Kisah Do’a yang Dikabulkan
Kisah-Kisah
Sukses dengan Do’a
Saudaraku seiman! Para Nabi dan Rasul adalah
sebaik-baik makhluk Allah dan makhluk yang paling dicintai oleh-Nya. Jika
musibah menimpa mereka, apa yang mereka lakukan, kepada siapa mereka bergantung
dan kepada siapa mereka mengadu?
Mereka merendahkan diri kepada Allah, berdo’a
kepada-Nya dan menampakkan kebutuhan kepada Tuhan semesta alam. Mereka mengadu
kepada Allah dan memperbaiki hubungan dan persangkaan kepada-Nya.
Inilah Nuh as.! Dia berlindung kepada Allah dan mengadukan
keadaannya kepada-Nya. Allah Swt. berfirman, artinya:
“Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami, maka sesungguhnya sebaik-baik yang
memperkenankan adalah Kami. Kami telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari
bencana yang besar.” [QS. Ash Shaffat: 75-76]
Nuh bermunajat, merendahkan diri dan meminta
dengan sungguh-sungguh. Lalu apa hasilnya? Hasilnya adalah jawaban dari Allah
Swt., artinya:
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdo'a dan Kami
memperkenankan do'anya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari
bencana yang besar.” [QS.
Al Anbiyaa`: 76]
Betapa jelasnya ayat ini menyatakan pengaruh do’a.
Allah Swt.
berfirman, artinya:
“Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasanya aku ini adalah orang
yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah aku. Maka Kami bukakan pintu-pintu
langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.” [QS. Al-Qamar: 10-11]
Allah berfirman, artinya:
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya
Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang.” [QS. Al Anbiyaa`: 83]
Lalu apa jawabannya? Inilah jawaban dari Tuhan Yang Maha Penyayang di
antara semua penyayang, artinya:
“Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit
yang ada padanya, Kami kembalikan keluarganya dan Kami lipat gandakan jumlah mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua
yang menyembah Allah.” [QS. Al Anbiyaa`: 84]
Disebutkan dalam kisah Nabi Zakariya as., artinya:
“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: ‘Ya Tuhanku janganlah
Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Pewaris Yang Paling
Baik.’” [QS. Al Anbiyaa`: 89]
Lalu apa hasilnya?
“Maka Kami memperkenankan do'anya dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya
dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang
baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Mereka adalah
orang-orang yang khusyu' kepada Kami.” [QS. Al Anbiyaa`: 90]
Saudaraku! Mengapa Allah memperkenankan do’a
Zakariya dan isterinya? Mengapa Allah mengubah kemandulan isterinya, sehingga
bisa hamil? Jawabannya, karena mereka adalah orang-orang yang cepat dalam
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik menaati syariat Allah
Swt. Mereka tidak pernah bosan
dalam berdo’a. Hatinya selalu terpaut dan berhubungan dengan Allah Swt., sehingga dikatakan
bahwa, “Mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.”
Sesungguhnya keluh kesah keluar lewat hati
sebelum terucap oleh lisan. Kisah-kisah do’a orang mukmin dari umat-umat
terdahulu untuk mendapatkan kemenangan dari musuh-musuhnya, juga terjadi pada
Rasulullah Saw.
bersama para sahabatnya pada perang Badar. Mereka berdo’a kepada Tuhan agar
diberi kemenangan dalam menghadapi orang-orang kafir Quraisy. Allah Swt. berfirman, artinya:
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu, "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” [QS. Al Anfaal: 9]
Ayat ini sangat jelas, sejelas matahari di
siang bolong bahwa jawaban Allah terhadap do’a orang mukmin adalah dengan
memenangkan mereka atas musuh mereka serta mendukung dan memberikan bantuan kepada mereka
dengan malaikat-malaikat-Nya.
Firman Allah berikut menceritakan pujian dan
do’a-do’a Yunus kepada-Nya, artinya:
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun
(Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami
tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang
sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." Maka Kami telah
memperkenankan do'anya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Demikianlah
Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” [QS. Al Anbiyaa`: 87-88]
Ayat ini menunjukkan bahwa do’a menjadi sebab
keselamatannya. Sebagaimana ayat ini menunjukkan bahwa jawaban terhadap do’a
tidak khusus bagi Yunus, namun bagi orang-orang mukmin pada umumnya. Apabila
mereka tertimpa kesulitan lalu mereka berdo’a dan meminta kepada Tuhan, maka
Dia akan menyelamatkan mereka. Ayat ini juga menyatakan bahwa jika Yunus tidak
berdo’a, niscaya dia tetap berada dalam musibah yang besar dan tetap berada
dalam perut ikan. Sebagaimana dijelaskan oleh ayat yang lain, artinya,
“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak
mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari
berbangkit.” [QS. Ash Shaffaat: 144]
Allah berfirman, artinya:
“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada
hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdo'a kepada Tuhannya dengan suara yang
lembut.” [QS. Maryam: 2-3]
Allah Swt. berfirman tentang kisah munajat Musa dan
do’anya kepada-Nya, artinya:
“Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan
mudahkanlah untukku urusanku.” [QS. Thaahaa: 25-26]
“Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu,
hai Musa.” [QS Thaahaa: 36]
Diceritakan bahwa suatu ketika terjadi
peristiwa pada masa Nabi Saw., ada yang mengatakan bahwa peristiwa ini
menjadi sebab turunnya ayat berikut, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari
arah yang tiada disangka-sangkanya.” [QS. Ath Thalaaq: 2-3] Kejadiannya
dimulai dari seorang laki-laki yang kehilangan anaknya karena ditawan musuh.
Ibunya sangat tergoncang mengetahui hal ini sehingga suaminya khawatir. Maka
laki-laki itu, namanya Auf bin Malik ra., bergegas menemui Nabi Saw. dan berkata, “Ya, Rasulullah!
Sesungguhnya anakku ditangkap oleh musuh dan ibunya sangat tergoncang dan
bersedih, apa nasehatmu kepadaku?” Nabi Saw. mewasiatkan kepadanya untuk bersabar. Beliau
berkata kepadanya, “Perbanyaklah mengucapkan: لاحول
ولا قوة إلا
بالله artinya: “Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dari
Allah.” Maka Auf bin Malik dan istrinya menjalankan nasehat Rasulullah Saw.
Akhirnya habis gelap, terbitlah terang dan datanglah kelapangan setelah
kesempitan. Ibnu Auf (anaknya Auf) berhasil mengecoh musuh dan melarikan diri
sambil membawa pulang kambing-kambing mereka sebanyak empat ribu ekor, lalu
memberikan kambing tersebut kepada ayahnya. Kemudian Auf mendatangi Nabi Saw. dengan gembira dan
berkata, “Ya, Rasulullah! Bolehkan aku memakan kambing-kambing yang dibawa
puteraku?” Jawab Nabi, “Ya,boleh.” [Tafsir Ibnu Katsir]
Ya,
Allah! Tuhannya
Seluruh Mahluk
Nafi’ berkata, “Pada suatu hari Ibnu Umar
menerima seorang tamu yang buta. Umar menyambutnya dengan baik dan
memuliakannya dengan menempatkannya di rumah kediamannya. Pada tengah malam
Ibnu Umar bangun, lalu mengambil wudlu dan berwudlu dengan sempurna. Kemudian
shalat dua raka’at dan berdo’a dengan sebuah do’a. Tamunya mengetahui apa yang
diperbuatnya dan memahami do’a yang dibaca Ibnu Umar. Ketika Ibnu Umar kembali
ke tempat tidurnya, tamunya bangun, lalu mengambil wudlu dan berwudlu dengan
sempurna. Kemudian shalat dua rakaat setelah itu berdo’a dengan do’a yang ia
dengar dari Ibnu Umar. Maka seketika itu Allah mengembalikan pandangannya dan
ia bisa melihat. Pagi harinya dia shalat shubuh bersama Ibnu Umar sudah dalam
keadaan bisa melihat. Setelah selesai shalat tamunya menoleh kepada Ibnu Umar
dan berkata kepadanya: “Wahai, Abu Abdurrahman! Semalam aku mendengar engkau
berdo’a dan aku memahaminya. Lantas aku bangun untuk melakukan apa yang telah
engkau lakukan, sehingga Allah mengembalikan pandanganku.” Ibnu Umar berkata,
“Itu adalah do’a yang diajarkan Rasulullah Saw. kepada kami. Beliau mewasiatkan agar kami
tidak mengajarkan kepada siapapun untuk mendapatkan perkara dunia. Nabi Saw. berkata, “Ucapkanlah,
‘Ya, Allah! Tuhannya ruh yang tak tampak dan tubuh yang fana. Aku meminta-Mu dengan wasilah
ketaatan ruh yang kembali kepada jasadnya, dengan ketaatan tubuh yang menyatu
dengan aliran darahnya, dengan keagungan perkataan-Mu yang terlaksana pada
mereka dan hukuman-Mu yang haq di antara mereka. Semua makhluk berada di
hadapan-Mu menunggu kemurahan ketentuan-Mu. Maka mereka mengharapkan rahmat-Mu
dan mengkhawatirkan siksa-Mu. Ya, Allah! Jadikanlah cahaya pada mataku,
keyakinan dalam hatiku, dzikir pada mulutku siang dan malam, amal perbuatan
yang baik dan berilah aku rezeki.” [HR. Abu Bakar bin Abi Ad Dunya dalam buku Mujaabu ad
Da’wah (1055). Hadits ini juga disebutkan dalam Al Mushannaf dengan
jalan periwayatan yang sama]
Saudaraku seislam! Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk
berdo’a dan menjanjikan kepada mereka bahwa Dia akan mengabulkan do’a mereka, sebagai
bentuk anugerah, kemurahan dan kebaikan dari-Nya. Allah Swt. berfirman,
artinya:
“Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon
kepada-Ku.” [QS.
Al Baqarah: 186]
Allah juga berfirman, artinya:
“Berdo'alah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” [QS. Ghaafir: 60]
“Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” [QS. Ar Ra’d: 31]
Keyakinan bahwa Allah tidak menyalahi janji-Nya adalah akidah bagi
setiap orang yang beriman kepada-Nya. Sikap inilah yang dituntut oleh nas-nas
Islam sebagaimana dituntut oleh fitrah yang lurus, akal yang bersih dan tradisi
yang berlaku di kalangan orang-orang yang mulia.
Saudaraku seiman! Sesungguhnya jawaban terhadap do’a para nabi atas
beratnya musibah yang menimpa mereka, datang setelah kehendak yang kuat, do’a
yang banyak, permohonan dan seruan. Ini adalah fakta dan realita yang sangat
jelas, bahwa siapa saja yang bertawakkal kepada Allah, bergantung dan
memperbaiki hubungan kepada-Nya, maka Allah memperkenankan do’anya, menjaganya
dan membimbingnya. Jika tidak di dunia, maka jawaban itu adakalanya di akhirat,
sedangkan akhirat adalah tempat yang lebih baik dan lebih kekal.
Kepada semua yang tertimpa bencana dan kesusahan... Kepada semua yang
tertimpa kesulitan dan kesempitan... Aku katakan kepada mereka, “Tenanglah!
Karena sebelum kalian telah banyak orang-orang yang tertimpa musibah. Musibah
tidak berlangsung selamanya.
Ada banyak kisah dari orang-orang yang tertimpa penyakit, kemiskinan,
penindasan atau kehilangan, kemudian datang pertolongan. Pertolongan yang
diantar oleh Yang Maha Pengasih dan Maha Penjawab Do’a. Sesungguhnya pada orang
yang tertimpa musibah
banyak terdapat pelajaran.
Ibnu Al Qayyim berkata dalam Zaadul Mi’ad, “Sesungguhnya
kebahagiaan dunia saat ini adalah impian belaka atau seperti bayangan yang
mudah hilang.”
Jangan bersedih dan berduka wahai saudaraku! Di dunia ini engkau bisa
tertawa dan menangis, berkumpul dan berpisah, merasakan kesempitan dan
kelapanagan, juga kebahagiaan dan kesedihan. Mari angkat kedua tangan kita
kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam berdo’a, “Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” [QS. Nasyrah: 5]
Kisah Do’a
yang Dikabulkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar