Mewujudkan sebuah
keluarga yang Sakinah, Mawadah dan Rahmah. Guna bisa mempersiapkan keluarganya
kelak menjadi keluarga samara . Perlu sekali Umat Islam yang
mayoritas terbesar di Indonesia untuk dapat mewujudkan keluarga yang samara apalagi melihat kondisi keluarga Muslim di negara demokrasi ini yang sangat rentan
sekali dengan pertikaian dan perceraian dan mungkin juga dikarenakan pemahaman Islam
atau Syari’at Islam yang mengatur serangakaian aturan yang kompleks dalam
berkeluarga begitupula aturan yang mengatur hubungan antar lawan jenis itu
kurang di sinilah kita perlu sekali untuk mempelajari Islam dan mengamalkanya
dalam kehidupan kita.
Sistem Sekuler-Kapitalisme-lah penyebab utama hancurnya tatanan
kehidupan manusia, sehingga dari sini diperlukan kesempurnaan dan kemampuan
Syari’at Islam dalam menyelesaikan seluruh problematika yang ada. Dan hanya
Syari’ah dan Khilafah lah sebagai pejamin dan pelindung ketahanan hidup
manusia, termasuk ketahanan keluarga. Dari sinilah urgensi menjalin sinergi
antar tokoh dan gerakan Islam dalam perjuangan Syari’ah dan Khilafah. Sepakat
dan mendukung perjuangan ini.
Membangun Keluarga
SAMARA di Era Globalisasi. Bagaimana membangun keluarga Sakinah, Mawadah,
warahmah, dengan menjalankan hak serta kewajiban dari masing-masing anggota
keluarga. Realita Keluarga Muslim saat
ini yang diliputi dengan berbagai persoalan akibat penerapan ideologi
kapitalisme sekuler, yang secara terus-menerus dilancarkan oleh musuh-musuh Islam
untuk menghancurkan benteng pertahanan terakhir penerapan Syari’at Islam.
Bagaimana membangun keluarga SAMARA di Era Globalisasi saat ini. Setiap
keluarga untuk turut serta dalam perjuangan penegakkan
Syari’ah dan Khilafah seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW membangun
pemerintahan Islam.
Potret buram kehidupan
keluarga, generasi dan perempuan yang telah rusak di berbagai bidang kehidupan
terutama dari sisi agama yaitu terjadinya krisis aqidah, syari’ah dan akhlaq
keluarga. Selain itu juga dijelaskan latar belakang dan penyebab problem
keluarga, generasi dan perempuan, yang tidak lain terjadi karena adanya
skenario sistemik pendangkalan aqidah lewat SIPILIS (Sekularis, Pluralis, dan
Liberalis), adanya penghancuran akhlaq melalui narkoba, pornografi, dan pornoaksi.
Untuk itu diperlukan adanya peran serta dan tanggung jawab tokoh gerakan Islam
untuk menghadapi permasalahan ini dengan menyatukan visi dan misi dalam
menyikapi permasalahan Umat.
Maraknya permasalahan di
kalangan remaja saat ini cukup meresahkan masyarakat baik yang ada di wilayah
perkotaan maupun pelosok desa. Banyak sekali kasus yang mewarnai remaja di
negeri ini antara lain peredaran narkoba, tawuran pelajar, seks bebas beserta
dampaknya dan masalah yang baru-baru ini kerap muncul yakni peredaran video
porno para artis. Jika hal ini dibiarkan maka bukan tidak mungkin para remaja
kita akan mengalami kerusakan
moral yang lebih besar. Sementara itu kita tahu bahwa remaja adalah aset yang
akan meneruskan cita-cita suatu umat, bahkan dunia.
Jalin Ukhuwah Menuju Ketahanan Keluarga. Faka yang terjadi saat
ini di mana Umat sudah tidak lagi berpegang teguh pada Syari’at Islam. Memberikan gambaran dan pemahaman
keberadaan potret buram keluarga, generasi dan perempuan di Indonesia
sehingga nantinya dapat membentuk pemahaman bahwa Syari’at Islam mampu
menyelesaikan seluruh persoalan hidup manusia, dan menyatukan langkah dan
pemahaman akan Syari’at Islam sebagai satu-satunya solusi, sekaligus mempererat
jalinan ukhuwah di kalangan tokoh-tokoh antar gerakan khususnya gerakan Islam.
Kerusakan Moral Remaja,
Tanggung Jawab Siapa? Pentingnya keterbukaan komunikasi antara orang tua dan
anak dalam lingkungan keluarga di samping perlu memperhatikan lingkungan
sekolah juga. Perlunya disampaikan solusi dari setiap permasalahan atau tidak
hanya sekedar mengungkap fakta. Perlunya kembali berkomitmen kepada al-Qur’an
dan Hadits sebagai acuan untuk mengarahkan anak-anak didik. Dalam Islam sudah
ada tata aturan pergaulan yang bisa diterapkan.
Persoalan ini sudah
parah dan tersistemik sehingga tidak bisa jika hanya diselesaikan secara
personal-individu maupun perkelompok-kelompok saja. Maka diperlukan sinergitas
antar gerakan dalam rangka penyadaran Umat agar dapat memahami dan mau
menjalankan serta memperjuangkan Islam secara kaffah.
Kurangnya perhatian
pemerintah demokrasi dalam menangani kerusakan akhlak pada anak akibat masalah
tontonan. Fungsi sekolah sebagai pembentuk budi pekerti anak mesti diaktifkan
di samping pentingnya peran orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya. Islam
akan dirasakan sebagai rahmatan lil ‘alamin ketika aturannya dipakai sebagai
aturan manusia. Islam mengajarkan untuk menundukkan pandangan, mengatur tentang
pakaian, mengharamkan khalwat, mengharuskan
pemisahan antara jamaah laki-laki dan jamaah perempuan serta membolehkan
kerjasama pria dan wanita selama dalam urusan syar’i. Artinya Islam mempunyai
aturan interaksi laki-laki dan perempuan yang bisa menyelamatkan moral dari
negeri yang mayoritas Muslim dan kaya raya ini.
Generasi yang
pendidikannya terabaikan inilah yang akhirnya memunculkan fenomena pergaulan
bebas, hamil di luar nikah, aborsi, penyalahgunaan narkoba dan sederet
kriminalitas lain dikalangan remaja. Padahal, ditangan merekalah tongkat
estafet kepemimpinan umat ini akan diserahkan. Tentu kita tidak menginginkan
umat yang dipimpin oleh generasi yang rusak dan berkualitas rendah.
Tugas mendidik adalah
tanggung jawab bersama. Peran negara harus lebih dominan karena di masyarakat
sendiri belum memiliki gambaran target pendidikan anak yang ingin dicapai.
Problem bersama saat ini adalah bagaimana caranya menanamkan akidah kepada anak
supaya bisa memunculkan idroksilabillah (kesadaran hubungan manusia dengan Allah
SWT) dalam perilaku anak. Masalah anak adalah masalah bersama yang harus diselesaikan
oleh keluarga, masyarakat dan negara di mana negara harus memiliki aturan yang
tegas dan masyarakat harus berupaya mewujudkan negara Khilafah supaya bisa
menjalankan Syari’at
Islam.
Keluarga sebagai tempat
pertama dan utama pencetak generasi umat. Jika keluarga mampu mencetak generasi
berkualitas cemerlang, maka akan membawa umat kepada kejayaan. Ironisnya, jika
kita lihat generasi yang dihasilkan saat ini adalah generasi berkualitas
rendah. Kemiskinan yang terjadi secara sistemik memaksa perempuan meninggalkan
anak-anaknya untuk bekerja. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dipandang
muncul karena kedudukan ekonomi wanita lebih rendah dalam keluarga, mendorong
para ibu untuk menyejajarkan kedudukan ekonominya dengan berlomba menghasilkan
materi. Kepemimpinan dalam rumah tangga pun dipermasalahkan, wanita yang
berusaha taat kepada suaminya dianggap sebagai korban dari budaya patriarki
yang harus dihapuskan. Berbagai persoalan keluarga ini akhirnya menempatkan
anak sebagai korban.
Tujuan berkeluarga
selain mengarungi rumah tangga, keluarga samara harusnya juga keluarga dakwah
karena perintah Allah SWT. Bagaimana keluarga samara harus berdakwah untuk
menegakkan syriah dan Khilafah dan bergabung bersama jamaaah dakwah yang
memperjuangkan tegaknya tujuan itu. Sinergi dakwah antara suami dan istri
beserta anak-anak mereka yang pada intinya tidak ada suatu pemasalahan apalagi
benturan jika dimanajemen dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar