13. Marhalah (tahapan) kedua adalah marhalah
(tahapan) interaksi dengan umat, dan disertai dengan pergolakan politik.
Marhalah (tahapan) ini dianggap sebagai marhalah (tahapan) yang genting.
Keberhasilan da'wah pada marhalah (tahapan) ini merupakan pertanda sehatnya
pembentukan partai [Islam ideologis]. Kegagalan pada marhalah (tahapan) ini
menunjukkan bahwa ada suatu yang kurang beres dan wajib diperbaiki. Ia dibangun
atas marhalah (tahapan) sebelumnya. Keberhasilan pada marhalah (tahapan)
pertama merupakan syarat utama untuk berhasil pada marhalah (tahapan) kedua.
Hanya saja keberhasilan perkaderan pada marhalah (tahapan) pertama tidak
menjamin keberhasilan pada marhalah (tahapan) kedua ini. Keberhasilan perkaderan/pembinaan
harus diketahui oleh masyarakat, yaitu masyarakat tahu bahwa ada da'wah Islam
di tengah-tengah mereka, dan mereka juga tahu bahwa anggota-anggota partai
adalah mengemban da'wah, dan juga ruh kejamaahan sudah harus terbentuk pada
waktu pembinaan di halaqoh-halaqoh (pembinaan intensif), dan anggota partai
telah melakukan kontak dengan masyarakat tempat tinggal mereka, serta berusaha
untuk mempengaruhi masyarakat , sehingga ketika pindah ke marhalah (tahapan)
kedua masyarakat telah mempunyai persiapan kejamaahan. Dengan demikian akan
memudahkan anggota-anggota partai berinteraksi dengan umat.
14. Bahwa anggota-anggota partai tidak akan
beralih dari marhalah (tahapan) perkaderan (pembinaan) ke marhalah (tahapan)
interaksi, kecuali setelah mereka menguasai tsaqafah (khazanah keilmuan) partai
[Islam ideologis] secara mendalam, suatu penguasaan yang membentuk nafsyiah
(pola sikap) Islamiyah pada diri mereka, di mana nafsiyah (pola sikap)nya
sudah berjalan seiring dengan aqalnya, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.
Artinya : Tidak beriman seseorang dari kamu, sampai hawa
nafsunya tunduk kepada apa yang aku bawa (aqidah dan hukum Islam).
Anggota-anggota
partai juga tidak akan pindah ke tahap kedua kecuali setelah masyarakat tahu
bahwa ia mengemban dakwah Islam, dan muyul
jamaiyah (perasaan kejamaahan) telah kuat pada dirinya serta berbekas
pada perbuatannya, yaitu dengan keberadannya dalam halaqoh dan interaksinya
dengan masyarakat. Itu karena ia telah mencabut dari dirinya sifat uzlah (mengasingkan diri dari masyarakat).
Karena uzlah itu merupakan campuran kepengecutan dan keputusasaan, maka ia
harus dikikis habis dari individu-individu dan masyarakat.
15. partai pindah dari marhalah (tahapan)
pengkaderan/pembinaan ke marhalah (tahapan) interaksi secara alami. Ia tak akan
mampu untuk pindah ke marhalah (tahapan) kedua sejak awal karena pada marhalah
(tahapan) awal (pembinaan)lah terjadi penyempurnaan nuqthotul ibtida (titik awal da'wah). Sebab, pada
pengkaderanlah ideologi bisa menyatu dengan kader-kader partai dan masyarakat
mengetahui adanya da'wah dan ideologi secara jelas. Ketika ideologi [Islam]
telah menyatu secara sempurna dalam diri kader-kader partai, yaitu peleburan
ideologi ke dalam jiwa mereka dan masyarakat juga sudah merasakan kehadiran
ideologi secara sempurna, maka da'wah telah melewati titik awal dan da'wah
harus pindah ke nuqthotul intilaq (titik
tolak).
Sehingga
ketika partai mulai menjalani nuqthatul intilaq,
dia harus mulai menyeru umat. Untuk memulai seruannya dia wajib memulai dengan
seruan secara tak langsung, kemudian jika ia berhasil dengan seruan semacam
ini, dia berusaha untuk menyerunya secara langsung. Seruan-seruan tak langsung
dilakukan dengan: 1. tsaqafah murakkazah (pengkaderan terpadu dalam
halaqoh-halaqoh), 2. dengan tsaqafah jama'iyah (materi-materi umum) di mana
saja ia mampu, 3. dan dengan membeberkan rencana-rencana penjajah, dan 4.
menjelaskan kemaslahatan-kemaslahatan umat yang seharusnya mereka dapatkan.
Jika
partai berhasil dalam 4 hal tersebut di atas, dia harus berusaha menyeru umat
(secara langsung), dan pindah ke nuqthatul intilaq (titik tolak) secara alami.
Perpindahannya ke titik tolak inilah yang memindahkannya secara alami dari
marhalah (tahapan) pertama yaitu marhalah (tahapan) pengkaderan ke marhalah
(tahapan) kedua yaitu marhalah (tahapan) interaksi, dan menjadikannya
berinteraksi dengan umat pada saatnya (yang tepat) secara alami.
16. Bahwa interaksi dengan umat adalah penting
untuk keberhasilan partai dalam mencapai tujuannya. Karena sekalipun anggota
partai banyak dalam masyarakat, tetapi jika tak berinteraksi dengan umat,
mereka tak akan mampu berbuat sesuatu sekalipun mereka kuat, kecuali jika umat
bersama mereka. Dan mereka tak akan mampu mengajak umat berbuat sesuatu, dan
mendukung mereka kecuali jika mereka berinteraksi dengan umat. Interaksi
bukanlah berhasil mengumpulkan umat di sekitar mereka, tetapi yang dimaksud
dengan interaksi adalah memahamkan umat akan ideologi partai, supaya menjadi
ideologi umat, karena asal ideologinya adalah Islam yang terdapat di kalangan
umat, dalam warisan tsaqafah (khazanah ilmu [Islam]) dan sejarahnya, dalam
perasaan keseharian mereka. Hanya saja kepekaan umat telah berubah ke dalam
pemikiran, hanya dikuasai mengkristal pada kelompok pilihan ini, di mana dari
kelompok inilah partai terbentuk.
Kaidah
"kepekaan indrawi" ini (yaitu berpikir dan bekerja untuk satu tujuan
tertentu) merupakan ungkapan hakiki dari ideologi. Oleh sebab itu ideologi
(Islam) merupakan perasaan umat yang paling dalam, dan partai adalah
pengungkap perasaan tersebut. Jika diungkapkan dengan tepat, dengan bahasa yang
jelas, logat yang benar, umat akan memahami ideologi dengan cepat, berinteraksi
dengan partai, dan umat secara keseluruhannya menganggap dirinya partai, dan
kelompok pilihan ini mengemban kepemimpinan gerakan dengan sebuah kelompok
yang bersifat partai (takatul hizby). Gerakan inilah yang menggerakan umat di
bawah pimpinan partai pada marhalah (tahapan) ketiga, yaitu marhalah (tahapan)
penerapan ideologi secara revolusioner, melalui sebuah pemerintahan yang
dikuasai oleh kelompok politik tersebut, karena itulah satu-satunya jalan untuk
melaksanakan fikroh (pemikiran)nya, yaitu dengan menganggapnya sebagai bagian
dari ideologi [Islam].
Bacaan: Terjemahan AT TAKATTUL AL HIZBI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar