SEBELUM ditaklukkan, Konstantinopel menjadi
hambatan besar bagi tersebarnya Islam di benua Eropa. Namun setelah penaklukan,
ia seperti pembuka jalan yang lebar bagi dakwah Islam untuk menyebar ke benua
Eropa dengan kekuatan dan kedamaian, lebih dari masa-masa sebelumnya.
Penaklukkan Konstantinopel dianggap sebagai peristiwa paling monumental dalam
sejarah dunia, dan secara khusus di mata sejarah Eropa dalam hubungannya dengan
Islam. Para sejarawan Eropa dan mereka yang sepaham, menganggap penaklukkan
Konstantinopel sebagai akhir dari “Abad Pertengahan” dan sebagai titik awal
menuju Abad Modern. (Tarikh AI-Daulat AI-'Utsmaniyyah, Yilmez Ozoyuna, hlm,
384.)
Setelah itu, Sultan melakukan penertiban
berbagai masalah di Konstantinopel, lalu melakukan pembentengan kembali dan
sekaligus menjadikannya sebagai ibukota Khilafah Ustmaniyah. Dia menyebut kota
itu dengan Islambul yang berarti kota Islam. Namun dalam perjalanan waktu, ia
lebih dikenal sebagai Istambul, penj. (Tarikh AI-Daulat AI-Aliyyah, Muhammad
Fariq Beik, hlm. 164.)
Pengaruh
di Eropa
Orang-orang Nasrani Barat sangat terpengaruh
dengan kabar ditaklukkannya Konstantinopel. Mereka dilanda rasa takut luar
biasa, rasa duka yang dalam, serta gundah-gulana berkepanjangan. Hidup mereka
dibayangi ketakutan jika sewaktu-waktu pasukan Islam akan menyerbu mereka dari arah
Istambul. Para penyair dan sastrawan-sastrawan Barat berusaha sekuat mungkin
meniupkan api kebencian dan semburan amarah ke dalam dada setiap warga Nasrani
Eropa kepada Islam dan kaum muslimin. Para pangeran dan raja-raja mengadakan
pertemuan panjang dan terus-menerus, mereka menyeru orang-orang Nasrani untuk
melupakan perselisihan dan sengketa di antara mereka sendiri. Kalau mau
dikatakan, mungkin mereka akan berkata, "Lupakan segala perbedaan. Mari
bersatu menghadapi Turki Utsmani!”
Paus Nicholas V adalah orang yang paling
terpukul dengan kabar jatuhnya Konstantinopel. Dia mengeluarkan semua tenaga,
energi, waktu, dan semangat untuk menyatukan semua negara di Italia, serta
mengobarkan semangat berperang melawan kaum muslimin. Dia sendiri lalu memimpin
sebuah konferensi di Roma. Dalam konferensi tersebut diumumkan tekad
negara-negara Eropa untuk membangun aliansi, saling bahu-membahu di antara
mereka, serta mengerahkan semua kekuatan melawan musuh bersama. Hampir saja
aliansi negara-negara ini rampung, kalau saja Paus Nicholas V tidak cepat
meninggal akibat benturan keras, saat dia mendengar kabar jatuhnya
Konstantinopel ke tangan orang-orang Utsmani. Kejatuhan kota itu telah
menimbulkan kesedihan mendalam. Dia mati seketika dengan memendam duka-lara
sangat dalam, pada tanggal 25 Maret tahun 1455 M. (As-Sulthan Muhammad
Al-Fatih, hlm. 136-137.)
Pangeran Philip dari Burgondia juga sangat
bersemangat menyerukan raja-raja Nasrani untuk berperang melawan kaum muslimin.
Apa yang dia lakukan diikuti para pangeran dan para jagoan penunggang kuda,
serta pengikut fanatik agama Nasrani. Pemikiran untuk memerangi kaum muslimin
ini menjelma menjadi “akidah suci" yang mendorong mereka menyerang
negeri-negeri kaum muslimin. Tentu kita masih ingat slogan penjajahan Eropa,
"Gold, Gospel, Glory" (emas, gereja, kejayaan).
Paus di Roma sendiri memimpin perang
orang-orang Nasrani melawan kaum muslimin. Sedangkan Sultan Muhammad Al-Fatih
selalu siaga dengan semua gerakan yang dilakukan pihak-pihak Nasrani. Dia
merencanakan secara jeli dan merealisasikan strategi-strategi yang dianggap
cocok untuk memperkuat pemerintahan dan negaranya, serta menghancurkan kekuatan
musuh-musuhnya. Sedangkan negara-negara yang bertetangga dengan Sultan Muhammad
Al-Fatih seperti Amasia, Murah dan Trabzon, mereka terpaksa memendam perasaan
yang tersimpan di dasar hati mereka sendiri. Secara zhahir mereka menampakkan
rasa kegembiraan dan mengutus utusan kepada Sultan di Adrianapole untuk memberi
ucapan selamat atas kemenangan yang gilang gemilang itu. (As-Sulthan Muhammad
Al-Fatih, hlm. 140.)
Paus Pius II dengan kemampuan khutbah dan
kelicikan politiknya berusaha sekuat tenaga membangun rasa kebencian memuncak
di dalam dada orang-orang Nasrani, baik masyarakat umum, kalangan raja-raja,
atau para tentara. Sebagian dari negeri itu telah siap siaga untuk
merealisasikan ambisi Paus Pius II untuk melumat pemerintahan Utsmani. Namun
saat waktunya tiba, negara-negara Eropa urung berangkat karena mereka
menghadapi banyak masalah di negeri mereka sendiri. Perang 100 tahun yang
berlangsung di Eropa telah memporak-porandakan Inggris dan Perancis; sedangkan
Spanyol sedang disibukkan dengan pengusiran orang-orang muslim yang berada di
Andalusia. Italia berkonsentrasi menjalin hubungan dengan pemerintahan Utsmani,
walaupun secara terpaksa, karena semata cinta harta.
Kampanye Salibisme ini berakhir dengan
matinya Paus Pius. Akhirnya Hungaria dan Venezia harus menghadapi pasukan
Utsmani sendirian. Adapun Venezia segera mengadakan perjanjian damai secara
jujur dengan pemerintahan Utsmani demi menjaga kepentingan-kepentingannya.
Sedangkan Hungaria telah kalah perang menghadapi pasukan Utsmani, sehingga
tentara Utsmani berhasil menjadikan Serbia, Yunani, Valachi, dan Krym, serta
pulau-pulau utama di Arkhabil sebagai bagian dari wilayahnya. Semua itu
berlangsung dalam waktu sangat singkat, di mana Sultan mampu menaklukkan mereka
dan memporakporandakan kesatuan mereka dan mengambil negeri itu. (As-Sulthan
Muhammad Al-Fatih, hlm. 140.)
Paus Pius II dengan segala kecakapan yang
dimiliki ingin meraih ambisi besar: Pertama, berusaha meyakinkan orang-orang
Nasrani agar tetap memeluk agama Nasrani, sementara dia sendiri tidak mengirim
para pendakwah Nasrani untuk tujuan ini. Dia hanya menulis surat kepada Sultan
Muhammad Al-Fatih dan memintanya untuk mendukung agama Nasrani sebagaimana
dukungan yang dilakukan oleh Constantine dan Colovies. Dalam surat itu dia
menjanjikan, bahwa dia akan mengampuni semua dosa-dosanya jika dia memeluk
agama Nasrani dengan tulus ikhlas. Dia juga menjanjikan akan memberkatinya dan
melindunginya, serta akan memberikan jaminan bagi dirinya untuk masuk surga.
Tentu saja ajakan ini sangat ditolak mentah-mentah oleh Sultan. “Enak saja, dia
mengajak kita masuk Nasrani, supaya menjadi domba-domba yang digembala Paus,”
begitulah logikanya. Tatkala Paus Pius II gagal merealisakan rencana ini, dia
berusaha melakukan rencana kedua, yaitu melakukan ancaman dan intimidasi dengan
kekuatan senjata. Namun rencana ini telah gagal sejak awal dengan kalahnya
pasukan Nasrani, serta dihancurkannya serangan yang dipimpin oleh Huniyad dari
Hungaria. (As-Sulthan Muhammad AI-Fatih, hlm. 140.)
Pengaruh
di Negeri Islam
Pengaruh penaklukkan Konstantinopel di
wilayah Islam di Timur, maka dampaknya berupa kegembiraan, kebanggaan, serta
rasa syukur menyebar memenuhi kawasan Asia dan Afrika. Sebab penaklukkan ini
merupakan impian nenek-moyang dan harapan generasi-generasi yang
silih-berganti. Penaklukkan ini telah lama dinantikan, dan ia kini telah
terwujud. Sultan Muhammad Al- Fatih segera mengirim surat kepada para penguasa
di negeri-negeri Islam di Mesir, Hijaz, Persia, India, serta wilayah-wilayah lain;
dia mengabarkan tentang kemenangan yang sangat gemilang ini. Berita kemenangan
itupun segera diumumkan di atas mimbar-mimbar khutbah. Shalat syukur segera
dilakukan, rumah-rumah, dan toko-toko dihias. Sedangkan di dinding-dinding
dipajang panji-panji dan kain berwarna-warni. (As-Sulthan Muhammad AI-Fatih,
hlm. 142.)
lbnu Ilyas pengarang buku Bada 'i AI-Zuhur
mengatakan tentang peristiwa ini, "Maka tatkala kabar tentang penaklukkan
Konstantinopel ini sampai, dan utusan Sultan Al-Fatih sampai di tempat tujuan,
ditabuhlah genderang berita gembira di benteng-benteng. Rakyat di Kairo diminta
untuk menghiasi rumah-rumah. Kemudian pemimpin setempat menetapkan Barsabay
penguasa Akhur II, sebagai utusan kepada Ibnu Utsman untuk mengucapkan kata
selamat. (As-Sulthan Muhammad AI-Fatih, hlm. 140.)
Kita persilahkan sejarawan Abu Al-Mahasi bin
Taghri Bardi menggambarkan, bagaimana perasaan manusia ketika itu dan kondisi
mereka di Kairo tatkala utusan Muhammad Al-Fatih sampai ke Kairo dengan membawa
sejumlah hadiah dan dua tawanan dari pembesar Romawi. Dia berkata, "Saya
berkata, segala puji bagi Allah atas penaklukkan yang sangat gemilang ini.
Kemudian datanglah utusan itu dengan membawa dua tawanan dari pembesar Romawi.
Lalu dia datang bersama dua tawanan itu kepada penguasa Mesir, Sultan lnal.
Kedua orang itu berasal dari Kota Konstantinopel yang di dalamnya ada gereja
yang sangat besar. Maka Sultan Mesir sangat bergembira dengan penaklukkan yang
sangat gemilang itu, demikian juga dengan penduduk Mesir. Kemudian diumumkanlah
kabar gembira itu dan rumah-rumah penduduk dihias dengan hiasan warna-warni,
sebagai ungkapan suka-cita atas kemenangan yang gemilang. Peristiwa ini
berlangsung beberapa hari. Kemudian utusan itu datang dengan membawa dua orang
tawanan ke dalam benteng pada hari Senin tanggal 25 Syawwal, setelah utusan itu
dan kawan-kawannya berkeliling kota Kairo. Penduduk Kairo berpesta dengan
kemenangan itu dengan menghiasi toko-toko mereka. Sultan menerima para utusan
dengan jamuan di Benteng jabal. . ." (An-Nujum AI-Zahirah fi Muluk
Mishrawa AI-Qahirah, 16/71.)
Apa yang disebutkan oleh Abu Al-Mahasan bin
Taghri Bardi tentang pesta kemenangan itu dan kegembiraan rakyat Kairo, terjadi
di berbagai kota-kota Islam. Sultan Muhammad Al-Fatih telah mengirim beberapa
surat pemberitahuan tentang penaklukkan itu kepada penguasa Mesir, penguasa
Iran, penguasa Makkah, dan penguasa Qurman. Dia juga mengirim beberapa surat
kepada penguasa negara-negara tetangga yang beragama Nasrani seperti Murah,
Valachie, Hungaria, Bosnia, Serbia, Albania dan semua wilayah yang menjadi
kekuasaannya. (Muhammad Al-Fatih, hlm. 142.)
Surat
Sultan AI-Fatih Kepada Penguasa Mesir
Berikut ini adalah sebagian isi surat Sultan
Al Fatih kepada penguasa Mesir Al-Asyraf Inal. Surat ini ditulis oleh Syaikh
Ahmad Al-Kurani:
“... Sesungguhnya salah satu tradisi yang
baik dari para leluhur kita adalah bahwa mereka merupakan orang-orang yang
berjihad di jalan Allah, yang tidak takut terhadap celaan orang-orang yang
mencerca. Sedangkan kami senantiasa menjalankan sunnah-sunnah itu, sebagaimana
kami juga selalu menapaki jejak mereka sebagai refleksi dari amal kami terhadap
firman Allah yang berbunyi:
"Perangilah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan Hari Akhir.” (At-Taubah: 29)
Sebagaimana kami juga selalu berpegang teguh
kepada sabda Rasulullah, bahwasanya:
"Barangsiapa yang kedua kakinya berdebu
di jalan Allah, maka Allah akan mengharamkan dia untuk masuk neraka."
Allah telah memberi kami berkah dan nikmat di
tahun ini, sehingga kami diberi kemampuan untuk terus berpegang teguh kepada
agama Allah, Pemilik Kejayaan dan Kemuliaan, dan diberi kemampuan untuk selalu
berpijak di atas perintah Allah dengan menjalankan kewajiban Jihad di Islam
dengan berpedoman pada firman Allah:
"Wahai orang-orang beriman, perangilah orang-orang
kafir di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka merasakan kekerasan darimu, dan
ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah: 123)
Kami telah menyiapkan pasukan perang dari
kalangan mujahidin, baik dari laut maupun darat untuk menaklukkan kota yang
dipenuhi dengan kemungkaran dan kekufuran, yang kini berada di tengah-tengah
kekuasaan Islam. Kota ini semula dibanggakan dengan lantunan syair:
”Dia laksana bintik-bintik di kulit yang
indah,
dan dia laksana awan tipis penutup rembulan.”
Kota ini sebagiannya berada di laut dan
sebagian lain ada di darat. Maka kami siapkan untuk itu, sebagaimana Allah
telah memerintahkan dalam firmanNya:
”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi." (Al-Anfal: 60)
Kami telah mempersiapkan semua sarana perang,
dari tombak dan lembing, manjaniq, meriam dan semua senjata darat lainnya. Kami
juga telah menyiapkan perahu dan kapal untuk armada perang di laut. Kami
melakukan serangan pada tanggal 26 Rabiul Awwal yang berlangsung beberapa bulan
di tahun 857 H.
Setiap kali mereka (kafir Konstantinopel
-edt.) diseru kepada kebenaran, mereka selalu ingkar dan menyombongkan diri,
sedangkan mereka itu termasuk orang-orang kafir. Maka kami kepung mereka, kami
perangi mereka. Maka berkecamuklah perang antara kami dan mereka selama 46
hari.
Maka tatkala fajar shadiq menyingsing pada
hari Selasa tanggal 20 Jumadil Ula, kami melancarkan serangan laksana bintang
yang dilemparkan kepada syaitan-syaitan, yang dilakukan dengan kebijakan Abu
Bakar Ash-Shiddiq dan keadilan Umar Al-Faruq ra. serta pukulan Al-Haidar dari
Bani Utsman. Allah telah mengaruniakan kemenangan sebelum matahari terbit dari
ufuk Timur.
”Golongan itu akan dikalahkan dan mereka akan
mundur ke belakang. Sebenarnya Hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada
mereka dan Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit." (Al-Qamar: 5-6)
Orang yang pertama kali terbunuh dan
terpenggal kepalanya adalah Tukfurham yang terlaknat. Maka hancurlah mereka
sebagaimana binasanya Kaum 'Aad dan Tsamud. Maka ruh mereka segera dibawa oleh
malaikat adzab dan mereka akan dimasukkan ke dalam neraka, tempat yang
sejelek-jeleknya. Maka terbunuhlah orang-orang yang terbunuh dan tersisalah
yang masih hidup. Kaum mujahidin berhasil mengambil-alih simpanan harta mereka,
termasuk harta-harta yang dipendam. Jadilah mereka orang-orang yang tidak
pernah disebut, dan orang-orang yang zhalim itu dimusnahkan hingga ke
akar-akarnya. Sungguh segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Dan di hari
itu orang-orang mukmin bergembira atas pertolongan Allah.
Maka tatkala kami berhasil menang atas
orang-orang kafir ini, kami membersihkan busur panah kami dari rumah-rumah
ibadah. Dan kami keluarkan dari gereja-gereja itu palang salib dan
lonceng-lonceng gereja. (gereja-gereja yang sudah tidak dipakai). Lalu kami
jadikan tempat-tempat penyembahan berhala itu menjadi masjid-masjid kaum
muslimin. Mulialah tempat-tempat itu dengan khutbah-khutbah. Terjadilah
kehendak Allah dan gagallah apa yang mereka lakukan..." (Muhammad
AI-Fatih, hlm. 163-167.)
Sultan Muhammad Al-Fatih juga mengirimkan
surat kepada penguasa Makkah melalui penguasa Mesir. Sedangkan penguasa Mesir
telah membalas surat Sultan Muhammad Al-Fatih dan hadiah-hadiahnya dengan
untaian syair yang demikian indah dan mempesona. Di antaranya adalah bait-bait
syair seperti di bawah ini:
”Kau pinang dia saat masih perawan dan tak
ada mahar yang kuberikan kecuali pedang yang tajam, tombak dan pasukan-pasukan
penunggang kuda Barangsiapa yang menjadikan malam gulita sebagai maharnya
dia akan mendapatkan telur benteng itu
sebagai tempat pelaminannya
Allah Mahabesar, tidaklah kau memetik buah
ranumnya
kecuali karena ayahmu telah menanam jauh
sebelumnya." (Muhammad Al-Fatih, hlm. 175.)
Dalam surat penguasa Mesir juga terdapat
bait-bait syair di bawah ini:
"Allah Mahabesar, inilah pertolongan dan
keberhasilan inilah kemenangan yang tidak pernah terbetik dalam pikiran. (Muhammad
Al-Fatih, hlm. 176.)
Salah seorang penyair Mesir berkata mengenai
penaklukan ini:
"Demikianlah, hendaklah dalam perjuangan
ada semangat membakar
Jika tidak, tidak akan pernah kering sarung
pedang yang ganas
Pasukanmu adalah laut, samudera adalah kuda
yang kencang larinya jika gelombang yang bergulung-gulung tidak segera berhenti
geraknya
Yang mengelilingi panji-panji yang
menunjukkan kemenangan
dia mendapat pertolongan, dukungan sebagai
hamba dan pelayan
Wahai penolong Islam, Wahai orang yang dengan
serbuannya pada musuh-musuh kafir di hari-hari yang demikian mencekam
Bergembiralah dengan kemenangan yang menjadi
buah bibir di seluruh bumi
Hujan berlalu digiring angin timur dan burung
unta. (Muhammad Al-Fatih, hlm. 177.)
Surat
Sultan AI-Fatih Kepada Penguasa Makkah
Sultan Muhammad Al-Fatih mengirimkan surat
pada penguasa Makkah yang mulia, sehubungan dengan ditaklukkannya kota
Konstantinopel. Dia mengabarkan tentang penaklukkan kota itu dan meminta
dukungan doa. Di samping itu, Sultan juga mengirimkan beberapa hadiah yang
didapat dari harta rampasan perang. Inilah sebagian isi surat Sultan tersebut:
"Kami kirimkan surat ini dengan kabar
gembira atas apa yang telah Allah karuniakan kepada kami pada tahun ini dari
penaklukan-penaklukan yang tidak pernah didengar telinga dan belum terlihat
mata, yakni takluknya kota yang demikian masyhur, Konstantinopel. Harapan kami
dari tuan hendaknya menyebarkan kabar kemenangan dan karunia besar ini kepada
semua penduduk dua Kota Suci Makkah-Madinah, kepada para ulama dan kaum
bangsawan yang mendapat petunjuk, para zahid, ahli ibadah dan orang-orang
saleh, para syaikh, orang-orang yang selalu mendekatkan diri pada Allah, para
imam yang mulia dan takwa.
Juga kami harapkan agar kabar kemenangan ini
juga disebarkan kepada anak-anak dan orang-orangtua secara keseluruhan yang
berdiam di sekitar Baitullah, di mana mereka laksana tali yang kokoh yang tidak
akan putus. Kabarkan juga pada orang-orang yang datang untuk meminum air Zamzam
dan ke Maqam Ibrahim, yang beri'tikaf di dekat kuburan Rasulullah Saw. Kami
berharap mereka bisa mendoakan kelanggengan kekuasaan kami di 'Arafah dengan
menundukkan wajah kepada Allah atas kemenangan yang telah dicapai. Allah telah
memberikan kepada kami berkah mereka dan mengangkat derajat mereka.
Selain yang telah disebutkan kami juga telah
mengirimkan hadiah untuk tuan, khususnya berupa 2000 falwari yang terbuat dari
emas asli dan dengan timbangan yang tepat dan keledai yang kami ambil dari
rampasan perang. Kami juga kirimkan 7000 falwari lain untuk para fakir miskin.
Dua ribu di antaranya kami khususkan untuk para pejabat dan orang-orang terhormat,
seribu untuk mereka yang memelihara dua Kota Suci, sedangkan sisanya untuk kaum
fakir-miskin di Makkah dan Madinah. Semoga Allah menambahkan kemuliaan kepada
kedua kota itu. Kami harapkan dari tuan untuk membagikan hadiah kami di antara
mereka sesuai dengan kefakiran dan hajat mereka, serta kami inginkan kabar
tentangnya. Kami harapkan doa dari mereka untuk kami dengan penuh kelembutan
dan ihsan, insya Allah. Semoga Allah selalu menjaga tuan dan selalu menjadikan
tuan berada dalam kebahagiaan abadi hingga Hari Akhir.” (Ad-Daulat
Al-Utsmaniyyah, Jamal Abdul Hadi, hlm. 47.)
Penguasa Makkah saat itu menjawab surat
Sultan Al-Fatih sebagai berikut:
”Kami telah membuka surat tuan dengan penuh
sopan, dan kami membacanya di depan Ka'bah yang agung, di antara penduduk Hijaz
dan orang-orang Arab. Kami lihat di dalamnya ungkapan-ungkapan Al-Qur'an yang
menjadi obat dan rahmat bagi kaum mukminin. Kami saksikan dalam kandungan surat
ini mukjizat Rasulullah Saw., penutup para Nabi yang pernah menyampaikan kabar,
tentang akan ditaklukkannya kota Konstantinopel yang besar dan kota-kota lain,
dengan benteng-bentengnya yang sangat kokoh dan terkenal di seantero jagad,
yang pagar-pagar pembatasnya menjadi buah bibir setiap orang. Maka tak ada yang
kami bisa lakukan, kecuali mengucapkan segala puji bagi Allah yang telah
memudahkan perkara ini dan telah membuka jalan bagi masalah yang sangat sulit
ini. Kami sangat gembira dengan peristiwa ini. Kami bangga dengan cara tuan
mengikuti jejak langkah besar para leluhur tuan. Semoga Allah menenteramkan ruh
mereka dan menempatkan mereka di kamar-kamar Surga yang luas karena mereka
telah menampakkan rasa cintanya terhadap penduduk Kota Suci ini.” (Ad-Daulat
AI-Utsmaniyyah, Jamal Abdul Hadi, hlm. 47.)
Sumber
bacaan: Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Prof. Dr. Ali Muhammad
Ash-Shalabi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar