Cara Mewujudkan Kemuliaan Umat Islam
……
Allah[u] Akbar 3X
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Saat ini kita juga tengah merayakan hari raya kurban -–yang semestinya
kita sambut dengan kegembiraan-- ketika harta benda dan kekayaan alam umat
Islam, yang seharusnya menjadi kehormatan dan kemuliaan mereka, telah dikeruk,
dijarah dan dirampok di depan mata mereka tanpa pembelaan sedikitpun dari
penguasa yang bercokol di negeri mereka. Para penguasa batil
yang ada memberikannya kepada
orang-orang Kafir imperialis di depan mata mereka, atas nama privatisasi,
konsesi, kontrak karya, penanaman modal asing, dan berbagai dalih lain yang
menunjukkan ketidakberdayaan dan kehinaan kita sebagai umat Islam di depan
orang-orang dan negara-negara kafir. Padahal, harta-harta itu merupakan
kehormatan dan kemuliaan yang harus kita pertahankan. Rasulullah Saw. telah berwasiat di dalam khutbah 'Arafahnya:
« أَيُّهَا
النَّاسُ، إِنَّ
دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ
حَرَامٌ عَلَيْكُمْ
كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ
هَذَا فِي شَهْرِكُمْ
هَذَا فِي بَلَدِكُمْ
هَذَا »
Wahai para manusia, sesungguhnya, darah-darah kalian dan harta-harta
kalian merupakan kemuliaan bagi kalian, sebagaimana kemuliaan hari kalian ini,
di bulan dan di negeri kalian ini. (H.R. Muslim dari Jâbir)
Kekayaan alam negeri kaum Muslimin harus dijaga dan dihormati, tidak
boleh dinodai oleh siapapun. Meski untuk mempertahankannya mereka harus
mengorbankan nyawa dan darah mereka. Demikianlah sabda Rasulullah Saw.:
« مَنْ قُتِلَ
دُونَ مَالِهِ
فَهُوَ شَهِيدٌ
»
Siapa saja yang dibunuh karena mempertahankan hartanya, maka dia
(terbunuh) sebagai syahid. (H.R. al-Bukhâri dari 'Abdullâh bin 'Amr)
Kekayaan dan sumber alam yang dimiliki oleh kaum Muslimin merupakan harga
diri mereka. Mereka akan sangat terhina jika harga diri mereka dinodai,
diinjak-injak dan dijarah di depan mata mereka tanpa dibela oleh pihak penguasa
yang sah yaitu seorang Khalifah yang dibai’at untuk menerapkan sistem Islam. Tatkala posisi kaum Muslimin terjepit oleh kepungan pasukan Ahzab,
serta persekongkolan jahat kaum Yahudi dengan koalisi Quraisy yang kafir,
muncul usulan untuk mengurangi tekanan terhadap kaum Muslimin di kota Madinah,
dengan cara memberikan kompensasi hasil kurma Madinah kepada mereka. Akan
tetapi salah seorang pemuka Anshar menolak dan berkata kepada Nabi Saw.:
« ياَ رَسُوْلَ
اللهِ، قَدْ كُنَّا
نَحْنُ وَهَؤُلاَءِ
الْقَوْمُ عَلَى
الشِّرْكِ بِاللهِ
وَعِبَادَةِ الأَوْثَانِ،
لاَ نَعْبُدُ اللهَ
وَلاَ نَعْرِفُهُ،
وَهُمْ لاَ يَطْمَعُوْنَ
أنْ يَأْكُلُوْا
مِنْهَا تَمْرَةً
إِلاَّ قِرَى أوْ
بَيْعًا، أَفَحِيْنَ
أَكْرَمَنَا اللهُ
بِالإِسْلاَمِ
وَهَدَانَا لَهُ،
وَأَعَزَّنَا
بِكَ وَبِهِ، نُعْطِيْهِمْ
أَمْوَالَنَا،
وَاللهِ مَالَنَا
بِهَذَا مِنْ حَاجَةٍ،
وَاللهِ لاَ نُعْطِيْهِمْ
إِلاَّ السَّيْفَ،
حَتَّى يَحْكُمَ
اللهُ بَيْنَنَا
وَبَيْنَهُمْ
»
Wahai Rasulullah, ketika kami dan kaum itu sama-sama masih menyekutukan
Allah, menyembah berhala, tidak menyembah Allah dan mengenal-Nya, mereka saja
tidak berani makan kurma darinya (kebun Madinah), kecuali sebagai jamuan (untuk
tamu) atau (dengan cara) membelinya; Apakah ketika kami telah dimuliakan oleh
Islam, ditunjukkan pada jalannya, dan dimuliakan dengan (kehadiran) engkau dan
Islam ini, lalu kami harus memberikan harta kami kepada mereka? Demi Allah,
kami tidak membutuhkan ini. Demi Allah, kami tidak akan memberikan kepada
mereka selain pedang, sehingga Allahlah yang akan memutuskan (siapakah yang
menang) di antara kami dan mereka. (H.R. Ibn Hisyâm dari Ibn Syihâb az-Zuhri) [Lihat, Ibn Hisyâm, as-Sîrah an-Nabawiyyah, Dâr Ihyâ'
at-Turâts al-'Arabi, Beirut, cet.II, 1997, juz III, hal.246]
Demikianlah, sikap yang seharusnya ditunjukkan oleh seorang
Khalifah penguasa yang sah
atas kaum Muslimin, sebagaimana yang ditunjukkan oleh
Sa'ad bin Mu'âdz di depan Rasulullah Saw.
Allah[u] Akbar 3X
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Sungguh, kehinaan demi kehinaan, serta pertumpahan darah dan penjarahan
kekayaan alam umat ini semata-mata terjadi karena Islam telah dijauhkan dari
kehidupan mereka. Islam telah diubah sebagai agama ritual semata di masjid-masjid, atau agama seremonial dalam perayaan-perayaan tertentu.
Sementara itu, ulama'-ulama' mereka telah dikebiri hanya sebagai pemberi
nasihat yang kering lagi membosankan, yang terbatas hanya menjelaskan seputar
urusan haid, nifas, nikah, talak, waris, urusan rumah tangga, qalbu, dan
sejenisnya. Mereka juga dikondisikan agar apatis terhadap isu perubahan dan
kebangkitan umat mereka. Akibatnya, mereka lebih menikmati sebagai sosok yang
telah dibentuk sedemikian rupa sebagai penguasa feodal ketimbang sebagai waratsat[u]
al-anbiyâ' (pewaris para Nabi).
Pemikiran mereka jumud, seperti buku yang ada di rak-rak perpustakaan,
sehingga berbagai upaya penyesatan yang sengaja dirancang oleh orang-orang
Kafir imperialis dengan kaki tangan mereka dengan maksud untuk menghancurkan Islam
dan umatnya tidak bisa mereka baca. Penyesatan politik, intelektual dan
kultural, berlangsung begitu saja, sementara mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Bahkan, tidak sedikit di antara mereka yang ikut tersesatkan sebagai akibat dari
kejumudan pemikiran mereka.
Penyesatan politik (tadhlîl siyâsi), penyesatan intelektual (tadhlîl
fikrî) dan penyesatan kultural (tadhlîl tsaqâfî), dirancang untuk:
(1) melenyapkan sisa-sisa terakhir pemikiran Islam, (2) melanggengkan cengkraman
negara-negara Kafir terhadap diri dan negeri mereka, (3) menyimpangkan pandangan ke-Islaman mereka secara fundamental, dan (4) menjerat masa depan mereka untuk selamanya di
bawah kendali negara-negara imperialis Kafir, sehingga mereka layaknya budak
dengan tuannya, atau seorang Muslim yang dihinadinakan oleh orang
Kafir; yang bebas diperintah, ditekan dan dipaksa sesuka hati mereka.
Na'ûdzu billâh.
Penyesatan inilah yang digunakan oleh Amerika sebagai senjata untuk
mencari dukungan dari para penguasa Arab. Ketika Bernez, asisten Menteri Luar Negeri Amerika untuk
urusan Timur Tengah, mengumumkan Rute Perjalanan di Sekitar Palestina dalam kunjungannya ke 12 negara di kawasan tersebut beberapa waktu
lalu. Kepentingan Amerika jelas bukan hanya untuk menguasai minyak dan
memasarkan senjatanya. Namun lebih dari itu, Amerika ingin menguasai seluruh
kawasan Timur Tengah, setelah berhasil mendongkel kekuasaan Saddam Hussein.
Amerika menyodorkan nama-nama, seperti as-Shâlihi, al-Khazraji dan Ahmad al-Jalabi; mereka sebut-sebut sebagai pemimpin masa depan Irak. Padahal, mereka
tidak lebih baik bagi rakyat Irak ketimbang diktator Saddam.
As-Shâlihi
adalah pemimpin Gerakan Perwira Irak
Merdeka, yang menginduk pada CIA. Pada tahun 1995, orang ini pernah
berkhianat. [Lihat, al-Wai'e, ad-Dawâfi'
al-Haqîqiyyah li al-Harb al-Isti'mâriyyah al-Qarîbah 'alâ
al-'Irâq, Majalah al-Wa'ie, Beirut, no.188, tahun ke-XVII, 2003, hal.26]
Sedangkan al-Khazraji
adalah seorang jenderal yang paling bertanggungjawab dalam penggunaan senjata
kimia pada tahun 1988 di Halbajah. [Lihat, al-Wai'e, ibid, hal.26;
Koran Tempo, Anak Manja AS bernama Saddam Hussein, Senin, 27 Januari
2003, hal.7]
Di mata, Komisi HAM PBB, dia adalah seorang penjahat. Sementara Ahmad
al-Jalabi adalah seorang perampok yang
melarikan diri ke London, dan pada tahun 1992 telah dijatuhi hukuman 32 tahun
oleh pengadilan Jordania. [Lihat, al-Wai'e, ibid, hal.26]
Langkah Amerika
ini dilakukan mengulang keberhasilannya mendudukkan Hamid Karza’i sebagai penguasa Afghanistan. Padahal banyak
orang mengetahui bahwa Hamid Karza’i sebelumnya adalah penghubung CIA untuk kawasan Afghanistan dan menjadi binaan mereka.
……
Cara Mewujudkan Kemuliaan
Umat Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar