Hanya saja, sekalipun
rasa kebersamaan ini satu dan menyeluruh dalam jama'ah antara
individu-individunya, tetapi intensitasnya berbeda pada masing-masing orang,
sesuai dengan kemampuan yang diberi Allah kepadanya, sesuai kesiapan maksimal
yang mereka punyai.
Oleh karena itu tertunjukinya mereka kepada fikrah itu
masih tetap tersembunyi sampai pengaruh itu terakumulasi pada dirinya. Pada
awalnya pengaruh itu tertanam pada orang-orang yang mempunyai perasaan yang
lebih tajam dan tinggi, yang membangunkan mereka, memberi inspirasi pada mereka
dan membangkitkan gerak mereka. Maka harga-harga diri (kehidupan) pertama-tama
muncul pada orang-orang semacam ini.
Pada
mereka yang mempunyai perasaan yang lebih tajam ini tertanam perasaan
kejama'ahan yang kuat, terintegrasi fikrah. Maka mereka akan bergerak dengan
penuh kesadaran dan pemahaman. Mereka merupakan mutiara-mutiara umat dan
kelompok yang sadar dalam umat.
Dan
tatkala menyatunya mabda’ (ideologi) pada pribadi, ia tidak mampu untuk tetap
tersimpan tapi akan mendorong mereka untuk menda'wahkan mabda’ (ideologi)
tersebut.
Maka jadilah kegiatan mereka berinteraksi dengannya sesuai dengan
manhajnya dan terikat dengan batasannya, dan jadilah keberadaan mereka demi
mabda’ (ideologi) dan demi da'wah pada mabda’ (ideologi) dan melakukan
tugas-tugasnya. Da'wah semacam ini bertujuan agar manusia meyakini terhadap
mabda’ (ideologi) tersebut yang merupakan satu-satunya mabda’ (ideologi) bukan
yang lain. Serta bertujuan mewujudkan kesadaran umum melalui mabda’
(ideologi), maka berubahlah halaqoh pertama menjadi suatu kutlah lalu berubah
menjadi hizb mabda’ (ideologi) ini yang akan tumbuh secara wajar dalam dua
aspek, yang pertama perbanyakan
benih-benih dengan pembentukan benih-benih lain yang meyakini mabda’
(ideologi) atas dasar kesadaran dan pemahaman yang sempurna; kedua pembentukan kesadaran umum
melalui mabda’ (ideologi) di tengah umat secara keseluruhan dan dari kesadaran
umum ini terbentuk berdasarkan mabda’ (ideologi) tadi penyatuan pemikiran dan
pendapat, keyakinan di tengah umat dengan penyatuan secara berlebih walau
bukan merupakan penyatuan secara aklamasi.
Dengan
demikian tujuan umat, aqidah umat dan pandangan hidup umat menjadi satu.
Dengan
cara inilah hizb melebur umat, membersihkannya dari kotoran dan kerusakan yang
menyebabkan kemundurannya atau membersihkannya dari kotoran-kotoran dan
kerusakan-kerusakan yang muncul di tengah-tengah umat ketika umat mengalami
kemunduran. Proses peleburan inilah yang dilakukan hizb yang akan menciptaan
kebangkitan. Ini merupakan suatu pekerjaan berat. Oleh karena itu tak akan
mampu melakukannya kecuali sebuah partai yang ia hidup karena fikrah-fikrahnya,
menjadikan kehidupannya berdiri di atas fikrah itu, dan mengetahui serta
memahami setiap langkah yang harus ditempuhnya.
Itu
adalah karena rasa kebersamaan yang membawa kepada sebuah pemikiran hizb,
mendorong untuk menyampaikan pemikiran itu ke tengah umat di antara berbagai
pemikiran lainnya. Ia menjadi sebuah pemikiran di antara banyak pemikiran yang
ada dalam umat. Pada awalnya ia merupakan sebuah pemikiran yang paling lemah,
karena ia baru saja lahir, baru eksis, belum tertancap kuat di tengah-tengah
umat, ia belum mendapatkan suasana yang cocok baginya. Tetapi karena ia
merupakan sebuah pemikiran yang dihasilkan dari sebuah mantiq al-ihsas (logika
perasaan) yakni sebuah pemahaman yang dihasilkan dari pemikiran yang
berdasarkan pada pengamatan fakta yang jeli, yang didorong oleh perasaan yang
paling dalam, maka ia bisa menciptakan ihsasul fikriy yakni perasaan yang jelas
dan benar yang dihasilkan oleh pemikiran yang mendalam. Maka secara otomatis
ihsasul fikriy itu akan membersihkan orang-orang yang disentuhnya, membentuk
menjadi orang yang ikhlas, sampai-sampai, sekalipun ia tidak ingin ikhlas, ia
tidak mampu untuk tidak ikhlas. Pemikiran ini, aqidah dan tsaqofahnya, menyatu
pada si mukhlis (pada orang yang ikhlas) ini, membangkitkan sebuah revolusi
yang memakar dirinya. Revolusi semacam ini tidak lain merupakan sebuah ledakan
api setelah adanya pembakaran dalam perasaan dan pemikiran yang akan
menyebarluaskan da'wah, api, keinginan dan semangat, dan kejujuran dalam
dak'wah, dalam waktu yang sama juga meluaskan logika perasaan dan pemikiran
yang mendalam itu yang menjadi api yang membakar kerusakan dan cahaya yang
menerangi jalan perbaikan. Dengan ini, posisi da'wah dalam pergulatan dengan
pemikiran-pemikiran yang rusak, aqidah yang bobrok/lapuk, tradisi-tradisi yang
menghambat kemajuan.
Pemikiran, aqidah dan adat itu berusaha mempertahankan
dirinya akan tetapi mempertahankannya diri berarti berbenturan dengan mabda
baru yang makin kuat. Dan hal ini tak akan berlangsung kecuali dalam waktu yang
singkat. Semua pemikiran aqidah dan tradisi itu akan musnah dan tinggallah
mabda Hizb satu-satunya dalam umat, yaitu fikrah hizb menjadi fikrah umat dan
aqidah hizb adalah aqidah umat.
Apabila
Hizb telah menyatukan pemikiran, kebiasaan-kebiasaan dan pendapat-pendapat,
berarti hizb telah menciptakan persatuan umat luar dalam, meleburnya dengan
Islam, dan membersihkan dari kotoran, maka jadilah umat yang satu. Dengan
demikian lahirlah persatuan yang benar.
Kemudian
mulailah hizb memasuki tahap kedua, yaitu memimpin umat melakukan aktivitas
perbaikan yang revolusioner untuk membangkitkan umat, dan kemudian
bersama-sama dengan umat mengemban risalah Islam kepada berbagai bangsa dan
umat lain untuk melaksanakan kewajibannya pada kemanusiaan.
Bacaan: Terjemahan AT TAKATTUL AL HIZBI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar