Bentuk Serangan Politik Barat
Adanya pertarungan politik antara peradaban Barat dan kaum
Muslimin dapat dibuktikan dengan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, konspirasi Barat
dalam meruntuhkan Khilafah Islamiyah pada tahun 1924.
Kedua, konspirasi Barat dalam
mendirikan Negara Yahudi Israel
di tanah Palestina, serta upaya mereka mempertahankan dan memperkuat
militernya.
Ketiga, memecah belah jamaah
kaum Muslimin dan mendorong pemisahan diri berbagai negeri Islam dengan kedok
kemerdekaan, hingga menjadi sekitar 60 negara kecil yang tidak berdaya di
hadapan negara-negara Barat. Upaya ini masih terjadi hingga saat ini dan tidak
akan berhenti. Bahaya yang mengancam di balik upaya pemecah-belahan ini
sangatlah jelas. Namun, kaum Muslimin masih saja terpikat dengan ide
kemerdekaan ini dan rela berperang demi tujuan ini, sekalipun ide ini sama
sekali bertentangan dengan peradaban dan pemikiran Islam. Allah memerintahkan
kaum Muslimin untuk menjadi satu tubuh (jami'an) dan tidak terpecah
belah. Namun demikian mereka tetap bercerai berai dan terus berusaha memisahkan
diri, meskipun siang malam mereka berulang-ulang membaca firman Allah SWT,
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah dan janganlah kamu bercerai berai." (QS Ali Imran: 103)
Jami'an (kamu semua) dalam
ayat itu merupakan suatu keadaan orang-orang yang memegang erat agama Allah.
Maknanya adalah keberadaan suatu jama'ah, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW,
"Siapa saja yang datang kepada kamu sekalian,
sedangkan urusan kalian diatur oleh seseorang (Khalifah), kemudian dia hendak
memecah belah kesatuan jama'ah kalian, maka perangilah dia." (HR
Arfajah)
Dengan demikian, kamu semua (jami'an) dan kesatuan
ummat (jama'ah) di bawah kepemimpinan satu orang memiliki makna yang
sama.
Keempat, menerapkan sistem
pemerintahan republik atau kerajaan secara resmi di negeri-negeri kaum
Muslimin, sekaligus memisahkan kewenangan pemerintahan menjadi tiga bagian -
eksekutif, legislatif, dan yudikatif - sebagaimana yang dianut negara-negara
Barat.
Kelima, memerangi
gerakan-gerakan Islam yang secara serius berjuang untuk membuat perubahan
dengan menegakkan Negara Islam, yakni negara Khilafah Rasyidah. Mereka menyebut
gerakan-gerakan Islam ini sebagai ekstremis atau fundamentalis. Kebanyakan
perlawanan ini dilakukan melalui agen-agen mereka, dan jarang dilakukan secara
langsung. Martin Indyck, pejabat Gedung Putih yang berwenang menangani urusan
Timur Tengah mengatakan bahwa tantangan paling besar yang dihadapi AS di
belahan dunia bagian timur adalah membantu negara-negara sahabat untuk
menghalangi ekstrimisme (Majalah Al 'Arabi nomor 514). Bila tidak bisa
menghalangi, mereka akan memberikan tekanan yang keras dan jahat lewat tangan
agen-agen mereka dari kalangan "moderat progresif", sebagaimana
dikatakan Nixon dalam bukunya "The Favorable Opportunity" sebagai
berikut, "Keterkaitan para politisi di berbagai negara Muslim dengan
Islam tidak lebih dari sekedar keterkaitan mereka dengan cita-cita, tradisi, dan
norma Islam ... Kalangan progresif adalah kelompok yang kegiatannya nyata ...
dan berusaha sekuat tenaga menghubungkan kaum Muslimin dengan dunia politik dan
ekonomi yang beradab. Kelompok ini dicirikan dengan fleksibilitasnya, dan
mereka tidak menganggap Barat sebagai kafir, tetapi mereka menyebutnya sebagai
kaum ahli kitab. Beberapa negara dipimpin oleh kelompok progresif merupakan
negara demokratis, seperti Turki dan Pakistan ... Kita harus membantu kelompok
progresif di dunia Islam ... Kunci kebijakan Amerika digambarkan dalam
kerjasama strategis hanya dengan kelompok progresif ini. Karena kita
bekerjasama dengan kelompok progresif demi tujuan-tujuan kita, maka kerjasama
tersebut harus meliputi seluruh bidang ekonomi dan keamanan ... Hubungan antara
Amerika dan negara sahabat tidak boleh sampai pada tingkat perwalian, dan kita
tidak boleh memperlakukan para penguasa di negara-negara progresif itu sebagai
makelar antara kita dengan rakyat mereka, namun kita harus memperlakukan mereka
sebagai mitra yang sejajar, sebab cara yang paling cepat untuk mengubur mereka
adalah dengan memperlakukan mereka sebagai corong propaganda Barat ... Sesekali
kita harus dapat menerima penolakan sahabat-sahabat kita di dunia Islam atas
sejumlah kebijakan kita, yang membuat mereka mendapatkan kesulitan politik di
negara mereka." Kini, ummat Islam tahu persis siapa kelompok "progresif
moderat" ini. Dan tidak ada salahnya kita mengalamatkan tuduhan kepada
AS, atas perlakuan sejumlah penguasa negeri-negeri Muslim - Irak, Mesir, Turki,
Uzbekistan, Aljazair, Suriah, Libya, dan Tunisia - terhadap para putra-putri
ummat yang secara ikhlas berjuang demi Islam.
Keenam, mendirikan PBB
berikut Dewan Keamanan-nya untuk memberi legitimasi kepada Barat untuk
melakukan intervensi dalam urusan negara-negara lemah, termasuk di antaranya
negeri-negeri kaum Muslimin. Bila AS tidak bisa melakukan intervensi melalui
Dewan Keamanan karena adanya penentangan dari negara kuat lainnya, mereka
melangkahi otoritas Dewan Keamanan atau PBB, dan melakukan tindakan sepihak (unilateral),
seperti yang terjadi saat ini dengan seruan "Perang Salib melawan
Terorisme". Demikianlah,
AS menduduki tempat-tempat yang
dikehendaki dan menyerang siapa saja yang diinginkan. Nixon mengungkapkan
secara eksplisit tentang kebijakan ini dalam "The Favorable
Opportunity" sebagai berikut, "Andaikata kepentingan AS mendapat
ancaman bahaya, maka akan dilakukan aksi dengan koordinasi PBB, bila
memungkinkan. Namun bila hal ini tidak mungkin dilakukan, maka AS akan
bertindak sendiri tanpa bantuan darinya (PBB)." Collard Power, dosen
ilmu politik di Massachusetts
University mengatakan
dalam tulisannya, "Jelas bahwa hukum internasional tidak diterapkan
bagi negara-negara di belahan bumi bagian barat ... nampaknya pelanggaran hak
asasi manusia bisa diterima sepanjang sesuai dengan kepentingan Amerika."
Ketujuh, memerintahkan kepada
sejumlah tiran dan petualang politik untuk membentuk partai-partai, agar mereka
bisa saling bergiliran memerintah dan bertindak sebagai oposisi. Hal ini
dilakukan apabila mereka tidak ingin memaksakan sistem partai tunggal.
Demikianlah beberapa bentuk serangan politik yang dilakukan
oleh para penganut kapitalisme terhadap kaum Muslimin dan kaum lemah lainnya. Mereka telah berhasil
melakukan segala bentuk serangan ini, akibat tidak adanya institusi politik
yang berfungsi sebagai pelindung dan sistem yang paling baik, yaitu Negara Khilafah.
Bentuk
Serangan Politik Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar