FENOMENA KETIDAKBERDAYAAN
A. Meninggalkan Dakwah dan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
lanjutan :
Berikut ini akan disampaikan semacam indeks kehidupan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar anda mengetahui bagaimana beliau berdakwah kepada Allah, sabar atas penganiayaan, memerintahkan perkara ma'ruf dan mencegah perkara mungkar, dan berjihad. Seluruh hidupnya menjadi teladan yang wajib dipegang teguh oleh Muslim tsiqah yang beramal :
- Ta'abbud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Goa Hira' selama berbulan-bulan sebelum kerasulan.
- Turunnya al-Qur'an dan apa yang ditanggungnya ketika al-Qur'an turun kepadanya.
- Masa fatrah (jeda) turunnya wahyu dan siksaan batin Nabi karena hal itu.
- Dakwah Nabi terhadap Khadijah, Ali, Abu Bakar, dan para shahabat sesudah mereka, untuk memeluk Islam.
- Dakwah Nabi secara sembunyi-sembunyi selama hampir 3 tahun.
- Dakwah secara terang-terangan, berikut penentangan yang dihadapi Beliau dari kaumnya dan kepedihan hati Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karena hal itu.
- Siksaan yang diterima para shahabat, serta kepedihan hati Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karena hal itu.
- Hinaan, pendustaan dan tuduhan yang diterima Nabi, bahkan sampai penganiayaan fisik.
- Bujukan kepada Nabi dengan harta dan perempuan (dan kekuasaan).
- Kepungan orang-orang musyrik atas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat di rumah Abu Thalib tanpa makanan dan tidak bisa keluar.
- Tekanan orang-orang musyrik atas banyaknya pertanyaan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan maksud menyudutkan.
- Wafatnya Abu Thalib dan Khadijah, serta pengaruhnya atas diri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
- Kesulitan yang menimpa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Thaif.
- Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menawarkan diri kepada kabilah-kabilah Arab, namun mereka menolak dan mendustakannya.
- Hijrah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya ke Madinah, dan usaha terus-menerus kaum Quraisy untuk membunuh Nabi.
- Permusuhan dan tipu daya orang-orang munafiq terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam serta usaha membunuhnya.
- Permusuhan, tipu daya dan pendustaan kaum Yahudi terhadap Nabi.
- Pengingkaran dan pendustaan kaum Yahudi akan kenabiannya.
- Penganiayaan kepada Nabi oleh kaum Yahudi dan banyaknya pertanyaan mereka dengan maksud menyudutkan dan menyakiti Nabi.
- Peperangan-peperangan yang dipimpin nabi, serta apa yang dialaminya khususnya pada perang Uhud, Khandaq dan Hunain.
- Penghinaan terhadap kehormatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari orang-orang Arab yang keras perangainya.
- Penghinaan terhadap kehormatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
- Kesabaran Nabi atas kesyahidan karib-karibnya dan para shahabatnya.
- Kesabaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang luar biasa terhadap rasa lapar.
- Kejadian yang dialami Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika sakit dan menjelang wafat.80
80) Riwayat hidup ini dinukil dari as-Sirah an-Nabawiyah karya Ibnu Hisyam dengan sedikit perubahan.
Orang yang merenungi apa yang dipaparkan di atas, mengetahui bahwa tidak ada sisi kehidupan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak penuh dengan penderitaan, baik yang menimpa dirinya, keluarga, para shahabat, kerabat, dan dakwah. Semua itu menumbuhkan kesabaran yang baik, amal yang banyak, penyerahan diri yang tinggi, dan keridhaan yang besar. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah terlihat gelisah, malas atau lalai. Sebaliknya, beliau menjalankan tugas dakwah sebaik-baiknya.
Apa yang dialami para tsiqah hari ini adalah sebagian kecil dari apa yang dialami Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh sebab itu mereka tidak boleh lemah, lalu bosan dan meninggalkan dakwah dan agama mereka yang diserang oleh orang-orang kafir dan para pendosa.
Demikianlah yang berlaku pada para shahabat Nabi, setelah wafatnya, dan para ulama salaf yang shaleh serta orang-orang yang meneladani mereka hingga hari ini : mereka meninggalkan kemapanan dan mengemban amanat, mengorbankan sesuatu yang berharga demi menjaga dakwah Allah dan menjalankan kepentingan umat.
Herannya, orang yang meninggalkan dakwah dan amar ma'ruf nahi mungkar pada banyak kesempatan tidak mengakui ketidakberdayaannya karena malu dan menutup-nutupi. Bahkan anda menjumpai mereka mencari-cari alasan, menuduh orang lain sebagai biang keladi ketidakberdayaan dan kelemahannya. Terkadang ia berapologi karena mempunyai satu atau dua masalah. Ini sangat mengherankan karena tidak seorang pun dari Bani Adam yang terbebas dari masalah. Bahkan Nabi yang keadaannya telah digambarkan sebelumnya, tidak meninggalkan dakwah, tidak pesimis dan tidak lemah sama sekali. Sedangkan di saat ini ada sebagian da'i tsiqah yang apabila menerima cobaan ringan dari istri atau kedua orang tuanya atau anak-anaknya, atau karena miskin, atau Allah mengujinya dengan rasa takut, lapar dan sakit, maka ia meninggalkan tujuan-tujuan luhur serta tidak mengusahakannya. Ia berapologi sibuk dengan masalah-masalah yang tidak berat! Ya Allah! Tidakkah Allah telah berfirman “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : 'Kami telah beriman,' sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”81 Sesungguhnya jiwa manusia pasti terpengaruh oleh masalah yang dihadapinya. Namun pengaruh ini harus tersimpan dalam diri manusia, tidak ditampakkan kepada orang-orang kecuali sesekali dan pada saat diperlukan. Kemudian ia terus melanjutkan dakwahnya kepada masyarakat, tidak berat hati dan tidak merasa lelah akibat berbagai masalah yang dikiranya sebagai penghalang, padahal sebenarnya bukan, dan memang seharusnya tidak menjadi penghalang. Hendaknya ia bertanya kepada diri sendiri, apakah ia meninggalkan perbuatan duniawi ketika menghadapi kesulitan dan musibah ini? Jika tidak, maka sesungguhnya dakwah itu lebih utama dari kesibukan duniawi. Allah-lah yang memberi taufiq.
81) Qur'an Surat al-'Ankabut (29) : 2-3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar