Metode Amerika Untuk
Menyebarkan Kapitalisme
AS mulai menyebarkan Kapitalisme sejak dia tampil di
panggung dunia sebagai negara penjajah. Metode yang digunakannya untuk
menyebarkan Kapitalisme adalah dengan melakukan penjajahan (imperalisme),
baik penjajahan gaya lama maupun gaya baru.
Berkaitan dengan penyebaran Kapitalisme ini, ada satu hal
yang betul-betul perlu diperhatikan dengan seksama di sini. Bahwasanya, setelah
AS berhasil memantapkan dominasi ideologi Kapitalisme secara internasional,
kini AS tengah berusaha untuk memantapkan dominasi ideologi itu secara
universal.
Sebelumnya, AS -dengan dibantu negara-negara Kapitalis
lain- telah sukses menjadikan Kapitalisme sebagai asas interaksi dan konvensi internasional.
Dan kini, AS mempunyai cita-cita baru untuk menjadikan Kapitalisme sebagai
agama bagi seluruh bangsa dan umat di muka bumi.
Cara yang ditempuhnya untuk meraih cita-citanya itu,
ialah dengan mengajak seluruh umat manusia untuk meyakini Aqidah Kapitalisme
dan menjadikan ide-ide Kapitalisme sebagai persepsi-persepsi, standar-standar,
dan keyakinan-keyakinan yang berlaku di segala aspek kehidupan bagi seluruh
umat manusia. Jelaslah, AS sudah tidak lagi merasa cukup hanya menerapkan
Kapitalisme sebagai peraturan dan undang-undang.
AS telah berusaha menjadikan ideologi Kapitalisme sebagai
asas interaksi, konvensi, dan undang-undang internasional sejak lahirnya PBB
(Perserikatan Bangsa Bangsa) pada tahun 1945. Untuk tujuan ini, AS telah
menjadikan konvensi Kapitalisme sebagai landasan utama bagi Piagam PBB. Namun,
AS tidak berhasil merealisasikan tujuannya tersebut, karena masih terdapat Uni
Soviet sebagai kekuatan lain yang memimpin blok Timur atas dasar ideologi Sosialisme.
Selain itu Uni Soviet juga telah berhasil memantapkan eksistensi ideologinya
secara internasional dan universal.
Pada waktu itu, Moskwa telah berhasil mencegah dominasi
Kapitalisme secara internasional, dengan mengeksploitir penderitaan dan
ketertindasan yang dialami bangsa-bangsa jajahan sebagai akibat
kesewenang-wenangan, kezhaliman, dan kekejaman negara-negara penjajah dari
Barat. Moskwa telah melancarkan serangan yang amat ganas ke seluruh dunia
dengan melukiskan hakekat wajah penjajahan yang sangat jelek, menghubungkan
penjajahan dengan Kapitalisme, dan menerangkan bahwa jalan untuk melepaskan
diri dari penjajahan adalah dengan mengobarkan revolusi Sosialisme.
Ternyata, serangan Moskwa ini berhasil mencapai sasaran
dengan gemilang sehingga banyak bangsa sangat tertarik dan terpesona dengan
Sosialisme. Bangsa-bangsa yang sedang berusaha merebut kemerdekaan dan melepaskan
diri dari penjajahan gaya lama akhirnya turut mengagung-agungkan slogan
Sosialisme.
Akan tetapi, AS rupanya segera sadar akan bahaya
penjajahan gaya lama ini baik terhadap Barat sendiri sebagai kekuatan
internasional, maupun terhadap Kapitalisme sebagai sebuah ideologi. Karena itu,
AS segera merancang skenario canggih untuk membendung arus dukungan berbagai
bangsa dan umat terhadap Sosialisme. Maka, AS sendirilah yang akhirnya membantu
upaya berbagai bangsa dan umat tadi untuk melepaskan diri dari penjajahan Eropa
yang terbuka dan telanjang, dan kemudian menawan negara-negara yang baru
merdeka tadi dengan penjajahan gaya baru yang tidak kalah jahatnya.
Penjajahan gaya baru ini didasarkan pada hegemoni tak
langsung dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya. Secara riil, penjajahan
gaya baru ini terwujud dalam bentuk berbagai macam perjanjian, pakta militer,
kesepakatan hidup berdampingan secara damai, bantuan ekonomi dan keuangan,
serta kesepakatan kebudayaan. Tak ayal lagi, penjajahan gaya baru ini pun
akhirnya menggantikan posisi penjajahan gaya lama, dengan memanfaatkan
slogan-slogan kemerdekaan dan pembebasan sebagai kedok.
Bagaimanapun juga, keruntuhan Uni Soviet -berikut
ideologi Sosialismenya- telah membukakan kesempatan kepada Kapitalisme untuk
mengisi kekosongan gelanggang politik internasional. Dan dapat dikatakan, tidak
ada satu perlawanan pun terhadap dominasi Kapitalisme secara internasional ini.
Konsekuensi kondisi ini, bahwa PBB yang sejak dasawarsa
40-an hanya menjadi mimbar pidato -yakni tak mempunyai pengaruh signifikan
karena adanya hak veto Soviet-, kini telah menjadi sebuah alat penting
internasional yang mempunyai kekuasaan dan otoritas internasional pula. Di satu
sisi, PBB kini menjadi alat utama untuk mengokohkan hegemoni AS. Sementara di
sisi lain, PBB berfungsi untuk menanamkan kepercayaan akan konvensi-konvensi
Kapitalisme sebagai undang-undang internasional yang bersifat mengikat.
Namun dalam pada itu, serangan AS secara universal untuk
menjadikan Kapitalisme sebagai ideologi seluruh umat manusia di muka bumi,
memang tak menghadapi perlawanan apapun, kecuali di Dunia Islam.
Fakta di atas dikarenakan berbagai bangsa dan umat di
muka bumi ini tak terlepas dari kondisi-kondisi berikut.
Pertama,
bangsa-bangsa yang karakter aslinya memang penganut Kapitalisme, seperti AS,
Eropa Barat, dan cabang-cabangnya yang ada di Kanada, Australia, dan New
Zealand.
Kedua,
bangsa-bangsa yang telah melepaskan diri dari Sosialisme dan membangun
kehidupan barunya atas dasar Kapitalisme, seperti Rusia dan negara-negara lain
bekas blok Timur.
Ketiga,
bangsa-bangsa yang selalu menggembar-gemborkan slogan Sosialisme secara
formalitas -yakni pada hakekatnya mereka tidak meyakini Sosialisme- namun secara
perlahan dan diam-diam mereka mengubah diri dan bermetamorfosis menjadi
penganut Kapitalisme, seperti RRC, Korea Utara, Vietnam, dan Kuba.
Keempat,
bangsa-bangsa yang karakter aslinya bukan penganut suatu ideologi dan tidak
mengganggap Kapitalisme sebagai musuh ideologis, seperti bangsa-bangsa Amerika
Latin, dan mayoritas bangsa- bangsa di kawasan Timur Jauh, Asia Tenggara, dan
Afrika.
Jadi, umat Islamlah satu-satunya umat non Kapitalis di
antara bangsa dan umat di dunia ini yang mempunyai dan menganut sebuah
ideologi, kendatipun memang mereka saat ini tidak hidup berlandaskan ideologi
itu dan tidak menyebarluaskannya ke seluruh dunia.
Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa serangan AS untuk
menguniversalkan Kapitalisme tidaklah menghadapi lawan yang tangguh, kecuali di
Dunia Islam.
Memang benar, seluruh negara di Dunia Islam saat ini
tidak menerapkan Islam -meskipun beberapa negara mengklaim menerapkannya- dan
malah menerapkan Kapitalisme semu yang telah dimodifikasi (bersalin rupa). Akan
tetapi, umat Islam yang tetap eksis setelah hancurnya Khilafah itu sejak awal
dasawarsa 50-an telah mulai merambah jalan menuju kebangkitan berasaskan Islam,
mulai berjuang untuk membangun kembali kehidupannya atas dasar Islam, dan
bahkan telah mencanangkan cita-cita menyelamatkan dunia dengan membawa hidayah
Islam.
Ya, semua upaya ini terus diperjuangkan, kendatipun umat
Islam masih terpecah belah akibat rekayasa kaum kafir sebelum dan sesudah
kehancuran Khilafah; dan kendatipun para penguasanya -yang menjadi agen Barat-
terus mempertahankan kekufuran yang dibangun Barat di negeri-negeri muslim,
berkhidmat siang malam demi kepentingan dan dominasi Barat, serta menjalankan
seluruh strategi politik dalam dan luar negerinya menurut petunjuk-petunjuk dan
instruksi-instruksi Barat.
Namun kebangkitan umat yang diupayakan tadi nampaknya
belum mencapai kesempurnaan dan berjalan sangat lambat karena berbagai kendala.
Saksikanlah, para penguasa agen Barat tadi telah bertingkah brutal dan sangat
kejam terhadap para pejuang kebangkitan umat. Mereka juga terus melakukan
operasi penumpasan dan melancarkan aksi teror terhadap para pejuang tadi.
Sementara itu, kaum kafir juga tak ketinggalan merancang strategi yang
dijalankan oleh agen-agen mereka tadi untuk melawan bangsa mereka sendiri, agar
bangsa mereka tetap hina diinjak-injak dan dibelenggu oleh kekufuran.
Walau demikian keadaannya, Barat yang kafir -dengan AS
sebagai gembongnya- sudah merasa gentar kalau-kalau kebangkitan umat Islam
suatu ketika mencapai titik sempurna sehingga umat Islam kembali menjadi umat
istimewa yang berbeda dengan manusia lainnya.
Barat yang kafir juga sudah gemetaran membayangkan umat
Islam hidup kembali di bawah satu negara, yakni negara Khilafah, yang akan
melanjutkan penyebaran risalah Islam ke seluruh dunia untuk mengentaskan dunia
dari gelimang kesengsaraan, kegoncangan, dan kemerosotan yang parah akibat hagemoni
Kapitalisme dan ide-idenya yang materialistik itu. Semua ini telah menjadikan
Barat bagaikan hutan yang tidak aman dan senantiasa menimbulkan keresahan,
sekalipun harus diakui mereka memang sukses dalam sains dan teknologi serta
banyak meraih penemuan-penemuan ilmiah.
Barat yang kafir juga senantiasa ingat, bagaimana
ideologi Islam dahulu telah mengubah kabilah-kabilah Arab -yang serba
terbelakang dan tak pernah diperhitungkan dalam sejarah- menjadi umat istimewa
yang berperadaban, yang kemudian tampil di pentas dunia dengan cahaya Islam
serta dalam waktu singkat sanggup memantapkan posisinya sebagai pemimpin dunia.
Kejayaan ini tetap lestari untuk sekitar 10 abad lamanya.
Dan sepanjang masa itu, meratalah keadilan, keamanan, kesejahteraan, dan nilai-nilai
yang luhur di setiap tempat. Bendera dan panji Khilafah pun berkibar-kibar
dengan gagahnya di mana-mana.
Maka dari itu adalah wajar, bila Barat yang kafir merasa
kecut kalau-kalau umat Islam suatu saat kembali bangkit lalu menghancur leburkan
segala pengaruh dan kepentingan mereka di manapun; tak hanya di buminya
sendiri, tetapi bahkan di seluruh pelosok dunia.
Berdasarkan kesadaran AS dan Barat terhadap hakekat ini,
maka sebenarnya sasaran utama serangan AS tak lain adalah, umat Islam!
Sekalipun, serangan AS memang tetap bersifat universal.
Memang, serangan AS ini mempunyai motif-motif lain,
seperti kerakusan serta ketamakan Amerika dan Barat yang kapitalistis terhadap sumber daya alam di negeri-negeri
Islam dan posisi geografisnya yang amat
strategis dan istimewa. Juga adanya potensi negeri-negeri Islam itu sebagai
pasar raksasa bagi produk-produk Barat dan sumber bahan mentah utama bagi
industri mereka, di samping adanya deposit-deposit minyak bumi yang
melimpah-ruah, yang sangat vital bagi kelangsungan hidup Barat.
Meskipun memang ada motif-motif lain seperti itu, tetapi
motif utama dan pertama serangan AS tak lain adalah adanya potensi bahaya dalam
tubuh umat Islam yang
dapat mengancam kepentingan-kepentingan Barat dan dominasi internasionalnya.
Bahkan, potensi bahaya itu pada hakekatnya dapat mengancam eksistensi mereka
sendiri, jika suatu saat umat Islam sadar
dan bangkit serta kembali mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Metode Amerika Untuk Menyebarkan
Kapitalisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar