Kesimpulan
Catatan
di atas hanyalah sebuah contoh, bukti kemunafikan, korupsi dan kejahatan yang
dilakukan oleh Barat dalam hal persekutuan mereka dengan para penguasa yang
lalim, tiran dan diktator di masa lalu maupun sekarang. Hal ini
menimbulkan pertanyaan tentang peran Barat dalam memimpin dan memelihara dunia.
Ketika mengamati rangkaian akumulasi senjata pemusnah massal Barat, kepalsuan
standar dan penerapan Hukum Internasional serta kemerosotan masyarakat Barat,
seorang pengamat yang netral tidak perlu lagi meragukan bahwa Kapitalisme
adalah sumber kejahatan masa kini. Nilai-nilai dan kepercayaan Kapitalisme
tentang kebebasan, demokrasi dan materialisme telah mendorong fanatisme dan
kejahatan dunia yang lebih luas.
BAB 4
Barat dan Sikap
Represif terhadap Rakyat
Dalam propagandanya, Barat berupaya memberikan pembenaran akan perang
terhadap Irak dengan menjadikan tindakan represif Irak terhadap rakyatnya
sendiri sebagai alasan. Akan tetapi ketika kita menengok dunia Barat, kita pun
akan menyaksikan rakyat yang tertindas dalam beragam masalah kehidupan. Bab ini
menegaskan bahwa dunia tidak lagi terpikat oleh Amerika dan pandangan hidup
kapitalisnya. Selain itu, bab ini juga menyatakan bahwa seandainya warga
Amerika tidak termakan propaganda Goebbels-esq yang dijejalkan pada mereka,
niscaya mereka akan memiliki sikap yang sama terhadap pemerintahnya. Banyak
pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia terjadi di Barat, terutama di
Amerika. Sayangnya masyarakat tidak menyadarinya. Rupanya mantra Washington DC
dan Trendy London telah membuat orang-orang buta akan aktivitas tak
berperikemanusiaan yang terjadi di depan pelupuk mata mereka. Lebih jauh lagi
dapat dikatakan bahwa jika saja orang Amerika terbangun dari impian Amerika (American
dream) mereka, George W. Bush tidak hanya akan bertanya mengapa mereka
(non-Amerika) membenci kita, tetapi ia akan bertanya mengapa warga kami sendiri
membenci kita (pemerintahan Bush)?
1.
Robbie Burns menulis,
‘I would that God gift would give us, to see ourselves as other see us’.
Di sini, sang pujangga Skotlandia itu menyampaikan pandangannya bahwa kemampuan
untuk melihat kekurangan dan kelemahan seseorang merupakan suatu anugerah.
Kebanyakan dari kita menghargai pentingnya evaluasi diri dalam proses
peningkatan diri. Ketika evaluasi diri yang jujur dan adil tidak ada maka yang
muncul adalah arogansi. Bagi suatu negara yang tidak memandang dirinya
sebagaimana negara lain di dunia memandangnya, hal ini akan membawa negara itu
ke arah penguatan mitos dan persepsi diri yang tidak tepat. Ketika ini
terjadi pada suatu negara kuat, yang terjadi adalah beragam kecaman terhadap
negara lain sementara dirinya terlena akan masalah yang dibuatnya sendiri.
Ketika ini terjadi dalam suatu negara adidaya, yang memiliki senjata
pemusnah massal, maka hasilnya adalah dunia yang penuh masalah, terendam dalam
lautan darah manusia dan ketidakseimbangan, serta berada di jurang kehancuran.
2.
Ketidakmampuan AS untuk melihat dirinya sendiri
sebagaimana negara lain di dunia melihatnya, terilustrasikan ketika seorang wanita berlari menuju sebuah mikrofon
kru film, dari awan debu di kota Manhattan pada bulan September 2001 dan
berkata, ‘Mengapa?’ Sejak itu frase ‘Mengapa mereka membenci kita?’
sering diulang-ulang. Kita sampai bosan melihatnya di koran-koran, siaran
televisi, dan mendengarnya dalam komentar radio. Bagi kita yang berada di luar
lingkungan pergaulan Amerika, satu-satunya perkara yang membuat kita
terperangah dengan pertanyaan ‘mengapa’ itu adalah fakta betapa kagetnya
AS ketika mengetahui bahwa orang-orang membenci mereka. Kita mampu berkata
seperti ini karena kita melihat Amerika sebagai orang luar. Kebanyakan dari
kita, mungkin secara naïf, berpikir tentang adanya indikator yang luas tentang
sentimen dunia terhadap Amerika.
Kontrol Pemikiran
3.
Kami bermaksud
menegaskan bahwa keadaan sulit yang umumnya menimpa warga Amerika benar-benar
mengerikan. Tetapi sebelum membahas tentang hal itu, penting untuk dibuat
sketsa tentang bagaimana pemikiran kebanyakan orang Amerika telah terbentuk
melalui cara-cara tertentu yang membuat mereka mampu menerima keadaan mengerikan ini. Baik kaum Ba’ath maupun AS bersikeras bahwa sistem mereka membuat iri
negara-negara lain di dunia. Mereka sama-sama bersikukuh bahwa warga Irak dan
AS harus bersyukur dengan kenyataan bahwa mereka adalah orang Irak dan Amerika.
Teknik-teknik propaganda yang AS gunakan sama seperti yang digunakan oleh rezim
Ba’ath.
4.
Kekeliruan itu
terlihat dalam komentar yang dimuat media Amerika pada tahun lalu. Misalnya
kolomnis Richard Brookhiser dalam The New York Observer (17 September 2001)
menggambarkan AS sebagai ‘… sebuah imperium kapitalisme dan demokrasi. New
York City juga dipersepsikan sebagai pusat salah satu subsistem itu, mesin uang
yang bergemuruh. Siapapun di dunia ini yang mencari nasibnya dan tidak bahagia,
lihatlah kami —negara dan kota— carilah alternatif yang ada. Jika ia memiliki
kerangka pemikiran yang bercita-cita tinggi, ia akan datang ke sini atau meniru
kita. Jika ia memiliki kerangka pemikiran yang murung, ia akan meminta tanggung
jawab kita. Jika ia adalah negara yang bermusuhan, atau semacamnya, ia akan
mencoba membunuh kita … Para pecundang di dunia ini membenci kita karena kita
kuat, kaya dan baik (atau sekurang-kurangnya lebih baik dari mereka). Bila
mereka yang beraksi dalam kebencian itu telah dibalas, tujuh kali lipat, kita
akan membangun kembali Menara World Trade Centre, ditambah satu lantai, hanya untuk
mengulangnya kembali’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar