George W. Bush dan Korporasi
26. Telah kita bahas sebelumnya bahwa George W. Bush menjadi presiden
melalui cara yang meragukan. Bush juga memiliki masa lalu yang meragukan
perihal kebiasaan minum, mengebut dan usaha-usaha untuk menutupi masa lalunya
itu. Dalam urusan bisnisnya pun, hingga awal 1990-an tidak menunjukkan
tanda-tanda kesuksesan meski tidak juga ilegal. Bush boleh saja mengantongi
gelar sarjana di bidang bisnis, akan tetapi prestasi akademiknya itu tidak
diikuti prestasinya dalam bidang bisnis yang sesungguhnya. Kisah tentang
seorang pecundang yang berubah menjadi orang kaya ini terjadi ketika sang ayah
menjabat sebagai presiden. Kejahatan yang dilakukannya terhadap rakyat AS
adalah ketika dia menjual saham sebuah perusahaan minyak, tempatnya menjabat
sebagai direktur, pada bulan Juni tahun 1990. Transaksi itulah yang membuat dia
menjadi kaya mendadak dan menjadi seorang tokoh politik di Texas. Diperkirakan
pada saat itu Bush Jr. sudah mengetahui bahwa nilai saham perusahaannya, Harken
Oil, hampir jatuh karena terus merugi. Ia langsung menjual seluruh sahamnya
pada waktu yang sangat tepat sehingga dia memperoleh keuntungan sebesar US$
835.807 (£ 553.514). Dengan keuntungan yang diperolehnya Bush membeli sebuah
tim baseball yang di kemudian hari dijualnya kembali dan membuatnya menjadi
seorang multi milyuner. Penjualan saham Harken milik Bush diselidiki oleh
Securities and Exchange Commision yang bekerja atas perintah sang ayah, George
Bush senior, yang mendapati bahwa pemberitahuan atas transaksi tersebut ditunda
selama 9 bulan. Tetapi tidak ada tindakan apapun atas hal itu. Baru-baru ini
muncul berita bahwa Bush junior mendapat pinjaman dengan bunga rendah dari
Harken –seperti yang juga diterima oleh CEO WorldCom, Bernie Ebbers (sekarang
sedang dalam penyelidikan)– yang menurut Bush sendiri hal itu harus dilarang.
Bukan hanya sandiwara Bush saja yang sekarang ini ramai dipertanyakan orang.
Dalam minggu yang sama, nama wakil presiden Dick Cheney disebut
terlibat oleh sebuah aksi sipil menentang
grup konstruksi energi, Halliburton dan akuntannya, yaitu Andersen, yang telah bersekongkol
menggelembungkan nilai pendapatan perusahaan. Ada persaman mencolok antara
kasus Halliburton dan kehancuran Enron.
27. Pada tanggal 29 Januari, sebuah artikel di Washington Post
menggambarkan perbandingan kasus Halliburton dan Enron. Artikel tersebut
menunjukkan bahwa saham kedua perusahaan tersebut sama-sama mengalami penurunan
drastis pada musim gugur tahun lalu dan juga punya akuntan yang sama, yakni
Arthur Andersen (Halliburton sebelumnya pernah terlibat perkara hukum atas
penggunaan asbes, yang mengurangi kepercayaan para investor). Persamaan lain
adalah masing-masing CEO mereka menguangkan sahamnya pada saat yang bersamaan.
Dalam kasus Halliburton, Wakil Presiden Dick Cheney menguangkan sahamnya
senilai $20.6 juta sebelum mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO.
Dengan keadaan keuangan Halliburton yang bermasalah, wajar jika Departemen
Pertahanan, yang pada masa Bush senior dipimpin Cheney, bersedia memberikan
jaminan. Dalam situsnya, Pentagon mengumumkan keseluruhan nilai kontrak
melebihi $5 juta, tetapi dalam kasus Halliburton menolak mengungkapkan
perkiraan nilai pemberiannya. Juru bicara Halliburton menyebut angka $2,5
milyar sebagai jumlah pendapatan perusahaan yang diperoleh dari jasa-jasa
utamanya pada tahun 1990-an, seraya mengakui bahwa nilai kontrak bisa melebihi
jumlah yang diperkirakan seiring makin meluasnya jangkauan kekuatan militer AS
dalam jangka waktu sepuluh tahun mendatang.
28. Harvey Wasserman, penulis The Last Energy War, mengomentari tingkah
polah Bush dan Cheney dengan mengatakan, ‘Tim Bush dan Cheney telah membuat
Amerika menjadi sebuah bisnis keluarga. Karenanya kita belum pernah melihat
Cheney memutuskan kesepakatan dengan teman-teman lamanya yang bernilai jutaan
dolar,’ Wasserman melanjutkan, ’Apakah mereka tidak memiliki kehormatan,
rasa malu, akal sehat? Mengapa tidak kita biarkan saja Enron menjalankan
Amerika? Atau membiarkan Zapata Petroleum (Bisnis eksplorasi minyak George W.
Bush yang gagal) membangun pipa saluran melalui Afghanistan’?’ Sepertinya,
sang presiden membuat dirinya dikelilingi orang-orang yang semuanya bisa
ditangkap karena kasus keuntungan fiktif yang dibuat George W. Bush melalui
para pedagang korporasi. Selain Dick Cheney, penasehat bayangan Bush adalah
Kenneth L. Lay yang merupakan mantan bos Enron. Menteri Luar Negeri, Colin
Powell, pernah duduk dalam dewan direktur AOL. Ketika ia masih di AOL,
perusahaan tersebut melakukan merger dengan Time-Warner dan nilai sahamnya naik
menjadi US$ 4 juta. Michael Powell, putra Collin, merupakan satu-satunya
anggota Federal Communications Commission (FCC) yang mengadvokasi agar proses
merger AOL dengan Time-Warner disetujui tanpa perlu dipertanyakan. Sejak saat
itu Michael Powell diangkat menjadi Ketua FCC; dan salah satu tugasnya adalah
mengawasi aktivitas AOL/Time-Warner.
29. Selain nama-nama tersebut di atas, ada Thomas White, Menteri Angkatan
Bersenjata yang mantan eksekutif Enron. Antara bulan Juni sampai November 2001,
ia menjual $ 12 juta saham Enron. White adalah wakil pemimpin Enron Energy
Services, yang terlibat manipulasi biaya listrik dalam krisis energi di
California.
30. Kemudian ada Paul O’Neill, Menteri Keuangan, mantan CEO Alcoa,
perusahaan alumunium terbesar di dunia. O’Neill memperoleh uang pensiun sebesar
$ 926.000 per tahun. Ketika masih di Alcoa, ia menunda penjualan sahamnya di
Alcoa sampai nilai saham itu naik sebesar 30 persen. Terakhir, ada Larry
Lindsey, penasehat ekonomi Gedung Putih, mantan konsultan Enron. Ia masih
bekerja untuk Enron ketika menjadi perancang kebijakan ekonomi Bush dalam
kampanye pemilihan presiden. Lindsey meneliti dampak bangkrutnya sebuah
perusahaan energi yang besar terhadap perekonomian. Itu dilakukan persis
sebelum masalah Enron muncul ke permukaan.
31. Tidak hanya koneksi per individu saja yang patut diselidiki. Partai
Republik secara keseluruhan pun patut diselidiki. Pada pemilihan presiden tahun
2000 lalu, 70% dari US$ 1,9 juta sumbangan politik WorldCom mengalir ke
Partai Republik. Andersen menyumbang 71% dari US$ 1,4 juta alokasi
sumbangan politiknya ke partai Republik. Dari tahun 1989 hingga
2001, Enron telah memberi sumbangan sebesar US$ 113.800 ke Partai Republik,
sedangkan Al Gore memperoleh US$ 13.750. Enron menyumbang sebesar US$
300.000 untuk dana pelantikan Bush tahun 2001 dan menanggung biaya penghitungan
ulang suara pada tahun 2000.
32. Maraknya skandal korupsi di Amerika ini telah memperburuk
citra kapitalisme di mata dunia. Sekarang ini,
kapitalisme adalah satu-satunya ideologi yang terus bertahan menggarap problematika manusia sejak keruntuhan komunisme lebih dari satu dekade
lalu. Kini ia mendapat pukulan keras. Pukulan terhadap asas kapitalisme itu
datang dari dalam dirinya sendiri. Kepercayaan terhadap kapitalisme sepertinya
mulai memudar. Eropa cepat-cepat menyebut skandal yang terjadi di AS sebagai
masalah Amerika sendiri, yaitu ‘kapitalisme ala Amerika’, seraya
melupakan bahwa mereka sendiri menghadapi skandal yang sama. Penamaan dan
tuduhan tersebut merupakan alat untuk melindungi seluruh sistem, dari kulit
terluar hingga ke jantung terdalamnya. Orang-orang tidak mempertanyakan
penyebab skandal-skandal itu, karena mereka terlalu sibuk mempermasalahkan
isu-isu sekunder marginal yang lain atau mencari perusahaan atau individu yang
dapat dijadikan kambing hitam. Solusi terhadap masalah itu bahkan semakin
mengkhawatirkan, terutama ketika para politisi menyerukan agar dunia usaha
memiliki karakter dan hati nurani, seperti yang Bush katakan, ’Semua
investasi adalah kepercayaan, dan kepercayaan diperoleh melalui integritas.
Dalam pelaksanaannya, tidak ada kapitalisme tanpa hati nurani. Tidak ada
kemakmuran tanpa karakter’. Ini merupakan bentuk perilaku
hipokrit George W. Bush dan kroni sang ayah yang ada
di sekililingnya. Upaya mengejar materi adalah satu-satunya minyak yang
melumasi mesin kapitalisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar