Right Issue Aneka Tambang, Adhi Karya dan
Waskita Karya yang lalu menambah panjang daftar BUMN yang diserahkan kepada
asing; penentuan harga BBM mengikuti harga pasar internasional juga semakin
menunjukkan keberpihakan negara kepada asing. Maraknya pelacuran online dan
peredaran minuman keras merupakan fenomena gunung es lainnya dari diterapkannya
sistem (jebakan dari) asing. Mengapa itu semua bisa terjadi dan bagaimana
mengatasinya? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan Tabloid Media Umat
Joko Prasetyo dengan anggota Lajnah Maslahiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI) Muhammad Ishak. Berikut petikannya.
Benarkah
neoliberalisme mengancam Indonesia?
Untuk menjawab apakah
neoliberalisme mengancam Indonesia atau tidak, kita dapat merujuk pada definisi
dari neoliberalisme itu sendiri. Neoliberalisme berakar dari pemikiran
liberalisme yang menyerukan kebebasan pada manusia dalam segala hal seperti
kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi dan kebebasan
dalam melakukan kegiatan ekonomi.
Nah, neoliberalisme merupakan pembaruan dari
pemikiran liberalisme ekonomi yang dulu dianggap bertanggungjawab atas krisis
ekonomi di tahun 1930-an. Neoliberalisme sendiri merupakan pemikiran yang
mendorong pengurangan kontrol negara terhadap perekonomian dan memberikan peran
yang lebih besar kepada swasta. Pasalnya, intervensi negara dianggap membatasi
kebebasan individu masyarakat.
Dengan demikian,
setiap kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi peran negara di bidang ekonomi
merupakan kebijakan yang bersifat neoliberal seperti privatisasi BUMN,
pengetatan anggaran melalui pengurangan subsidi, menghilangkan kontrol terhadap
harga barang dan jasa, mengurangi hambatan dalam perdagangan barang, jasa dan
tenaga kerja serta lalu-lintas modal.
Berdasarkan hal
tersebut, maka jika kita mengamati kegiatan ekonomi yang berlangsung selama ini
baik yang dijalankan oleh pemerintah maupun swasta maka kecenderungan itu
semakin kuat. Jika terus dibiarkan tentu akan semakin merusak tatanan kehidupan
masyarakat negara ini.
Apa
buktinya?
Buktinya banyak
sekali. Dari sisi regulasi misalnya, undang-undang yang mengerdilkan peran
negara dan memberikan peran yang dominan kepada swasta sangat banyak seperti UU
BPJS dan SJSN yang melepaskan peran negara dalam pembiayaan kesehatan, UU Migas
yang menyerahkan pengolaan migas kepada swasta, UU Lalu Lintas Devisa dan Nilai
Tukar yang memberikan kelonggaran modal keluar masuk sehingga nilai tukar
rupiah naik turun, keanggotaan Indonesia pada WTO dan sejumlah perjanjian
perdagangan dengan sejumlah negara yang bertujuan untuk memangkas hambatan
tarif dan non-tarif barang-barang impor.
Contoh lainnya,
pencabutan subsidi premium serta wacana penghapusan produk tersebut, pencabutan
subsidi listrik, rencana pembatasan pengguna gas elpiji tiga kilogram dan
sebagainya.
Contoh lain, kebebasan
memproduksi minuman alkohol. Meski pemerintah telah melarang penjualan minuman
beralkohol di minimarket, tapi setelah diprotes, toko khusus bir justru
diwacanakan untuk diberi izin. Celakanya, Pemda DKI justru menjadi salah
pemegang saham salah satu pabrik bir ternama di negeri ini.
Orang dewasa di negeri
ini juga bebas untuk melakukan bisnis prostitusi, terutama di media sosial yang
saat ini sedang menjamur. Media massa juga bebas untuk menayangkan berita dan
acara-acara apa saja yang dapat menggaet banyak iklan meski mengandung konten
kekerasan, pornografi dan penodaan agama dan perilaku yang merusak kepribadian
masyarakat.
Apa
akibat dari penerapan neoliberalisme?
Akibatnya, minimnya
peran negara dan dominannya peran swasta membuat jutaan masyarakat di negeri
ini menderita seperti sulitnya mendapatkan hak-hak dasar mereka seperti makan,
tempat tinggal yang layak, pendidikan, kesehatan dan keamanan serta pekerjaan yang
layak. Di sisi lain, kekayaan alam dikuasai oleh segelintir pemodal swasta
terutama asing.
Neoliberalisme juga
mendorong masyarakat untuk berperilaku materialistik. Kebahagiaan akhirnya
diukur dengan kepuasan materi. Hilangnya peran pemerintah dan 'rasa haus' yang
berlebihan terhadap materi mendorong sebagian orang untuk mendapatkan harta
dengan segala cara seperti korupsi (bagi) yang punya peluang, menjajakan diri,
mengedarkan narkotika, atau mempertaruhkan nyawa mereka dengan membegal dan
membunuh.
Yang tak kuat bahkan
bisa bunuh diri. Naudzu billah min dzalik.
Mengapa
neoliberalisme bisa tumbuh subur di Indonesia?
Neoliberalisme berasal
dari Barat dan kemudian disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia, termasuk ke
Indonesia. Ia dijajakan secara perlahan dan sistematis. Masuknya melalui agen
pemerintah yang tunduk pada kepentingan Barat, organisasi masyarakat, lembaga
pendidikan dan cendekiawan yang pro terhadap ide ini. Ide kemudian dilembagakan
dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan. Nah, sistem politik demokrasi
menjadi pintu utama masuknya ide ini.
Mengapa
Anda katakan demokrasi sebagai pintu masuk neoliberalisme?
Pasalnya, sistem
demokrasi telah memberikan ruang yang terbuka terhadap gagasan yang
mengatasnamakan kebebasan untuk hidup dan berkembang termasuk dalam bentuk
kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi. Apalagi jika ide tersebut ditopang
oleh kekuatan politik dan dukungan finansial yang besar, maka ia mudah
diselipkan dalam berbagai regulasi, tak peduli itu sesuai dengan aspirasi
rakyat atau tidak.
Bukan rahasia lagi,
undang-undang yang selama ini berbau neoliberal terbukti banyak yang disponsori
oleh lembaga-lembaga asing seperti lMF, Bank Dunia, dan USAID. Mereka bahkan
secara terang-terangan mengakui hal tersebut.
Lantas
apa solusinya agar bangsa ini selamat dari ancaman neoliberalisme?
Kita harus kembali
kepada aturan pencipta manusia, Allah SWT dengan menerapkan syariah secara
total dalam naungan Khilafah Islamiyyah berdasarkan manhaj kenabian.
Kenapa
harus syariah dan khilafah? Tidak bisakah kita tetap menerapkan demokrasi
dengan menutup pintu masuk neoliberalisme?
Alasannya karena ia
merupakan perintah Allah SWT yang lahir dari dorongan akidah Islam. Manusia itu
lemah dan terbatas, termasuk dalam memformulasikan aturan yang tepat untuk
dirinya. Nah, aturan apa yang cocok
untuk manusia, kalau bukan dari Pencipta Manusia itu sendiri? Itulah syariah
Islam. Lalu mengapa khilafah? Pasalnya sistem pemerintahan tersebut hanya
menjadikan Islam sebagai sumber aturan (dari) Allah bukan akal dan hawa nafsu manusia.
Sedangkan demokrasi,
justru jalan masuk neoliberalisme. Dan ingat, demokrasi merupakan sistem kufur
yang bertentangan dengan islam.
Bagaimana
cara sistem khilafah menangkal ancaman neoliberalisme?
Sistem khilafah
memiliki sistem yang unik yang dapat menangkal ancaman neoliberalisme di
antaranya: sumber aturannya jelas yakni Islam yang digali dari nash-nash syara' bukan berdasarkan hawa nafsu manusia.
Baik pemerintah dan rakyat wajib terikat pada hukum syara' dalam menjalankan kegiatan mereka.
Di dalam sistem
tersebut, peran pemerintah dan individu masyarakat dijelaskan dengan sangat
jelas. Sebagai contoh, negara berkewajiban untuk menjamin kebutuhan dasar
tiap-tiap warga negara (sehingga) terpenuhi baik pangan, sandang, perumahan.
Layanan pendidikan, kesehatan dan keamanan juga disediakan secara gratis oleh
negara.
Di dalam sistem
khilafah, selain mengelola harta milik negara, pemerintah bertanggung jawab
untuk mengelola barang-barang yang masuk dalam kategori milik umum seperti
barang-barang tambang dan sarana-sarana publik yang hasilnya sepenuhnya
dikembalikan kepada rakyat. Barang yang masuk dalam kategori milik privat
diserahkan kepada masyarakat untuk dikelola sesuai dengan ketentuan syariah
yang diawasi pelaksanaannya oleh pemerintah. []
Bacaan: Tabloid Media
Umat edisi 150, Mei 2015
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar