1. Menyebarkan Perang Urat
Syaraf
Ketika kaum musyrikin
melihat kegagalan semua konspirasinya, sebaliknya mereka melihat betapa
teguhnya Rasulullah Saw. dengan ideologi yang diembannya, dan penolakan beliau
terhadap semua kesenangan-kesenangan yang mereka tawarkan. Sebab, semua tawaran
itu tidak sejalan dengan rencana yang telah beliau program, yaitu berdirinya
Negara Islam. Melihat itu semua, mereka menetapkan kembali untuk menyebarkan
perang urat saraf.
Hal itu mereka lakukan
dengan harapan dapat memporak-porandakan dan mengacaukan psikologis (kejiwaan)
Muhammad. Untuk itu, mereka melontarkan beberapa tuntutan yang sifatnya
pelecehan, sebab menurut mereka pasti Rasulullah Saw. tidak akan mampu
sedikitpun mewujudkan tuntutan-tuntutan itu. Berikut ini tuntutan-tuntutan
mereka:
a. Mereka menuntut kesenangan
hidup tanpa perlu bekerja
Mereka berkata, “Wahai
Muhammad, jika kamu tidak mau menerima sedikitpun apa yang kami tawarkan
kepadamu, maka mintakanlah kami kepada Tuhanmu yang telah mengutusmu agar
menjalankan gunung-gunung yang membuat kami merasa sempit, memperluas negeri
kami, membuat untuk kami sungai-sungai seperti sungai-sungai yang ada di Syam
dan Iraq, menghidupkan kembali nenek moyang-nenek moyang kami, dan di antara
yang dihidupkan itu adalah Qushai bin Kilab, sebab dia orang tua yang jujur,
lalu kami akan bertanya kepada mereka tentang apa yang kamu katakan: Apakah
yang kamu katakan benar atau bathil. Jika mereka membenarkan kamu dan kamu
melakukan seperti apa yang kami minta kepadamu, maka kami akan membenarkan
kamu, sebab dengannya kami tahu akan kedudukanmu di sisi Allah, bahwa Allah
benar-benar mengutus kamu sebagai rasul seperti yang kamu katakan.”
Rasulullah Saw.
berkata kepada mereka, “Aku diutus kepada kalian tidak untuk hal seperti ini,
namun aku datang kepada kalian dengan sesuatu yang dengannya aku diutus. Aku
telah menyampaikan kepada kalian apa-apa yang dengannya aku diutus
menyampaikannya. Jika kalian menerimanya, maka itu untuk kebaikan kalian
sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Dan jika kalian menolaknya, maka aku
akan tetap bersabar demi menjalankan perintah Allah, sampai Allah memberi
keputusan antara aku dan kalian.”
b. Mereka menuntut didatangkan
malaikat
Mereka berkata,
“Baiklah, jika kamu tidak mau melakukan hal itu untuk kami, sekarang mintalah
untuk dirimu sendiri -yang dengannya kami akan mengetahui kelebihanmu, maka
mintalah kepada Tuhanmu agar bersamamu diutus malaikat yang akan membenarkan
apa yang kamu katakan. Ingat! Kami akan senantiasa mengawasimu, untuk itu
mintalah kepada-Nya agar membuatkan kamu sayap, benteng dan harta simpanan yang
terbuat dari emas dan perak yang kamu butuhkan, sebab kami lihat kamu
memerlukannya. Mengingat kamu bekerja di pasar sebagaimana kami, dan juga
mencari penghidupan sebagaimana kami, maka meminta semua di atas perlu,
sehingga kami tahu kelebihanmu dan kedudukanmu di sisi Tuhanmu, bahwa kamu
benar-benar seorang rasul seperti yang kamu klaim selama ini.”
Rasulullah Saw.
berkata, “Jangan berharap aku melakukannya, saya tidak akan memohon kepada
Tuhanku apa yang kamu minta, sebab aku diutus kepada kalian tidak untuk hal
seperti ini, namun Allah mengutusku sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan. Jika kalian menerimanya, maka itu untuk kebaikan kalian sendiri,
baik di dunia maupun di akhirat. Dan jika kalian menolaknya, maka aku akan
tetap bersabar demi menjalankan perintah Allah, sampai Allah memberi keputusan
antara aku dan kalian.”
c. Mereka menuntut untuk
dibinasakan
Mereka berkata,
“Jatuhkanlah kepada kami potongan-potongan sesuatu dari langit. Sebab,
sebagaimana yang kamu klaim bahwa Tuhanmu jika berkehendak akan berbuat. Ingat!
Kami tidak akan beriman kepadamu, kecuali kamu melakukan apa yang kami minta.”
Rasulullah Saw. berkata, “Itu semua urusan Allah, jika Dia berkehendak
melakukan itu kepada kalian, pasti dia akan melakukannya.”
d. Teror dan ancaman
Kemudian mereka kaum
Quraisy berkonspirasi meningkatkan perang urat syarafnya dengan mengingatkan
Rasulullah Saw. bahwa mereka akan melakukan pembersihan fisik jika Rasulullah
Saw. terus-menerus dan tidak mau berubah dengan sikapnya.
Mereka berkata, “Wahai
Muhammad, tidakkah Tuhanmu tahu bahwa kami akan kembali menemuimu, meminta
kembali kepadamu apa yang telah kami minta, dan menuntut apa yang kami tuntut
darimu. Kami akan mendatangimu, lalu memberitahukan hasil pengamatan kami kepadamu.
Kami akan menyampaikan kepadamu apa yang diperbuat Tuhanmu kepada kami, ketika
kami tidak mau menerima apa yang kamu sampaikan kepada kami. Bahkan, telah
sampai kepada kami bahwa yang mengajari kamu adalah orang Yamamah yang bernama
ar-Rahman. (Yang dimaksud dengan ar-Rahman adalah Musailamah bin Habib
al-Hanafi yang lebih dikenal dengan nama Musailamah al-Kadzdzab. Di masa
jahiliyah dia dikenal dengan nama ar-Rahman). Demi Allah, kami selamanya tidak
akan beriman dengan ar-Rahman. Sungguh, dengan ini kami sudah punya cukup
alasan untuk menolakmu, wahai Muhammad. Demi Allah, kami tidak akan membiarkan
kamu dan apa yang kamu sampaikan kepada kami, sampai kami berhasil
menghancurkan kamu atau sebaliknya kamu yang menghancurkan kami!”
Ketika hal itu
dikatakan kepada Rasulullah Saw. seseorang berdiri mewakili mereka, dan berdiri
juga Abdullah bin Abi Umayyah bin al-Mughirah, dia adalah sepupu Rasulullah
Saw. yang masih kafir, dia berkata kepada Rasulullah Saw. “Wahai Muhammad,
telah banyak yang ditawarkan kepadamu oleh kaummu, namun kamu tidak mau
menerima tawaran mereka. Kemudian mereka memohon kepadamu agar mereka diberi
hal-hal yang dengannya mereka tahu akan kedudukanmu di sisi Allah seperti yang
kamu katakan, sehingga dengannya mereka membenarkan kamu dan mengikutimu, namun
kamu tidak melakukannya. Lalu mereka memohon kepadamu agar membuat sesuatu yang
menunjukkan kelebihanmu dan kedudukanmu di sisi Allah, namun kamu tidak
melakukan juga. Demi Allah, kami tidak akan mempercayaimu selamanya, sampai
kamu membuat tangga ke langit, lalu kamu naik ke sana. Kami akan melihatmu
hingga kamu sampai di langit dan kembali lagi dengan ditemani empat malaikat
yang akan bersaksi bahwa kamu benar dengan apa yang kamu katakan. Demi Allah,
kalaupun kamu telah melakukan itu, kamu jangan mengira bahwa kami akan
mempercayaimu!”
Kemudian mereka
meninggalkan Rasulullah Saw. Melihat itu Rasulullah Saw. pulang kepada
keluarganya dengan diselimuti perasaan sedih, sebab keinginan-keinginan aneh
kaumnya tidak mampu beliau penuhi ketika mereka memintanya, di samping sikap
mereka yang mengisolasi beliau.
Bandingkan standar
pemikiran yang seharusnya digunakan untuk menguji kebenaran Rasulullah Saw.
dengan standar pemikiran yang digunakan kaum musyrikin.
Ketika Muhammad Saw. menawarkan kepada mereka ideologi yang diturunkan Allah
kepadanya, dan beliau menjelaskan kepada mereka hal-hal yang menyebabkan
ideologi yang diembannya lebih tinggi dibanding ideologi-ideologi yang telah
mereka kenal, maka menurut akal sehat, mereka akan menguji
tentang layak-tidaknya ideologi itu, atau mereka mendebat dari sisi
benar-tidaknya. Namun, mereka tidak melakukannya. Anehnya, justru mereka
meminta Rasulullah mendatangkan mu'jizat. Ini sebenarnya merupakan pengakuan
tidak langsung dari mereka, bahwa mereka tidak mampu menemukan dan membuat
celah untuk menjatuhkan ideologi ini jika mereka kembali mendebatnya dari sisi
tersebut. Bahkan yang akan terjadi sebaliknya, yaitu pengakuan akan kekalahan
mereka secara pemikiran di hadapan Rasulullah Saw. Sedangkan mu'jizat, tidak
mungkin dibuat oleh seorang yang sangat jenius sekalipun, akan tetapi itu
dibuat oleh Sang Pencipta manusia, jika Dia berkehendak.
Menawarkan al-Qur’an Alternatif
Ketika orang-orang
Quraisy yang turut dalam konspirasi itu yakin bahwa Muhammad tidak dapat
dilunakkan dan dihentikan dakwahnya dengan cara apapun, bahkan pembunuhan
dengan tipudaya sekalipun tidak mampu mereka lakukan. Bukti otentik atas hal
itu adalah percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Abu Jahal. Setelah mereka
berpikir lama, mereka menemukan bahwa untuk mengalihkan perhatian manusia dari
Muhammad dan dakwahnya adalah dengan cara mengalihkan perhatian mereka terhadap
al-Qur'an yang memiliki pengaruh psikologis yang kuat sebagaimana sihir. Untuk
itu, mereka memutuskan untuk menawarkan al-Qur’an alternatif kepada manusia,
agar mereka tidak lagi memperhatikan Muhammad.
Keputusan ini diambil
ketika an Nadhar bin al-Harits-salah seorang anggota muktamar-berkata, “Wahai
orang-orang Quraisy, sungguh demi Allah telah datang kepada kalian perkara yang
tidak mampu kalian cegah sebelumnya. Muhammad itu dalam pandangan kalian adalah
anak yang sangat muda, anak yang sangat kalian senangi, anak yang omongannya
sangat kalian percaya, dan anak yang sangat besar tanggungjawabnya terhadap
amanat. Sehingga, apabila datang kepada kalian orang tua yang sudah beruban,
lalu dia mengatakan kepada kalian, “Muhammad itu penyihir, ” maka pasti kalian
akan mengatakan, “Muhammad bukan penyihir, sebab kami telah banyak mengenal
para penyihir dan bagaimana mereka menghembus-hembuskan nafas ke buhul-buhul
mereka.”
Kalau dia mengatakan
kepada kalian, “Muhammad itu paranormal,” maka kalian pasti mengatakan, “Tidak,
demi Allah, Muhammad itu bukan paranormal, sebab kami banyak mengenal para
paranormal dan kebohongannya, serta kami telah sering mendengar mantra-mantra mereka.”
Kalau dia mengatakan,
“Muhammad itu penyair,” maka kalian pasti mengatakan, “Tidak, demi Allah,
Muhammad bukan penyair, sebab kami banyak mengenal para penyair dan kami sering
mendengarkan sajak-sajak mereka yang berupa nyanyian dan jorok. ”
Kalau dia mengatakan,
“Muhammad itu gila,” maka kalian akan mengatakan, “Tidak, demi Allah, Muhammad
tidak gila, sebab kami sering melihat orang-orang gila, dia tidak pernah
mencekik orang atau mengganggunya.”
Untuk itu, wahai
orang-orang Quraisy perhatikan sungguh-sungguh urusan kalian ini. Sungguh, demi
Allah, telah menimpa kalian perkara yang sangat besar!”
An-Nadhar bin
al-Harits termasuk di antara orang-orang Quraisy yang pandai, dia juga termasuk
di antara orang-orang yang suka menyakiti dan memusuhi Rasulullah Saw. Dia
telah mendatangi al-Hirah, di sana dia mempelajari kisah-kisah raja Persia, dan
kisah-kisah Rustum dan Isfandiyar.
Ketika Rasulullah Saw.
duduk di suatu majelis menasehati kaumnya dengan nama Allah, mengingatkan
mereka akan kebencian dan murka Allah yang ditimpakan kepada umat-umat sebelum
mereka. Apabila Rasulullah Saw. telah pergi meninggalkan majelis, maka giliran
dia yang duduk di majelis itu, lalu dia berkata, “Saya, demi Allah, wahai
orang-orang Quraisy, adalah orang yang lebih baik ceritanya daripada Muhammad.
Untuk itu, berkumpullah semua kemari, saya akan bercerita kepada kalian cerita
yang lebih bagus dari ceritanya.”
Setelah orang-orang
berkumpul, maka mulailah dia bercerita tentang kisah-kisah raja Persia, Rustum
dan Isfandiyar. Setelah bercerita dia berkata, “Sekarang, atas dasar apa kalian
mengatakan bahwa cerita Muhammad lebih bagus dari ceritaku.”
Ternyata usaha konspirasi
kaum musyrikin dengan menawarkan alternatif murahan itu pun gagal, sebab mereka
gagal menjauhkan manusia dari al-Qur’an, serta gagal menarik manusia agar
tertarik dengan alternatif yang dibuatnya.
Mereka telah kehabisan
akal, sebab telah berbagai macam sarana antisipasi dan bahkan penyiksaan, yang
mereka lakukan, namun hal itu tidak menambah orang yang beriman,
kecuali dia semakin teguh,
dan tidak menambah pengemban dakwah, kecuali semakin bersemangat. Sebab
penyiksaan itu bagi orang yang beriman dan pengemban dakwah tidak ubahnya batu
gerinda yang mengasah besi, agar dengannya pedang semakin berkilau.
Bacaan: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw.,
Al-Azhar Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar