I. Delegasi Bani Tamim
Datang kepada
Rasulullah Saw. Utharid bin Hajib bin Zararah bin Adas at-Tamimi bersama para
pembesar Bani Tamim yang lainnya, di antaranya adalah al-Aqra’ bin Habis
at-Tamimi, az-Zibriqan bin Badr at-Tamimi salah seorang dari Bani Sa’ad, Amr
bin al-Ahtam, dan al-Habhab bin Yazid.
Dalam delegasi Bani
Tamim juga terdapat Nu’aim bin Yazid, Qais bin Harits, dan Qais bin Ashim
saudara Bani Sa’ad. Dalam delegasi besar Bani Tamim juga terdapat Uyainah bin
Hishn bin Hudzaifah bin Badr al-Fazari.
Al-Aqra’ bin Habis dan
Uyainah bin Hishn ikut menghadiri penaklukan Makkah, perang Hunain, dan perang
di Thaif. Ketika delegasi Bani Tamim datang ternyata keduanya ikut bersama
mereka.
Setelah delegasi Bani
Tamim masuk ke masjid, mereka memanggil Rasulullah Saw. dari belakang bilik
beliau, “Wahai Muhammad, keluarlah dan temuilah kami.” Rasulullah Saw. merasa
terganggu dengan teriakan mereka, karenanya beliau keluar menemui mereka. Mereka
berkata, “Wahai Muhammad, kami datang kepadamu untuk menyaingimu dalam hal
kemegahan, maka izinkan penyair dan orator kami berbicara.” Rasulullah Saw.
bersabda, “Aku izinkan, silakan orator kalian berbicara.” Utharid berdiri, lalu
ia berkata:
“Segala puji bagi
Allah yang telah memberi kami keutamaan dan karunia. Dialah yang berhak untuk
dipuji. Dia yang telah menjadikan kami sebagai raja-raja, menganugerahkan kami
harta yang banyak dan melimpah. Dengan harta tersebut kami banyak berbuat kebaikan.
Dialah yang menjadikan kami sebagai orang-orang timur yang paling kuat, paling
banyak jumlahnya, dan paling lengkap persenjataannya. Kami bertanya, adakah di
antara manusia yang bisa seperti kami? Bukankah kami adalah pemimpin-pemimpin
manusia dan pemilik segala kelebihan mereka? Kami bertanya lagi, adakah yang
menyaingi kami dalam hal kemegahan, jika ada, silahkan ia mengemukakan
kelebihan-kelebihannya seperti yang telah kami sebutkan. Jika kami mau kami
bisa berkata banyak, namun kami malu mengemukakan dengan panjang lebar apa saja
yang diberikan kepada kami. Sebab tanpa diberitahupun, kami dikenal dengan
semua itu. Inilah yang kami katakan. Dan hendaklah kalian berkata seperti yang
telah kami katakan, dan bahkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah kami
sebutkan.” Lalu, Utharid bin Hajib duduk.
Rasulullah Saw.
bersabda, kepada Tsabit bin Qais bin asy-Syammasy saudara Bani Harits dari suku
Hazraj, “Wahai Tsabit, berdirilah dan jawablah apa yang dikatakan orang tadi
dalam orasinya.” Tsabit berdiri, lalu berkata: “Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi. Dialah yang
menyempurnakan kekuasaan-Nya di langit dan di bumi, ilmu-Nya luas meliputi
luasnya langit dan bumi, dan tidak ada sesuatu apapun melainkan berasal dari
karunia-Nya. Dengan kekuasaan-Nya, Dia menjadikan kami sebagai raja-raja.
Kemudian, Dia memilih seorang rasul dari yang paling baik ciptaannya, yang
paling mulia akhlaknya, yang paling jujur ucapannya, dan yang paling unggul
nasab dan keturunannya. Kepadanya Allah menurunkan kitab-Nya. Kepadanya Allah
mempercayakan makhluk-Nya. Jadi, beliaulah manusia pilihan Allah di alam
semesta ini. Kemudian beliau mengajak manusia agar beriman kepadanya. Di antara
kaum dan sanak kerabatnya yang beriman kepada Rasulullah Saw. adalah kaum
Muhajirin. Mereka manusia yang paling mulia nasab dan keturunannya, manusia
yang paling tampan wajahnya, dan manusia yang paling baik amal perbuatannya.
Kemudian, manusia yang pertama kali memenuhi panggilan Allah ketika Rasulullah
Saw. menyerunya adalah kami. Kami para penolong (Anshar) Allah, dan para
pembantu Rasul-Nya. Kami memerangi manusia hingga mereka beriman kepada Allah.
Siapa saja yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka darah dan hartanya
kami lindungi. Siapa saja yang kafir, maka selamanya kami akan memeranginya
karena Allah. Bagi kami membunuh orang kafir itu amatlah mudah. Inilah
perkataan yang dapat aku katakan. Akhirnya, aku memintakan ampunan kepada Allah
untuk diriku sendiri, untuk orang-orang yang beriman, baik yang laki-laki
maupun yang perempuan. Semoga keselamatan tetap atas kalian.”
Renungkan di antara
dua ungkapan di atas. Ungkapan yang dikemukakan Utharid penuh dengan semangat
jahiliyah. Dia sangat membangga-banggakan kekayaan dan keturunan. Sedang
ungkapan yang dikemukakan Tsabit penuh dengan semangat keimanan. Dia
mengembalikan setiap keutamaan kepada Allah. Baginya, tidak mungkin memiliki
sesuatu apapun kecuali atas kehendak dan kekuasaan-Nya. Namun hal itu tidak
membuat orang beriman malas beramal dan berjihad
untuk menolong Allah dan Rasul-Nya.
Penyair mereka
(az-Zibriqan bin Badr) berdiri untuk membacakan syair di hadapan Rasulullah
Saw. Rasulullah Saw. meminta agar pembacaan syairnya ditangguhkan hingga Hassan
bin Tsabit datang. Setelah Hassan datang, aZ-Zirbiqan berdiri, lalu berkata:
Kami berasal dari
bangsa orang-orang mulia
Tidak ada kelompok
manapun yang menandinginya
Dari bangsa kami lahir
para raja
Dan di tengah-tengah
kami dibangun banyak gereja
Kami banyak sekali
memaksa berbagai kelampok
Demi meraih keutamaan
dan kemuliaan waktu merampok
Di musim paceklik kami
banyak memberi makan
Dengan daging bakar
jika awan tidak menurunkan hujan
Lihatlah! Para
pemimpin mendatangi kami dari penjuru bumi
Kami siapkan hidangan,
karena mereka datang cepat sekali
Kami sembelih unta
gemuk dan sehat bagi yang singgah
Karena kami dermawan,
mereka pasti kenyang jika singgah
Kalian lihat kelompok
yang kami datang menyainginya
Mereka menyerah
seperti orang yang hilang kepalanya
Kami beritahu untuk
orang yang menyaingi kami dalam hal ini
Hendaklah pulang
segera dan sampaikan informasi ini
Kami menolak, namun
tidak seorangpun yang menolak kami
Demikianlah kami
menang dalam persaingan ini
Setelah az-Zibriqan
selesai membacakan syairnya, Rasulullah Saw. bersabda kepada Hassan bin Tsabit,
“Wahai Hassan, berdirilah dan jawablah syair yang telah dibacakannya itu.”
Hassan berdiri, lalu berkata:
Para pemimpin itu dari
Bani Fihr dan saudaranya
Mereka menjelaskan
sunnah agar manusia mengikutinya
Setiap orang yang
jiwanya takwa kepada Allah rela padanya
Sebab banyak kebaikan
yang telah diperbuatnya
Mereka kaum jika
berperang membahayakan musuhnya
Atau mengusahakan
keuntungan untuk para pengikutnya
Mereka tidak
membuat-buat dengan wataknya
Ketahuilah watak
terburuk yang dibuat-buatnya
Jika setelahnya lahir
para pemenang di antara manusia
Itulab
perlombaan-perlombaan terendah yang diikutinya
Manusia tidak
memperbaiki apa yang dirusak tangannya
Saat membela mereka
tidak merusak apa yang diperbaikinya
Dia pemenang jika
suatu hari manusia berlomba dengannya
Jika kemuliaan mereka
ditimbang tetap tidak mengalahkannya
Mereka orang suci, wahyu
menyebutkan kesuciannya
Mereka tidak kotor,
tamak tidak mampu menjerumuskannya
Dengan hartanya,
mereka tidak pelit pada tetangganya
Sehingga buruknya
tamak tidak bisa menyentuhnya
Jika kami memusuhi
suatu kaum, tidak dirahasiakannya
Sebagaimana anak sapi
pada binatang buas menyembunyikannya
Ketika perang
berkecamuk, kamilah yang berjaya
Sebab orang-orang
kelas gembel dapat ditundukkannya
Kami tidak sombong
jika musuh telah dikalahkannya
Jika kami kalah, kami
tidak pengecut atau mengeluhnya
Ketika kami di kancah
perang dan kematian mengintipnya
Kami seperti
singa-singa di Halyah yang bengkok tangannya
Jika mereka marah,
ambillah darinya apa yang dapat diambilnya
Dan janganlah engkau
menginginkan sesuatu yang dilarangnya
Jangan memusuhinya,
karena buruk sekali akibatnya
Sebab racun dan pohon
Sala’ sebagai senjata perangnya (pohon Sala’ adalah jenis tumbuhan beracun)
Muliakanlah suatu kaum
yang Rasulullah sebagai tokohnya
Ketika hawa nafsu dan
kelompok telah dipisahkannya
Pujianku kuberikan
pada mereka yang dibantu hatinya
Sebab aku suka lisan
yang baik dan pekerjaannya sempurna
Sungguh dari semua
kelompok merekalah yang paling mulia
Ia berkata serius atau
bergurau ketika memperhatikan manusia
Setelah selesai adu
orasi dan syair, mereka masuk Islam. Rasulullah Saw. Memberi mereka
hadiah-hadiah terbaik. Amr bin al-Ahtam adalah orang paling muda di antara para
delegasi Bani Tamim. Amr bin al-Ahtam tidak ikut menghadap Rasulullah, sebab
mereka menyuruhnya menjaga unta-unta mereka. Qais bin Ashim yang merasa tidak
senang dengan Amr bin al-Ahtam berkata, “Wahai Rasulullah, ada seorang lagi
yang bersama kami. Dia sekarang sedang berada di tempat hewan-hewan kendaraan
kami. Dia itu hanya anak muda- Qais bin Ashim bermaksud meremehkannya.”
Rasulullah Saw. memberi Amr bin al-Ahtam hadiah seperti yang diberikan kepada
mereka.
Berkaitan dengan
delegasi Bani Tamim ini turunlah firman Allah Swt:
“Sesungguhnya
orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak
mengerti.” (TQS. al-Hujurat [49]: 4) Allah berfirman demikian itu sebab mereka
memanggil Rasulullah Saw. dengan tidak sopan, “Wahai Muhammad, ...Wahai
Muhammad, ...keluarlah dan temuilah kami.”
Sumber: Prof. Dr. Muh.
Rawwas Qol’ahji, SIRAH
NABAWIYAH Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Al-Azhar Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar