan agamanya atau aku binasa karenanya.”
Kata-kata itulah yang
keluar dari mulut Rasulullah Saw... Namun, kata-kata itu merupakan gunung
berapi yang akan meletus, jika gunung akan hancur tak ubahnya tumpukan pasir,
dan jika manusia -meski ia agung nan perkasa- akan musnah dalam lembaran
hidup... Jiwa, dengan keyakinan yang besar tidak akan melakukan bargaining terhadap ideologinya, dia memiliki
semangat hidup karena ideologi Islam itu, dan karena ideologi Islam itu pula
dia rela mati... Itulah jiwa Muhammad Saw.
Tujuan Muhammad
bukanlah harta, kekayaan, dan bukan pula kedudukan strata sosial, namun
tujuannya adalah menyampaikan dakwah, dan membangun negara
yang akan menerapkan keadilan Islam bagi manusia berdasarkan dorongan keimanan…
Sungguh, jalan dan tujuannya bagi Muhammad telah cukup jelas dan terang...
Ketika Muhammad berpaling, Abu Thalib memanggilnya, lalu berkata: “Menghadap
kemari, hai keponakanku.” Maka Rasulullah Saw. menghadap kepadanya. Abu Thalib
berkata: “Pergilah, hai keponakanku, katakan apa yang ingin kamu katakan, demi
Allah, aku tidak akan meryerahkanmu kepada siapapun selamanya.”
c. Menawarkan pengganti Muhammad
kepada Abu Thalib
Ketika orang-orang
Quraisy menyadari bahwasanya Abu Thalib selamanya tidak akan melepaskan
keponakannya, Muhammad Saw., sebab menurut perkiraan mereka bahwa Abu Thalib
sangat menginginkan pertolongan dan kebaikan dari Muhammad. Untuk itu, mereka
berencana mengganti Muhammad dengan pemuda yang kuat yang mampu menolong Abu
Thalib. Dengan cara ini mereka yakin mampu meloloskan apa yang mereka inginkan.
Maka mereka pergi mendatangi Abu Thalib dengan membawa Ammarah bin Walid bin
Mughirah.
Mereka berkata kepada
Abu Thalib: “Wahai Abu Thalib, ini Ammarah bin Walid, dia pemuda paling kekar,
kuat dan tampan di Quraisy, ambillah dia, jadikanlah dia milikmu, sebaliknya
serahkan kepada kami keponakanmu, yang telah menentang agamamu, agama nenek-moyangmu,
membuat kaummu tercerai-berai, dan melecehkan mimpi-mimpi mereka, selanjutnya
kami akan membunuhnya, tidakkah ini adil, orang ditukar dengan orang!”
Abu Thalib berkata:
“Seburuk-buruk beban yang kalian bebankan kepadaku adalah ini, yaitu kalian
memberi aku anak kalian supaya aku memberinya makan, sedang aku memberikan
anakku kepada kalian untuk kalian bunuh, demi Allah, hal itu tidak akan terjadi
selamanya.” Muth’im bin Adi berkata, “Demi Allah, wahai Abu Thalib, kaummu
berusaha berbuat adil kepadamu, mereka bersungguh-sungguh manyelamatkan kamu
dari apa yang kamu benci, tetapi mengapa kamu kelihatan tidak mau sedikitpun
menerima tawaran baik mereka?”
Abu Thalib berkata
kepada Muth’im, “Demi Allah, mereka tidak adil kepadaku, namun kalian
bersepakat untuk mengkhianati aku, dan mengajak orang-orang untuk mendemo aku,
berbuatlah yang terbaik, hindari kerusakan, jauhi peperangan, agar di antara
mereka tidak saling membunuh dan menyerang.”
2. Penyiksaan Fisik
Ketika kaum Quraisy
melihat bahwa semua usaha diplomasi mereka mulai dari yang halus hingga yang
kasar gagal, mereka beralih kepada cara-cara penyiksaan fisik. Para pemimpin
mereka sepakat untuk melakukan penyiksaan fisik kepada siapa saja di antara
mereka yang masuk Islam dan bergabung di bawah bendera ideologi tauhid.
Penyiksaan fisik itu
mereka lakukan agar orang-orang takut masuk Islam, sedangkan mereka yang
terlanjur masuk Islam diharapkan dapat mengubah loyalitasnya dari Muhammad
kepada kaum musyrikin lagi. Untuk itu, praktek-praktek penyiksaan keji pun
dimulai, namun kaum muslimin senantiasa sabar dan tabah.
Begitulah, setiap kali
para penyeru kebatilan itu telah kehabisan hujjah dan argumentasi, serta bumi
terasa hancur di hadapan mereka sehingga mereka tidak mampu lagi berpikir logis
dan membuat argumentasi yang memuaskan, maka mereka akan beralih kepada penggunaan
kekerasan dan teror untuk membungkam mulut para penyeru kebenaran. Mereka
menyangka bahwa dengan menyebarkan debu hitam kelam mereka akan mampu
memadamkan cahaya kebenaran. Mereka tidak tahu bahwa hal itu justru menambah
panas api cahaya kebenaran, dan sinarnya akan menerangi hati semua orang.
Penyiksaan yang keji,
yang ditimpakan kaum musyrikin kepada para pengikut Muhammad Saw. ini telah
membuat kekhawatiran dalam diri Abu Thalib, paman Rasulullah Saw. Untuk itu,
dia melihat perlunya menghimpun dukungan dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib agar
melindungi Rasulullah Saw. dari tindak kekerasan kaum Quraisy. Di antara paman
beliau hanyalah Abu Lahab saja yang tidak mau bergabung untuk memberikan
proteksi kepada Muhammad, sebab dalam diri Abu Lahab ada tujuan yang sangat
keji.
Bacaan: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw.,
Al-Azhar Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar