Kritik Terhadap Kapitalisme Dan Sosialisme
5.b. Kesesuaian
dengan Akal
Ideologi sosialisme
tidak dibangun atas dasar akal, tetapi bersandar pada materialisme, sekalipun
dihasilkan oleh akal, karena ide komunisme menyatakan bahwa materi itu ada
sebelum adanya pemikiran (pengetahuan). Di samping itu karena ide ini
menjadikan segala sesuatu berasal dari materi. Dengan demikian, ide ini
bersifat materialistis.
Sedangkan kapitalisme
bersandar pada pemecahan jalan tengah (kompromi) yang dicapai setelah
terjadinya pertentangan yang berlangsung hingga beberapa abad di kalangan para
pendeta gereja dan cendekiawan Barat yang kemudian menghasilkan pemisahan agama
dari negara. Sosialisme dan kapitalisme telah gagal. Sebab, keduanya
bertentangan dengan fitrah manusia dan tidak dibangun berdasarkan akal.
Bukti bahwa
ideologi sosialisme dibangun berlandaskan materialisme, bukan akal,
adalah karena ideologi ini menyatakan bahwa materi mendahului pemikiran
(pengetahuan). Jadi tatkala otak merefleksikan materi, akan menghasilkan
pemikiran; kemudian otak akan memikirkan hakikat materi yang direfleksikan ke
dalam otak. Sebelum hal itu terjadi, tentu tidak akan muncul pemikiran. Dengan
demikian, segala sesuatu, menurut komunisme, haruslah berlandaskan pada materi.
Maka dasar aqidah komunisme adalah materi bukan pemikiran. Pendapat di atas
adalah salah ditinjau dari dua segi:
Pertama, sebenarnya
tidak ada refleksi/pantulan materi ke dalam otak. Otak tidak melakukan refleksi
dengan materi. Juga, materi tidak berefleksi dengan otak. Sebab untuk
merefleksikan sesuatu dibutuhkan reflektor untuk memantulkan dan memfokuskan,
seperti halnya cermin yang memiliki kemampuan untuk memantulkan. Tetapi
kenyataannya, hal semacam itu tidak ada, baik di otak maupun pada materinya.
Oleh karena itu, tidak ada refleksi materi ke dalam otak secara mutlak. Materi
tidak dipantulkan oleh otak dan gambaran tentang materi pun tidak berpindah ke
otak. Yang beralih ke otak adalah pencerapan tentang materi (kesannya) melalui
panca indera. Hal ini bukan refleksi antara materi dengan otak, dan bukan pula
refleksi antara otak dengan materi, melainkan pencerapan tentang materi
(melalui panca indera). Tidak ada perbedaan dalam proses tersebut antara mata dengan
panca indera yang lainnya. Penginderaan dapat terjadi dengan proses perabaan,
penciuman, rasa, pendengaran sebagaimana halnya penginderaan melalui mata.
Dengan demikian yang terjadi dari suatu materi bukanlah berupa refleksi
terhadap otak, melainkan pencerapan dan penginderaan terhadap sesuatu.
Manusialah yang merasakan segala sesuatu dengan perantaraan panca inderanya,
dan materi tidak direfleksikan.
Kedua, sesungguhnya
penginderaan saja tidaklah cukup menghasilkan suatu pemikiran. Sebab kalau
hanya sampai di situ, yang terjadi hanyalah penginderaan saja terhadap fakta
(materi). Penginderaan yang diulang-ulang meskipun sampai satu juta kali, tetap
saja hanya menghasilkan penginderaan dan tidak menghasilkan pemikiran sama
sekali. Proses tersebut mengharuskan adanya pengetahuan terdahulu (al
ma’lumat as sabiqah) bagi manusia yang akan digunakan untuk
menginterpretasikan fakta yang diinderanya itu sehingga menghasilkan suatu
pengetahuan.
Sebagai contoh
kita ambil manusia yang ada sekarang. Manusia, siapapun orangnya apabila
diberikan kepadanya buku berbahasa Cina sementara ia tidak memiliki pengetahuan
yang berkaitan dengan bahasa Cina, lalu dibiarkan mencerap tulisan itu baik
dengan penglihatan maupun dengan perabaan, diberi kesempatan menginderanya berkali-kali
-meskipun sejuta kali- maka ia tetap tidak mungkin mengetahui satu kata pun
sampai diberikan kepadanya beberapa pengetahuan tentang bahasa Cina dan apa
saja yang berkaitan dengan bahasa tersebut. Pada saat itulah ia baru mulai
berfikir dengan bahasa tersebut dan mampu memahaminya.
Berdasarkan hal
ini, maka akal, fikr (pemikiran), dan idrak (kesadaran), adalah pemindahan
(transfer) fakta melalui panca indera ke dalam otak, disertai dengan
pengetahuan (informasi) yang diperoleh sebelumnya, yang kemudian digunakan
untuk menafsirkan kenyataan tersebut.
Oleh karena
itu, ideologi sosialisme jelas-jelas keliru dan rusak; sebab dia dibangun atas
dasar materi, tidak dibangun berdasarkan akal. Sama rusaknya dengan pengertian
mereka tentang pemikiran dan akal.
Ideologi kapitalisme
juga tidak dibangun atas dasar akal, tetapi dibangun berdasarkan jalan tengah
antara tokoh-tokoh gereja dengan cendekiawan, setelah sebelumnya terjadi
pergolakan dan perbedaan pendapat yang sengit dan berlangsung terus-menerus
selama beberapa abad di antara mereka. Jalan tengah itu adalah memisahkan agama
dari kehidupan, yakni mengakui keberadaan agama secara tidak langsung, tetapi
dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, ideologi ini tidak dibangun atas
dasar akal, tetapi dibangun atas dasar kompromi kedua belah pihak sebagai jalan
tengah.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pemikiran/keputusan yang diambil berdasarkan jalan tengah
merupakan hal yang asasi bagi mereka. Mereka mencampuradukkan antara haq dan
bathil, antara keimanan dengan kekufuran, cahaya dengan kegelapan;
dengan menempuh jalan tengah. Padahal sesungguhnya jalan tengah itu tidak ada
faktanya; sebab masalahnya adalah tinggal memilih tindakan secara jelas dan
tegas. Apakah yang haq atau yang bathil, iman ataukah kufur,
cahaya ataukah kegelapan. Pemecahan yang berasal dari jalan kompromi yang di
atasnya dibangun aqidah mereka ini, telah menjauhkannya dari kebenaran,
keimanan, dan cahaya. Oleh karena itu, ideologi kapitalisme adalah rusak,
karena tidak dibangun atas dasar akal.
Ideologi Islam
adalah ideologi yang positif. Karena menjadikan akal sebagai dasar untuk
beriman kepada wujud adanya Allah. Ideologi
ini mengarahkan perhatian manusia terhadap alam semesta, manusia, dan
kehidupan, sehingga membuat manusia yakin terhadap adanya Allah yang telah menciptakan
makhluk-makhluk-Nya.
Di samping itu
ideologi ini menunjukkan kesempurnaan mutlak yang selalu dicari oleh manusia
karena dorongan fitrahnya. Kesempurnaan itu tidak terdapat pada manusia, alam
semesta, dan kehidupan. Ideologi ini memberi petunjuk pada akal agar dapat
sampai pada tingkat keimanan terhadap Al-Khaliq supaya ia mudah
menjangkau keberadaan-Nya dan mengimani-Nya.
Islam dibangun
atas dasar akal yang mewajibkan kepada setiap muslim untuk mengimani adanya
Allah, kenabian Muhammad SAW, ke-mukjizatan Al-Quranul Karim dengan
menggunakan akalnya. Juga mewajibkan beriman kepada yang ghaib dengan
syarat harus berasal dari sesuatu dasar yang dapat dibuktikan keberadaan dan
kebenarannya dengan akal seperti Al-Quran dan Hadits Mutawatir. Dengan
demikian, ideologi ini dibangun atas dasar akal.
Ringkasan seluruh uraian di atas dapat
dilihat dalam bagan berikut.
No
|
Standar
Kebenaran Aqidah
|
SOSIALISME
|
KAPITALISME
|
ISLAM
|
1
|
Kesesuaian
dengan fitrah
|
-Tidak
sesuai fitrah, sebab (berusaha) menafikan naluri beragama, atau mengalihkannya pada objek yang salah
(ideologi, pengikut ideologi, tokoh, dll)
|
-Tidak
sesuai fitrah, sebab tidak mengakui ketidakmampuan manusia mengatur
kehidupan, sehingga manusia membuat sendiri aturan hidupnya
|
-Sesuai
fitrah, mengakui ketidakmampuan manusia mengatur kehidupan, sehingga
mengambil aturan hidup dari Al Khaliq
|
2
|
Kesesuaian
dengan akal
|
-Tidak
dibangun atas dasar akal, tetapi atas dasar materi, sebab materi dianggap
mendahului pemikiran. Pemikiran dianggap refleksi materi ke dalam otak
|
-Tidak
dibangun atas dasar akal, tetapi jalan tengah, antara yang mengingkari agama
secara mutlak, dengan yang mengharuskan tunduknya semua aspek kehidupan pada
agama
|
-Dibangun
atas dasar akal, sebab dgn akal dapat dicapai iman kpd Allah, Al Qur`an, dan
kerasulan Muhammad, yang kemudian menjadi dasar penetapan adanya dalil naqli,
untuk mencapai iman kepada yang gaib
|
Gb.7. Kritik
Terhadap Aqidah Sosialisme dan Kapitalisme Berdasarkan Standar Kesesuaiannya Dengan
Fitrah dan Akal
6. Penutup
Berdasarkan
semua uraian sebelumnya, hanya asas (aqidah) ideologi Islamlah satu-satunya
yang benar, sedangkan asas ideologi sosialisme dan kapitalisme adalah rusak. Asas
ideologi Islam dibangun berdasarkan akal, amat berbeda dengan ideologi
sosialisme dan kapitalisme yang tidak dibangun berlandaskan akal.
Di samping itu,
asas ideologi Islam sesuai dengan fitrah manusia, sehingga mudah
diterima oleh manusia. Sedangkan asas ideologi sosialisme dan kapitalisme
berlawanan dengan fitrah manusia.
Kritik ini
adalah kritik yang berdasarkan bukti rasional-faktual (dalil aqli). Di samping itu,
kebatilan asas ideologi sosialisme dan kapitalisme juga dapat juga didasarkan pada dalil naqli,
yakti bahwa keduanya adalah ideologi kufur yang tidak didasarkan pada apa yang
diturunkan Allah. Segala sesuatu pemikiran tentang kehidupan yang tidak
didasarkan pada apa yang diturunkan Allah adalah kufur dan thaghut yang harus diingkari dan dihancurkan. Allah SWT
berfirman, artinya:
“Barangsiapa
yang tidak memutuskan (perkara) menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itu adalah orang-orang yang kafir.” (TQS Al Maaidah: 44)
“Apakah kamu
tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa
yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak
berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah untuk mengingkari
thaghut itu…”:
(TQS An Nisaa`: 60) []
Bahan Bacaan :
‘Abduh, Ghanim,
1963, Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah, tp, Al Quds
Abdullah,
Muhammad Husain, 1990, Dirasat fi Al Fikr Al Islami, Darul Bayariq,
Beirut
Abdullah,
Muhammad Husain, 1994, Mafahim Islamiyah, Darul Bayariq, Beirut
Al Qashash,
Ahmad, 1995, Usus An Nahdhah Ar Rasyidah, Darul Ummah, Beirut
An Nabhani,
Taqiyuddin, 1953, Nizhamul Islam, tp, Al Quds
An Nabhani,
Taqiyuddin, 1994, Asy Syakhshiyah Al Islamiyah, Juz I, Darul Ummah,
Beirut
‘Athiyat,
Ahmad, 1996, Ath Thariq, Darul Bayariq, Beirut
Az Zain, Samih
Athif, 1983, Thariq Al Iman, Darul Kitab Al Lubnani, Beirut
Ismail,
Muhammad Muhammad,. 1958, Al Fikru Al Islami, t.p, Kairo
Shalih, Hafizh, 1988, An Nahdhah,
Darun Nahdhah Al Islamiyah, Beirut
Kritik Terhadap Kapitalisme
Dan Sosialisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar