10. Instrumen utama
yang digunakan untuk menyembunyikan permasalahan AS adalah media massa. Memang terkesan klise, tetapi efektivitas propaganda merupakan
sesuatu yang tidak bisa dibantah. Pada masa perang, seperti Perang melawan
Teror, realitas slogan ini menjadi sangat nyata. Seperti yang dikatakan
Jenderal Douglas Mac Arthur, ‘Seseorang tidak bisa berperang dalam kondisi
sekarang ini tanpa dukungan opini publik dan opini itu terbentuk dengan hebat
melalui pers dan bentuk-bentuk propaganda yang lain’. Selain sentimen yang
meluas ke seluruh AS ini, masih banyak efek-efek lain industri media terhadap
negara. Efek sampingnya seperti ketamakan dan konsumerisme massal adalah
masalah-masalah yang menimbulkan penindasan publik oleh korporasi AS dengan
restu sepenuh hati dari pemerintah.
11. Kita perlu mengulas secara singkat tentang industri media untuk
menggambarkan bagaimana industri media mengabdi pada dirinya sendiri dan pada pemerintah
pusat yang korup. Pada tahun 1983,
kepemilikan media terkonsentrasi di tangan 50 konglomerat trans-nasional [Ben
Bagdikian: The Media Monopoly]. Sekarang berkurang menjadi 9 perusahaan yang
mendominasi media AS dan internasional. Mereka adalah AOL-Time-Warner, Disney,
Bertelsmann, Viacom, News Corporation, TCI, General Electric (pemilik NBC),
Sony (pemilik Columbia dan Tri Star Pictures dan perusahaan rekaman besar
lain), dan Seagram (pemilik Universal, perusahaan film dan musik). Jadi, satu
industri-super global sekarang menyediakan segala sesuatu yang dapat dilihat
dan didengar oleh orang-orang Amerika melalui layar kaca, gelombang udara,
dalam bentuk media cetak dan melalui internet. Perusahaan-perusahaan itu
berfungsi sebagai sebuah lobi politik yang kuat di tingkat nasional, regional,
maupun global. Di Washington, mereka menghabiskan sekira US$ 125 juta per tahun
untuk upaya lobi melawan pembatasan kepemilikan. Mereka tidak hanya memiliki
pengaruh yang besar dalam membuat rancangan hukum dan peraturan nasional,
melainkan juga memegang peran penting dalam membentuk dan mengarahkan hukum dan
peraturan internasional. Pada tahun 2000, misalnya, raksasa media melobi untuk
menginisiasi perdagangan dengan Cina, dan mengabaikan mereka yang mengangkat
keprihatinan terhadap masalah kebebasan berbicara dan kebebasan pers (di Cina).
Mereka juga menggunakan AS untuk membuka pasar India terhadap televisi satelit.
12. Yang diberikan
oleh mafia media massa itu kepada publik AS hanya propaganda semata. Termasuk di dalamnya berita, versi lain dari hiburan yang ditawarkan
kartel media. Program-program itu bukan untuk kebaikan manusia. Mereka pun ada
harganya, dan harganya tidak hanya berupa uang. ‘Kita perlu mengetahui
kebenaran tentang perusahaan-perusahaan seperti itu sedangkan mereka seringkali
berkepentingan untuk menutupinya (sebagaimana juga para pengiklan). Selagi dibutuhkan
waktu dan biaya yang banyak untuk mengungkap kebenaran, perusahaan induk lebih
memilh untuk memotong anggaran jurnalisme yang diperlukan, mereka lebih memilih
sesuatu yang bisa mengarahkan obrolan agitasi yang tak berujung (sebelum
peristiwa 11 September, ada kasus Monica, kemudian Survivor dan Chandra Levy,
sedangkan setelah hari naas itu, kita punya kasus anthraks ditambah langkah
heroik Pentagon). Pemirsa yang disukai kartel adalah yang kelas sosialnya
paling diminati para pengiklan – dengan demikian media telah mengabaikan kaum
pekerja dan orang-orang miskin. Dan ketika pers seharusnya membantu melindungi
kita melawan mereka yang akan menyalahgunakan kekuasaan pemerintah, oligopoli
media begitu intim dengan Gedung Putih dan Pentagon, yang tentu tidak mau
kesalahan dan kejahatannya diekspos. Para bos besar media menginginkan bantuan
dari negara, sedangkan para wartawan tidak berani mengambil resiko mengecewakan
sumber berita mereka. Media yang mengabdikan diri pada kepentingan publik akan
menyelidiki buruknya prestasi CIA, FBI, FAA, dan CDC, sehingga kinerja keempat
lembaga itu bisa ditingkatkan untuk melindungi kita –tetapi tim berita (begitu
pun Kongres) belum pernah tergerak untuk meninjaunya. Begitu pula, demi
kepentingan publik, media seharusnya melaporkan semua yang dapat mengancam
keamanan kita –termasuk golongan kanan yang membidik masalah klinik aborsi dan,
tampaknya, melakukan terorisme biologis, tetapi wartawan televisi tidak menaruh
minat terhadap hal ini… Media pun seharusnya menyoroti, bukannya membiarkan,
serangan pemerintah terhadap kebebasan sipil –penahanan massal, bukti rahasia,
peningkatan pengawasan, peniadaan hak klien-pengacara, dorongan untuk
memata-matai, ancaman untuk tidak berbeda pendapat, gambar-gambar yang
disensor, tulisan-tulisan publik yang disita, kunjungan tak terduga dari Secret
Service dan sebagainya. Dan media seharusnya tidak membeo terhadap apa yang
dikatakan Pentagon tentang perang sekarang ini, karena laporan yang diperhalus
telah membuat kita terlena dan melindungi kita dari kebodohan fatal tentang apa
yang sesungguhnya orang, dari negara lain, pikirkan tentang kita –dan mengapa. Dan
masih banyak lagi –tentang eksploitasi tragedi yang menghebohkan, terutama oleh
kubu Republik; tentang hubungan keluarga Osama bin Laden dan Bush; tentang
kegilaan yang sedang berlangsung di Florida
–media seharusnya memberitakan itu kepada masyarakat, jika mereka…
peduli terhadap kepentingan publik’ [Mark C. Miller., ‘The Nation’., 7
Januari 2001].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar