A. Dunia Sebelum Islam Dominasi
Kezhaliman dan Kesesatan-Kesesatan Di Dalamnya
Sesungguhnya, siapa
saja yang dengan cermat mengamati keadaan dunia sebelum diutusnya Muhammad Saw.
maka dia akan menemukan dunia berlalu dengan diwarnai berbagai kerusakan,
dominasi kezhaliman, dan tenggelamnya dalam kesesatan-kesesatan.
1. Kezhaliman Politik
Mengingat kekuasaan
terhadap manusia dimonopoli oleh komunitas yang senang memaksakan kehendak hawa
nafsunya kepada rakyat, tanpa mengindahkan hukum yang adil. Keadaan seperti
itulah yang terjadi di negara Romawi dan Persia, di negeri-negeri bawahan mereka,
dan begitu juga halnya di negeri-negeri yang ada waktu itu.
2. Kezhaliman Sosial
Mengingat hanya kelas
sosial tertentu yang dapat menjadi pemimpin di suatu masyarakat. Di Romawi
masyarakat dibagi menjadi dua kelas sosial, yaitu tuan dan hamba, bangsawan dan
rakyat jelata. Sehingga di negara Romawi ada dua jenis undang-undang. Undang-undang
untuk kalangan bangsawan disebut undang-undang Romawi, sedang undang-undang
untuk daerah kolonial dan rakyat disebut undang-undang proletariat. Antara
kedua undang-undang tersebut terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat besar.
Padahal waktu itu negara Romawi merupakan negara yang paling besar perhatiannya
terhadap masalah perundang-undangan.
Negara Persia,
penguasa dan rakyatnya menganut paganisme, apa undang-undang yang dihasilkan
darinya? Bangsa Arab tidak memiliki undang-undang dan peraturan yang rinci dan
tetap, selain menuruti kata para penguasanya yang juga musyrik, mereka hanya
memiliki adat-istiadat yang berbeda-beda antara suku (etnik) dengan suku yang
lainnya.
Selain itu,
masyarakat-masyarakat yang ada sebelum datangnya misi kenabian (Muhammad Saw.),
ikatan antara individu-individunya hanyalah ikatan kesukuan yang tegak di atas
asas ‘ashabiyah (fanatisme jahiliyah).
3. Kezhaliman Ekonomi
Selama
masyarakat-masyarakat dan negara-negara berpikir dengan akalnya semata dalam
hal sistem ekonomi, maka akan lahir kelas sosial yang memiliki kekayaan
melimpah ruah, sedang di sisi lain ada kelas sosial yang tidak memiliki
kekayaan sama sekali. Sehingga secara alami (pasti) kekuasaan akan dipegang
oleh kelas sosial yang memiliki kekayaan (kapital). Oleh karena itu, mereka
dengan leluasa membuat berbagai cara yang dapat memuaskan sifat rakusnya,
tetapi mereka tidak pernah merasakan puas, kecuali bertambah rakus. Dengan
demikian, mereka lebih bersemangat lagi dalam bertransaksi bisnis dengan cara
riba, bahkan pemberian pinjaman dengan cara riba yang berlipat ganda telah
menjadi adat-istiadat, sehingga tidak ada seorangpun yang mengingkarinya.
4. Kesesatan-Kesesatan Akidah
Sebagaimana masyarakat
lain yang musyrik, orang-orang Romawi yang beragama Nasrani juga berkeyakinan
bahwa Allah adalah salah satu di antara yang tiga, Isa dianggap anak Allah dan
dalam diri Isa ada dua sifat: Lahut (sifat ketuhanan) dan Nasut (sifat kemanusiaan).
Sedangkan orang-orang
Persia berkeyakinan bahwa tuhan itu ada dua: Ahuramazda (tuhan kebaikan) dan
Ahriman (tuhan kegelapan).
Orang-orang bangsa
Arab berkeyakinan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu:
“Dan sesungguhnya jika
kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah" (TQS. Luqman [31]:
25)
Di samping Allah,
orang-orang Arab percaya dan menyembah banyak Tuhan (polytheisme). Apabila
kalian bertanya kepada mereka: “Apa yang kalian harapkan dari patung-patung
ini?” Mereka akan menjawab: “Dia mendekatkan kami kepada Allah yang ada di
langit.” Kesesatan-kesesatan akidah ini pasti berdampak pada terjadinya
penyimpangan dalam beribadah, bahkan sering peribadatan mereka itu kelihatan
lucu. Misalnya, sembahyang orang-orang Arab yang paganisme berupa siulan dan
tepukan tangan, keduanya tidak memiliki arti dan tujuan. Haji mereka dipisahkan
antara penduduk Makkah asli dengan para pendatang yang tidak memiliki tempat
tinggal. Orang Makkah ketika thawaf di Ka’bah tetap memakai pakaiannya, sedang
orang pendatang ketika thawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang. Ketika musim
haji orang Makkah kalau memasuki rumah lewat pintu depan, sedang orang
pendatang lewat pintu belakang.
5. Kesesatan-Kesesatan Pemikiran
Mengingat akal
dibelenggu dan ditutupi kain hitam, maka tidak dapat melihat dengan jelas,
tidak mampu membedakan warna dengan tepat, dan pikiran menjadi lemah tidak
mengerti bahwa batu tidak bisa mendekatkan seseorang kepada Allah, sebab yang
bisa mendekatkan kepada Allah adalah ikhlash dan amal yang saleh (sesuai
ketentuan dari Allah).
Bahkan pemikiran
sampai pada tingkat pemahaman substansial yang terbalik, sehingga ada pikiran
bahwa kezhaliman merupakan sarana terbaik untuk menjaga kebenaran (ini
merupakan logika Machiavelli yang telah diulas dalam buku Prof. Rawwas: Amiruna Wa Amiruhum).
Gunakan kamu punya
senjata
Jika kamu tidak ingin
binasa
Berbuatlah zhalim
kepada manusia
Sebelum manusia
menzhalimi kita
Jika petunjuk dari
Allah Swt. tidak digunakan untuk menghilangkan kain penutup hitam itu, maka
kekuasaan akan senantiasa dimonopoli oleh mereka yang loyal dengan kezhaliman
dan kebodohan tetap mewarnai manusia. Mereka juga menggunakan khurafat (tahayul) untuk memperkuat
kedudukannya di tengah-tengah manusia.
6. Kesesatan-Kesesatan Dalam
Jiwa
Masyarakat-masyarakat
yang ada waktu itu tidak dibangun di atas asas ideologi
yang shahih. Dan inilah yang menyebabkan hilangnya kejernihan jiwa mereka.
Bahkan, masyarakat-masyarakat tersebut dibangun di atas dua asas berikut ini:
a. Pemaksaan, yakni yang kuat memaksa yang
lemah. Inilah yang membakar jiwa dengan kebencian, yang akhirnya jiwa manusia
menjadi gelap.
b. Manfaat dan kepentingan sepihak, asas inilah
yang menumbuhkan sifat egoistis dalam jiwa dan menghinakan orang lain.
Sungguh, ulasan
ringkas tentang kondisi dunia ini membuat hati (perasaan) manusia berteriak
memohon pertolongan. Ketika sang penolong membawa cahaya maka kegelapan pun
terbelah, namun pemimpin zhalim senantiasa berusaha memelihara kegelapan. Untuk
itu, sang penolong harus memiliki pedang (kekuatan)
yang dapat menghancurkan dan menumbangkan kesombongan para pemimpin tiran dan
zhalim, sehingga kezhalimannya hilang dari masyarakat.
Agar cahaya tidak
terus terhambat oleh penghalang-penghalang kokoh, maka Muhammad Rasulullah Saw.
pendiri Negara Islam mengupayakan pedang dan membawanya.
Ketika beliau
menumbangkan para penguasa penyebar kezhaliman dan kegelapan dengan pedang
Negara Islam, menghilangkan mimpi buruk yang menyelimuti masyarakat, dan
menyingkirkan penghalang-penghalang yang menghalangi tersebarnya cahaya (Islam)
dari Allah Swt. yang diembannya, maka beliau melakukan semua itu demi
menyelamatkan manusia dari berbagai bentuk kezhaliman dan kegelapan.
Bacaan: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw.,
Al-Azhar Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar