Buku Bagus Untuk Dibaca:
Buku : Mendukung Para Diktator dan Tirani
Metode umum Kebijakan Luar Negeri Barat
Buku : Mendukung Kediktatoran dan Penguasa Tiran
Alat-alat tradisional dalam Kebijakan Politik Luar Negeri Barat
Demokrasi vs. Kedikatatoran – Demokrasi vs. Tirani
Setelah citra para pemerintah Barat ternoda tidak bisa hilang melalui perang Irak dan 'pergantian rezim' yang mengikutinya, sudah ada usaha untuk sekali lagi menampakkan motif-motif kebijakan luar negeri Barat secara keseluruhan sebagai mulia. Dalam suatu kunjungan ke Kairo pada Juni 2005, Sekretaris Negara AS, Condoleeza Rice, mengatakan, bahwa “Amerika tidak akan menimpakan gaya pemerintahan kita pada yang tidak mau. Tujuan kita sebaliknya adalah membantu yang lain menemukan suara mereka sendiri, untuk mendapatkan kebebasan mereka sendiri, membuat jalan mereka sendiri.” Dia berargumen bahwa pengusahaan kestabilan di Timur Tengah oleh AS dengan mengorbankan demokrasi telah “tidak mencapai apapun”, dan mengklaim “Sekarang, kita menggunakan jalur berbeda. Kita mendukung aspirasi-aspirasi demokratis semua orang.”
Presiden AS yang baru terpilih, Barack Obama, membuat komentar-komentar yang mirip dengan Sekretaris Rice, berusaha menggunakan 'soft power' dan pesona pribadi untuk menyelamatkan citra USA. Begitupun di 2002, sebagai senator negara bagian Illinois, Obama menyeru Arab saudi dan Mesir untuk berhenti menzalimi rakyatnya dan menekan protes, dia tidak membuat komentar-komentar semacam itu ketika dia memberi pidato yang tersiar luas di Kairo pada Juni 2009.
Tapi dalam kunjungannya ke Arab Saudi, Obama menolak mengkritik kediktatoran, malah memilih untuk memuji sang raja atas 'kebijaksanaan dan kedermawanannya'. Dalam suatu wawancara dengan BBC sesaat sebelum perginya ke Timur Tengah, BBC Justin Webb menanyai Obama secara langsung, “Apakah kamu menganggap Presiden Mubarak sebagai penguasa otoriter?” Obama menjawab “Tidak ... Aku berniat untuk tidak menggunakan label-label bagi orang-orang berpaham (folds)”. Dia di waktu kemudian menolak mengakui ke-otoriter-an atas dasar bahwa “Aku belum bertemu dengan dia”. Dia juga mendeskripsikan Mubarak sebagai “kekuatan kestabilan di daerah itu”.
Inilah yang sering menjadi kasus, bahwa penduduk dunia Muslim disodori pilihan antara demokrasi atau kediktatoran. Satu contoh yang bagus tentang ini adalah kekacauan politik sekarang di Pakistan. Setelah merealisasi jaringan dukungan untuk diktator Jenderal Musharraf karena pelayanan butanya terhadap 'perang terhadap teror', Barat mulai menciptakan satu gerakan untuk kembalinya kekuasaan demokrasi di Pakistan. Ini terjadi meski fakta bahwa para penguasa demokratis Pakistan sama-sama memiliki track record yang buruk dibandingkan dengan para tiran yang telah berkuasa selama 60 tahun terakhir. Para pemerintah Barat, mengetahui bahwa kepentingan-kepentingan mereka akan bisa dilindungi oleh para diktator atau para politisi yang terpilih secara demokratis, adalah bahagia untuk menekan Musharraf untuk memuluskan jalan untuk kembalinya kekuasaan PPP. Ini memastikan bahwa massa dibujuk rayu, sementara rezim pakistan tetap menjadi pelayan loyal bagi kepentingan-kepentingan Barat. Barat tahu bahwa mengubah dari para pemimpin militer menjadi para pemimpin poplitik tanpa mengubah sistem politik yang mendasarinya tidak membawa perubahan yang nyata yang mungkin mengancam kepentingan-kepentingannya.
Dibalik bicara soal kemerdekaan, demokrasi dan 'kebijakan luar negeri etis', dukungan kepada para tirani dan kebijakan luar negeri jahat terhadap dunia Muslim terus berlanjut.
Kesimpulan
Setelah penghancuran Khilafah Ottoman pada Maret 1924 di tangan Mustafa Kemal yang memproklamasikan dirinya sendiri, rezim-rezim barat, khususnya Inggris dan Perancis, mengeksploitasi kejatuhan ini yang mereka ikut rancang.
Dunia Muslim telah diukir di bawah persetujuan Sykes-Picot menjadi sekumpulan negara-negara lemah dan tidak efektif dengan para diktator korup yang menguasainya. Fitur utama dunia Muslim sejak saat itu adalah kepemimpinan yang tidak memperjuangkan kepentingan-kepentingan rakyatnya tapi malah memperjuangkan kepentingan-kepentingan para pemerintah luar negeri.
Dalam booklet pendek ini, kita hanya menyodorkan sampel bukti kecurangan, korupsi dan kriminalitas yang ditampilkan oleh Barat dengan hubungan mereka dengan para tangan besi, para tirani dan para diktator dahulu dan sekarang. Semua orang yang bisa berpikir harus mempertanyakan peran Barat dalam memimpin dan membentuk urusan-urusan di dunia.
Hari ini, para Muslim mencari kepemimpinan baru, pilihan lain bagi para diktator dan tiran itu – suatu kepemimpinan yang akan jujur, independen, transparan dan akuntabel dan para politisi yang akan menjadi pelayan bagi massa dan bukan budak-budak bagi Washington dan London. Ini hanya bisa terjadi ketika Khilafah (Caliphate) dikembalikan sebagai sistem pemerintahan di dunia Muslim.
Khilafah akan mengakhiri korupsi, membangun potensi negeri-negerinya dan membangun hubungan-hubungan dengan dunia pada tingkat lahan bermain. Ia tidak akan membawa dunia Muslim ke model mitos teokrasi abad pertengahan, tapi akan memajukan dunia di bawah keteraturan sosial, ekonomi dan politik yang tercerahkan, berhadapan dengan ketimpangan, ketidakadilan dan teror korporasi yang dirasakan oleh mayoritas di bawah Kapitalisme.
Selected Bibliography
Aris, B & Campbell D. How Bush’s grandfather helped Hitler’s rise to power. The Guardian, 25th September 2004.
Black, E. IBM and the Holocaust: The Strategic Alliance between Nazi Germany and America's Most Powerful Corporation, London: Crown Publishers.
Chomsky, N. Dictators R Us. Toronto Star, 21st December 2003.
Curtis, M. The Web of Deceit: Britain’s Real Role in the World, London: Vintage.
Finkel, A & Leibovitz, C. Hitler-Chamberlain Collusion, The Merlin Press Ltd.
Louis, WR. The British Empire in the Middle East 1945-1951: Arab Nationalism, the United States, and Postwar Imperialism: Arab Nationalism, the United States and Postwar Imperialism, Oxford: OUP.
Muggeridge, M. The Infernal Grove Chronicles of Wasted Time: No. 2, William Morrow and Co.
Radzinsky, E. Stalin, Hodder & Stoughton Ltd.
Nationalist and radical movements in the Arabian Peninsula, 10 February 1958, Public Record Office, CAB 158/31.
Buku : Mendukung Kediktatoran dan Penguasa Tiran
Alat-alat tradisional dalam Kebijakan Politik Luar Negeri Barat
Supporting Dictatorship and Tyranny
Traditional tools in Western Foreign Policy
oleh Hizb ut-Tahrir Inggris
Hizb ut-Tahrir Britain
Suite 301
28 Old Brompton Road
London SW7 3SS
info@hizb.org.uk
Supporting Dictatorship and Tyranny [PDF]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar