Putaran Ketiga: di Thaif
a. Sebabnya
Kelompok orang yang
berhasil melarikan diri telah meninggalkan medan perang Hunain, lalu sebagian
dari mereka membangun perkemahan di lembah Authas, sebagian pergi menuju
Nakhlah, dan sebagian lagi pergi menuju Thaif. Rasululiah Saw. berhasil
mengejar di antara mereka yang berkumpul di lembah Authas dan Nakhlah. Mereka
melarikan diri dari Authas dan Nakhlah, dan selanjutnya mereka mencari
perlindungan ke Thaif.
Begitulah, akhirnya
Thaif menjadi tempat perkemahan dan tempat berkumpulnya semua orang yang
melarikan diri dari medan perang Hunain. Apalagi pintu-pintu Madinah tertutup
bagi mereka, bahkan orang-orang di Madinah telah menyiapkan peperangan secara
matang.
Alasan mereka memilih
untuk mencari perlindungan ke Thaif adalah bahwa Thaif merupakan kota yang
dibentengi dengan benteng-benteng yang kokoh, yang akan melindungi mereka dari
serangan tentara Negara Islam.
b. Mengepung Thaif
Setelah selesai dari
perang Hunain, tentara Islam terus bergerak maju menuju dinding-dinding benteng
Thaif. Penduduk Thaif memanah tentara Islam dari belakang dinding benteng
dengan anak panah. Tentara Islam berhasil membunuh beberapa orang dari mereka, namun
kaum muslimin tidak berhasil memasuki kota Thaif.
Kemudian, Rasulullah
Saw. memerintahkan pasukannya agar menjauhi dinding-dinding tersebut. Beliau
mencukupkan tindakan dengan mengepung Thaif. Kemudian, beliau mengepung Thaif
selama dua puluh tiga hari lebih. Beliau melempar dinding-dinding benteng Thaif
dengan al-manjaniqah (alat pelontar batu) yang dibuat oleh para ahli dari
kalangan kaum muslimin setelah mereka kembali dari menjalankan misinya di
negeri Syam guna mempelajari cara memproduksi al-manjaniqah (alat pelontar
batu), dan ad-dababah (alat perang penghancur benteng).
Rasulullah Saw.
berpendapat pentingnya menggunakan ad-dababah yang akan melindungi para
penyerang dengan bentuknya yang besar, agar sekelompok pasukan kaum muslimin
dapat bergerak maju sambil berlindung dengannya untuk membuka celah-celah yang
terdapat pada dinding-dinding benteng Thaif, supaya kaum muslimin bisa memasuki
kota. Namun belum lagi tentara Islam
bergerak maju sambil berlindung dengan ad-dababah ini, penduduk Thaif menyerang
tentara Islam dengan potongan besi yang dipanasi api, akhirnya tentara Islam
lari keluar dari bawah ad-dababah tersebut. Bersamaan dengan itu, orang-orang
Tsaqif menyerang tentara Islam dengan panah, sehingga banyak tentara Islam yang
menjadi korban.
Lalu Rasulullah Saw.
memerintahkan agar menebang pohon-pohon anggur milik orang Tsaqif. Sebelum kaum
muslimin mulai menebang pohon-pohon anggur milik orang-orang Tsaqif tersebut,
penduduk Thaif mengutus orang-orang kepada Rasulullah Saw. mereka berkata, “Wahai
Muhammad, jangan engkau tebang pohon-pohon anggur itu, ambillah ia untuk para
sahabatmu atau biarkan saja ia untuk Allah dan untuk kerabatmu.”
c. Mengakhiri Pengepungan Thaif
Rasulullah Saw.
bersabda kepada Abu Bakar ash-Shiddiq, yang ketika itu beliau sedang mengepung
orang-orang Tsaqif, “Wahai Abu Bakar, aku bermimpi bahwa aku dihadiahi sebuah
gelas yang penuh dengan mentega, lalu ayam jago melubanginya, sehingga apa yang
ada di dalamnya semuanya menjadi tumpah.” Abu Bakar berkata, “Aku pikir bahwa
hari ini engkau tidak akan bisa mengalahkan mereka seperti yang engkau
inginkan.” Rasulullah Saw. bersabda, “Namun, aku justru berpendapat lain.”
Kemudian, Khuwailah
bintu Hakim as-Sullamiyah, istri Utsman berkata, “Wahai Rasulullah, jika Allah
menaklukkan Thaif untukmu, maka berikanlah kepadaku perhiasan Badhiyah bintu
Ghailan bin Salamah, atau perhiasan al-Fari'ah bintu Aqil.” Kedua wanita tersebut
adalah wanita Tsaqif yang paling banyak perhiasannya. Rasulullah Saw. bersabda
kepada Khuwailah, “Wahai Khuwailah, bagaimana kalau aku tidak diberi izin untuk
mengalahkan orang-orang Tsaqif?” Setelah itu, Khuwailah pun pergi, lalu
menceritakan ucapan Rasulullah Saw. tersebut kepada Umar bin Khaththab.
Kemudian, Umar bin
Khaththab masuk menemui Rasulullah Saw. dan berkata kepada beliau, “Wahai
Rasulullah, apa yang telah engkau katakan kepada Khuwailah, karena ia bercerita
bahwa engkau telah mengatakan sesuatu kepadamu.” Rasulullah Saw. bersabda,
“Betul, aku telah mengatakan sesuatu kepadanya.” Umar bin Khaththab berkata,
“Wahai Rasulullah, bagaimana kalau aku memberimu izin untuk mengalahkan
mereka?” Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak.” Umar bin Khaththab berkata,
“Bagaimana kalau aku mengumumkan kepada orang-orang agar mereka segera
berangkat?” Rasulullah Saw. bersabda, “Ya, silakan.” Umar bin Khaththab pun
mengumumkan kepada orang-orang agar mereka segera berangkat. Tentara Islam
mulai menyiapkan diri untuk segera berangkat.
Salah seorang di
antara sahabat menghadap Rasulullah Saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah,
do'akan agar mereka kalah.” Rasulullah Saw. bersabda, “Ya Allah, berilah
petunjuk kepada orang-orang Tsaqif", dan tundukkanlah mereka.”
Ketika beliau sedang
berdo'a, beberapa budak di antara orang-orang Tsaqif yang sedang terkepung
datang menemui Rasulullah Saw. untuk menyatakan diri masuk Islam, lalu
Rasulullah Saw. memerdekakan mereka.
Ketika orang-orang
Thaif telah masuk Islam, maka setelah itu Harits bin Kaladah mencari
budak-budak yang telah masuk Islam itu. Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak,
mereka bukan budak lagi, sebab mereka telah dimerdekakan Allah.”
Jumlah total sahabat
Rasulullah Saw. yang gugur sebagai syuhada’ ketika perang melawan orang-orang
Thaif sebanyak dua belas orang: tujuh orang dari kaum Quraisy, empat orang dari
kaum Anshar, dan satu orang dari Bani Laits.
Sumber: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH NABAWIYAH Sisi Politis
Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar