Kekeliruan Ide Hak Asasi
Manusia
C. Hak Asasi Manusia
Slogan ketiga yang digembar-gemborkan oleh Amerika dan
Barat serta selalu mereka upayakan agar kaum muslimin mengambil dan
mengadopsinya, ialah Hak Asasi Manusia (HAM). Slogan ini ternyata mempunyai
penampilan yang indah dan mempesona di mata kebanyakan kaum muslimin, karena
mereka memang merasakan kezhaliman, kekejaman, dan penindasan dari para
penguasa mereka yang menjadi kaki tangan AS dan Barat.
Pemikiran mengenai HAM berpangkal dari pandangan ideologi
Kapitalisme terhadap tabiat manusia, hubungan individu dengan masyarakat, fakta
masyarakat, dan tugas negara.
Berkaitan dengan tabiat manusia, ideologi Kapitalisme
memandang bahwa manusia itu pada hakekatnya adalah baik, tidak jahat. Kejahatan
yang muncul dari manusia disebabkan oleh pengekangan terhadap kehendaknya. Oleh
karena itu, kaum Kapitalis menyerukan untuk membebaskan kehendak manusia agar
dia mampu menunjukkan tabiat baiknya yang asli. Dari sinilah, muncul ide
kebebasan yang kemudian menjadi salah satu ide yang paling menonjol dalam
ideologi Kapitalisme.
Mengenai hubungan individu dengan masyarakat, kaum
Kapitalis memandang bahwa hubungan itu bersifat kontradiktif. Oleh karenanya,
harus ada pemeliharaan individu dari dominasi masyarakat, sebagaimana harus ada
jaminan dan pemeliharaan terhadap kebebasan-kebebasan individu. Jadi bertolak
belakang dengan opini umum pada masa Feodalisme bahwa kepentingan masyarakat
harus didahulukan daripada kepentingan individu, orang-orang Kapitalis mengatakan bahwa kepentingan
individulah yang harus didahulukan daripada kepentingan masyarakat. Atas dasar
ini, mereka menetapkan bahwa tugas pokok negara adalah menjamin kepentingan
individu dan memelihara kebebasannya.
Tentang fakta masyarakat, kaum Kapitalis berpandangan
bahwa masyarakat merupakan kumpulan individu-individu yang hidup bersama di
suatu tempat. Jadi apabila kepentingan individu-individu itu terjamin penuh,
maka secara alami akan terjamin pula kepentingan masyarakat. Demikianlah.
Sesungguhnya, seluruh pemikiran kaum Kapitalis mengenai
tabiat manusia, hubungan individu dengan masyarakat, fakta masyarakat, dan
tugas negara; tak lebih hanyalah setumpuk kesalahan belaka.
Sebab, tabiat manusia sesungguhnya bukanlah baik seperti
yang dikatakan oleh orang-orang Kapitalis. Begitu pula bukan jahat sebagaimana
pandangan Gereja yang berasal dari filsafat-filsafat kuno yang dibangun atas
dasar pemahaman bahwa manusia telah mewarisi dosa Adam.
Pandangan yang benar terhadap tabiat manusia, ialah bahwa
manusia itu memiliki sejumlah naluri (gharaiz) dan kebutuhan-kebutuhan
jasmani (hajat al udlwiyah) yang menuntut pemuasan. Dengan akal yang
dikaruniakan Allah, manusia kemudian mempunyai kehendak untuk memilih jalan
yang akan dia tempuh untuk memuaskan naluri dan kebutuhan jasmaninya itu.
Maka dari itu, apabila manusia memenuhi kebutuhan naluri
dan jasmaninya dengan jalan yang benar, berarti dia telah melakukan kebaikan.
Sebaliknya apabila dia memenuhinya dengan jalan yang keliru atau menyimpang,
berarti dia telah melakukan keburukan.
Dengan demikian, tabiat manusia itu sebenarnya siap atau
berpotensi untuk menerima kebaikan dan kejahatan sekaligus. Dan manusialah yang
memilih kebaikan atau keburukan, sesuai kehendaknya sendiri.
Inilah pandangan yang dilontarkan Islam, sebagaimana yang
telah dijelaskan oleh Allah SWT :
وَ نَفْسٍ
وَ مَـا
سَوَّاهَـا
فَأَلْــهَمَهَـا
فُجُوْرَهَـا
وَ
تَقْوَاهَـا
"Dan demi jiwa (manusia) serta penyempurnaannya
(ciptaannya), maka Allah-lah yang mengilhamkan (menyerukan) kepada jiwa itu
memilih (jalan) kefasikan (kemaksiatan) dan ketakwaannya (ketaatan kepada
Allah)." (Q.S. Asy Syams: 7-8)
وَ
هَدَيْنَـاهُ
النَّجْـدَيْنِ
"dan Kami telah menunjukkan kepadanya (yakni
manusia) dua jalan (baik dan buruk)."
(Q.S. Al Balad: 10)
إٍنَّـا
هَدَيْنـَاهُ
السَّبِيْـلَ
إِمَّـا
شَـاكِرًا وَ
إِمَّـا
كَفُوْرًا
"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang
lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (Q.S. Al Insan: 3)
Demikian pula apa yang mereka lontarkan mengenai hubungan
individu dengan masyarakat, yang menurut mereka merupakan hubungan yang
berlawanan dan bertentangan, juga merupakan kesalahan.
Semuanya tidak tepat, baik pendapat orang-orang Kapitalis
yang lebih mendahulukan kepentingan individu daripada kepentingan masyarakat;
maupun pendapat para propagandis sistem Feodalisme yang menyerukan bahwa
kepentingan individu telah tercakup dalam kepentingan kolektif/masyarakat;
ataupun pendapat orang-orang Sosialis Marx yang menjadikan individu hanya
sebagai gigi dalam sebuah roda masyarakat.
Hubungan yang benar adalah seperti yang digambarkan oleh
Islam, yang memandang hubungan itu sebagai hubungan keanggotaan yang bersifat
saling melengkapi. Bukan hubungan yang saling berlawanan. Sebab, individu
adalah bagian dari masyarakat, seperti halnya tangan merupakan bagian dari
tubuh manusia. Sebagaimana tubuh tidak lengkap tanpa tangan, maka tangan pun
tidak ada artinya apabila terpisah dari tubuh.
Dalam hal ini Islam telah menetapkan hak-hak bagi
individu sebagaimana Islam telah menetapkan hak-hak bagi masyarakat. Hak-hak
tersebut bukan saling bertentangan ataupun berlawanan, tetapi saling
melengkapi.
Demikian pula Islam telah mengatur kewajiban-kewajiban
masing-masing dan menyerahkan pelaksanaannya kepada negara untuk menjamin
keseimbangan antara dua pihak, agar masing-masing tidak melanggar atau
mendominasi pihak yang lainnya. Sebab masing-masing harus mendapatkan
hak-haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Berkaitan dengan hal ini,
tidak ada gambaran yang lebih indah untuk menunjukkan hubungan antara individu
dan jama'ah daripada sabda Rasulullah Saw.:
مَثَلُ
القَـائِمِ
علَى حُدودِ
الله و الواقِعِ
فيهَـا
كَمَثَلِ
قَوْمٍ
اسْتَهَمُوا على
سفِينَةٍ
فَأَصَـابَ
بعضُهُـم
أَعْلاَهـا وَ
بَعْضُهُـم
أَسْفـلُهـا،
فكَـانَ الَّذِينَ
في
أسْفَلِهـا
إِذا
اسْتَقَوا من
المَـاءِ
مَرُّوا عَلى
مَن فَوقهم
فقـالوا : لَوْ
أَنـَّا
خَرَقْنَـا
في نَصِيبنا
خَرْقًا وَ
لَمْ نُؤْذِ
مَن فَوقنا
فإِنْ
يَتركُوهم وَ
مَـا
أرَادُوا
هَلَكُوا
جميعـًا و إن
أَخَذُوا على
أيدِهِم
نَجَوا و
نَجَوْا
جميعـًا
"Perumpamaan orang-orang yang mencegah berbuat
maksiat dan yang melanggarnya adalah seperti kaum yang diundi dalam sebuah
kapal. Sebagian mendapatkan bagian atas dan sebagian yang lain berada di bawah.
Jika orang-orang yang berada di bawah membutuhkan air, mereka harus melewati
orang-orang yang berada di atasnya. Maka berkatalah orang-orang yang berada di
bawah: 'Andai saja kami melobangi (dinding kapal) pada bagian kami, tentu kami
tidak akan menyakiti orang-orang yang berada di atas kami'. Tetapi jika yang
demikian itu dibiarkan oleh orang-orang yang berada di atas (padahal mereka
tidak menghendaki), niscaya binasalah seluruhnya. Dan jika mereka dicegah
melakukan hal itu, maka ia akan selamat dan selamatlah semuanya”.
(HSR. Ahmad, Bukhari, dan Tirmidzi)
Pendapat orang-orang Kapitalis yang menyatakan bahwa
masyarakat itu merupakan sekumpulan individu-individu yang hidup bersama di
suatu tempat, adalah pendapat yang jauh dari kebenaran. Sebab masyarakat bukan
hanya sekumpulan individu yang hidup bersama di suatu tempat, melainkan terdiri
pula dari ide-ide dan perasaan-perasaan yang ada pada individu-individu
tersebut serta sistem/peraturan yang diterapkan atas mereka.
Dengan kata lain, masyarakat merupakan sekumpulan individu
yang memiliki interaksi yang terus-menerus. Karena itu para penumpang kapal
atau kereta tidak dapat dikategorikan sebagai masyarakat sekalipun jumlahnya
mencapai ribuan. Sebaliknya, penduduk kampung yang kecil bisa membentuk sebuah
masyarakat, sekalipun jumlahnya hanya beberapa ratus jiwa.
Dengan demikian, jelaslah kesalahan ideologi Kapitalisme
dalam memahami fakta masyarakat, tabiat manusia, serta hubungan individu dengan
masyarakat.
Kesalahan pemahaman mereka mengenai peran negara lebih
jelas lagi. Sebab negara bukanlah alat untuk menjamin dan menjaga kemaslahatan
individu saja, akan tetapi merupakan suatu institusi yang mengurusi kebutuhan
individu, jamaah, dan masyarakat sebagai satu kesatuan, baik urusan dalam
maupun luar negerinya, sesuai dengan peraturan tertentu yang membatasi hak dan
kewajiban masing-masing. Di samping itu negara bertugas untuk mengemban risalah
ke seluruh dunia, kalau memang dia memiliki risalah
kemanusiaan, yaitu risalah yang layak untuk manusia dalam kedudukannya
sebagai manusia, tanpa memperhatikan pertimbangan lainnya.
Ringkasnya, atas dasar pandangan ideologi Kapitalisme
terhadap tabiat manusia, hubungan individu dengan masya rakat, fakta
masyarakat yang menjadi tempat hidupnya, serta peran negara yang menjamin dan menjaga
kemaslahatan individu, maka ideologi ini menyerukan jaminan terhadap empat
kebebasan bagi individu, yaitu: kebebasan beraqidah/ beragama, kebebasan
berpendapat, kebebasan hak milik, dan kebebasan bertingkah laku.
Kebebasan inilah yang merupakan asas HAM, sekaligus biang
keladi segala kebobrokan yang terjadi di tubuh masyarakat-masyarakat
Kapitalis. Kebebasan di sana telah menjerumuskan manusia menjadi gerombolan
binatang-binatang buas di mana yang kuat akan memakan yang lemah. Kebebasan itu
telah mengakibatkan pula timbulnya kebejatan moral yang memerosotkan harkat dan
martabat manusia hingga sederajat dengan binatang yang hina, karena manusia
dibebaskan tanpa kendali untuk memuaskan kebutuhan naluri dan kebutuhan
jasmaninya.
Jadi, manusia dalam masyarakat-masyarakat Kapitalis tak
ubahnya seperti kawanan binatang ternak, yang hanya bernafsu untuk meraup
sebanyak mungkin kenikmatan fisik. Ironisnya, kenikmatan fisik ini dianggap
sebagai puncak kebahagiaan oleh ideologi Kapitalisme. Padahal pada hakekatnya,
masyarakat-masyarakat Kapitalis itu tak pernah mengecap cita rasa
kebahagiaan sedikit pun, sebab kehidupan mereka memang senantiasa
bergelimang dengan penderitaan, kegoncangan, dan keresahan yang tak pernah
berakhir.
Kekeliruan Ide Hak Asasi Manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar