Fakta yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat, pergaulan antara laki-laki dan perempuan saat ini
seolah sudah tidak ada batasnya lagi. Para pelaku tidak sungkan untuk berbuat
melanggar Syariah agama Islam. Fakta-fakta
perangsang hasrat seksual pun dibiarkan merajalela tanpa ada kontrol serius
penguasa demokrasi. Inilah ironi nilai kebebasan dan HAM yang justru
menjadikan masyarakat terpasung untuk menghilangkan kemungkaran. Sikap negara
demokrasi yang membiarkan pornografi dan pornoaksi tersebar di khalayak umum,
serta penerapan sistem hukum yang mandul semakin menambah rusaknya moral di
tengah-tengah masyarakat.
Islam Mampu
Menyelamatkan Keluarga dan Generasi, pasti! Dampak dari penerapan Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) terutama bagi keberlangsungan keluarga dan generasi. Dampak
bagi keluarga adalah berkurangnya posisi ibu sebagai pendidik generasi. Karena
salah satu konsekuensi dari penerapan pasar bebas nanti adalah para ibu
berlomba-lomba keluar dari rumahnya untuk mengejar karier. Islam memandang
posisi keluarga sebagai pencetak generasi unggulan. Peka dan peduli terhadap
dampak Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Semangat aktivis dalam perjuangan
menegakkan Islam.
Bahaya Virus Pergaulan
Bebas Bagi Keluarga. Wabah pergaulan bebas yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Wabah ini telah menjangkiti mulai dari pelajar, masyarakat biasa bahkan sampai
kalangan pejabat dan berharap agar masyarakat menyadari akan hal itu. Dini
mengajak seluruh peserta untuk berupaya mencegah bahaya pergaulan bebas dan
kembali kepada sistem yang bisa memberantas pergaulan bebas yaitu sistem Islam.
Karena hanya dengan sistem pergaulan Islam lah masyarakat dapat hidup aman dan
sejahtera.
Permasalahan maraknya
pornografi beserta dampaknya karena Umat Islam meninggalkan agama dan
aqidah-nya, maka untuk mengatasi hal ini kita Umat Islam wajib kembali
kepada Islam secara utuh yakni kepada Syari’at Islam dalam institusi
Khilafah.
Tujuan dari berkeluarga itu adalah untuk
mewujudkan keluarga samara (sakinah, ma waddah wa rahmah), sebagai sarana
dakwah, dan dalam rangka menggapai ridlo Allah menuju Jannah-Nya. Agar tujuan
itu dapat terwujud dengan baik ,maka fungsi-fungsi dalam keluarga harus
terwujud pula. Yaitu fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi sosial, fungsi
protektif, fungsi rekreatif, fungsi afektif, fungsi edukatif, dan fungsi
religius. Penyebab kerusakan pergaulan
remaja di Indonesia yang semakin parah tidak lain karena saat ini kita hidup
dalam sistem liberal (kebebasan). Di mana dalam sistem liberal, semua bebas
dilakukan sekehendaknya tanpa aturan. Untuk itu, tidak hanya berdiam diri
melihat fenomena yang terjadi di depan mata tapi harus turut berjuang
menghancurkan sistem yang rusak saat ini untuk diganti dengan sistem Islam
dalam naungan Khilafah.
Selamatkan Keluarga Kita dari Bahaya Pornografi. Fakta-fakta yang diakibatkan pornografi dan juga bagaimana
solusi yang bisa dilaksanakan oleh individu Muslim. Fakta kerusakan dengan
menjelaskan penyebab pornografi marak serta peran yang harus dilakukan berbagai
pihak terutama negara sehingga pornografi bisa diminimalisir semaksimal
mungkin.
Peran Politik Mubalighah
Dalam Menghadapi Serangan Neoliberalisme dan Neoimperialisme. Kaidah berfikir
yang salah dan penafsiran nash yang serampangan minus ilmu menjadi senjata
utama para feminis Muslim dalam mencekokkan pemikirannya ke benak-benak kaum
Muslimin. Seolah berasal dari Islam, dengan gegabah mereka menggugat batasan
aurat wanita bahkan membolehkan perempuan menjadi imam bagi lelaki. Lebih jauh,
pandangan materialistik yang mendominasi, membuat para feminis menyerukan agar
para perempuan terjun ke ruang publik. Semata-mata agar eksistensi mereka tak
kalah dari para lelaki. Kenyataan bahwa Balqis menjadi ratu bagi negeri Saba
mereka jadikan “dalil” atas kebolehan perempuan menjadi pemimpin
negara. Padahal itu adalah Syari’at sebelum datang Islam.
Seluruh komponen ummat
untuk bersinergi dalam menangkal bahaya yang mengancam kaum Muslimin. Para
muballighah dan asatidzah harus berada di tempat terdepan dalam menyadarkan
Umat akan adanya bahaya ini, untuk kemudian membekali Umat dengan ilmu yang
cukup agar dapat menghadapinya. Dakwah yang diserukan kepada Umat pun tidak
bisa lagi secara individual, melainkan jama’i, Ibarat nyiru (sapu lidi), takkan
bisa menyapu sampah jika bekerja sendiri-sendiri, melainkan harus disatukan
dalam ikatan yang kuat. Dakwah kepada Umat pun harus ditujukan untuk menegakkan
kembali institusi Khilafah Islamiyyah. Tanpa institusi ini, kaum Muslimin tidak
akan memiliki kekuatan riil, dan tak memiliki pembela kepentingan-kepentingan
mereka.
Penjajahan militer
memang sudah selesai. Namun secara de facto Indonesia masih terjajah secara
ekonomi dan politik. Para negara penjajah menanamkan agen-agen untuk terus
menjaga kepentingan mereka di negeri jajahan. Salah satu bentuk penjajahan ini
adalah pembiayaan yg massif terhadap program-program pemerintah berorientasi
gender (Pengarusutamaan Gender/PUG). Program-progran yang tampaknya membela
perempuan ini justru sebenarnya menggeser perempuan dari kemuliaannya di sisi Allah.
Fitrah perempuan sebagai ummu wa rabbatul bayt digantikan sebagai pencari
nafkah dalam keluarga. Padahal hukum bekerja dalam Islam adalah mubah (boleh).
Namun saat ini seolah menjadi wajib jika tak ingin kaum wanita dianggap sebagai
‘benalu’ dalam keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar