Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 30 Maret 2016

Website Sains Interaktif


Para siswa semua usia suka sains. Mereka khususnya menyukai aktivitas sains interaktif. Berikut ini 5 website yang mendorong studi sains melalui interaksi. Masing-masing website mendorong keterlibatan dengan aktivitas-aktivitas menarik yang akan membuat para murid mengunjungi lagi dan lagi. Berikut ini lima website sains interaktif yang akan kamu jumpai.

Edheads - Activate Your Mind!

Edheads adalah salah satu website sains terbaik untuk melibatkan siswa secara aktif di situs web. Ada sepuluh aktivitas interaktif terkait sains di situs ini. Itu termasuk membuat baris stem cells, mendesain hape, pembedahan otak, bedah lutut, mesin kompleks, mesin sederhana, dan cuaca. Edheads menyediakan konten pendidikan sains yang bagus.

Science Kids

Situs ini punya banyak koleksi permainan sains interaktif yang fokus pada makhluk hidup, proses fisik, dan benda padat, benda cair, dan gas. Masing-masing aktivitas tidak hanya memberi siswa informasi penting, tapi juga memberi interaksi dan kesempatan untuk menggunakan pengetahuan. Aktivitas semacam sirkuit listrik tidak hanya memberi siswa kesempatan untuk belajar tentang sirkuit, tapi juga memungkinkan mereka untuk membangun sirkuit virtual.

National Geographic Kids

Mau belajar tentang hewan, alam, dan orang dan tempat? Maka situs ini punya semua itu. Ia punya banyak video, aktivitas, dan game yang akan membuat siswa tetap aktif terlibat selama berjam-jam. Asal jangan percaya teori evolusi. Situs yang sangat informatif dan melibatkan yang akan menambah pelajaran ataupun kegiatan.

Wonderville

Wonderville punya banyak koleksi aktivitas dan permainan interaktif yang bisa dinikmati siswa semua usia. Aktivitas dibagi ke dalam hal-hal yang kamu tak bisa melihatnya, hal di duniamu... dan selebihnya, benda-benda yang dibuat dengan sains, dan benda-benda serta bagaimana cara kerjanya. Masing-masing permainan dan aktivitas saling terkait. Permainan memberimu kesempatan virtual untuk belajar sementara aktivitas terkait memberimu kesempatan bagimu untuk menginvestigasi sendiri.

Try Science

Try Science menawarkan banyak koleksi eksperimen interaktif, kunjungan lapangan, dan petualangan. Koleksinya meliputi bidang sains dengan banyak konsep sains. Masing-masing aktivitas melipatkan pelajar dan informatif. Para siswa mesti suka situs ini. Aktivitas semacam "Got Gas?" dengan sendirinya menarik perhatian anak-anak. Kamu tak akan kecewa dengan pelajarannya dan aktivitasnya yang ditawarkan situs ini.
bacaan: about.com

Amerika mempengaruhi bangsa-bangsa lain


 

“Telah mendustakan (rasul-rasul pula) sebelum mereka itu kaum Nuh, 'Aad, Fir'aun yang mempunyai tentara yang banyak,” (QS. Shaad: 12)

Dinyatakan dalam American Carter Principle pada tahun 1978, bahwa kawasan Teluk merupakan suatu wilayah strategis bagi kepentingan Amerika. Dari pandangan ini kemudian disusun agenda kebijakan luar negeri Amerika di wilayah tersebut, serta rencana kehadiran dan keterlibatannya di sana. Tidak jauh berbeda dari masalah tersebut, ada indikasi kuat bahwa pemerintah Amerika berencana memecah belah Irak dan membentuk sebuah negara Kurdistan merdeka di wilayah itu. Dalam istilah umum, Amerika menunjukkan agenda kebijakan luar negeri yang jelas kepada dunia, yang kemudian menentukan bentuk hubungan antara bangsa Amerika dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Jadi, agenda kebijakan luar negeri itu menentukan bentuk hubungan antara satu umat dengan umat-umat lainnya di seluruh dunia. “Amerika Serikat memiliki kekuatan yang khas dan pengaruh yang tak tertandingi, dan kami siap menggunakannya untuk memperjuangkan demokrasi serta menciptakan perdamaian di seluruh penjuru dunia'.(George W. Bush, 2001)

“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.” (QS. At Taubah: 26)

“Kami mempunyai kekuatan untuk membantu menentukan masa depan dunia, terutama untuk membantu Amerika dan rakyat Amerika, dengan cara menciptakan lebih banyak transaksi perdagangan, lebih banyak pekerjaan, kesejahteraan yang lebih baik, dan bangsa yang lebih aman. Tentu kami juga dapat membuat dunia menjadi lebih baik, lebih demokratis, dan menjadi tempat tinggal yang damai. Bila itu adalah tujuan kami, bila itu adalah visi kami, maka kebijakan luar negeri jelas merupakan sebuah prioritas. Sebuah prioritas bagi rakyat dan kepentingan nasional. Siapapun yang terpilih (menjadi Presiden) sekarang akan meraih lebih banyak prestasi di masa pemerintahannya bila ia dapat memberikan kepada Amerika instrumen diplomatik yang paling baik. Kami adalah sebuah kekuatan internasional, yang mempunyai kepentingan maupun ancaman yang membentang di seluruh permukaan bumi. Bangsa Amerika paham dengan hal ini'. (Thomas R. Pickering, Under Secretary for American Political Affair, 2001)

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah: 40)

Tetapi, kita tidak menemukan agenda kebijakan luar negeri semacam itu pada negara-negara seperti Jepang terhadap -misalnya- Eropa atau Timur Tengah; atau agenda kebijakan politik luar negeri Jerman terhadap negara-negara lainnya di dunia. Rakyat Amerika yang relatif sedikit (sekitar 262 juta jiwa) secara efektif mampu mengatur hubungan dengan 5 miliar manusia dari berbagai bangsa di dunia. Bangsa Amerika tidak hanya dapat mengatur' hubungan di antara mereka dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, tetapi mereka juga mampu menentukan suatu bentuk hubungan di mana mereka dapat mendominasi bangsa- bangsa lain (sekalipun jumlah mereka lebih kecil dari pada bangsa- bangsa ,lain di dunia).

“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).” (QS. At Taubah: 107)

Jelas kemampuan seperti ini merupakan sesuatu yang luar biasa, unik, dan istimewa. Amerika dan negara-negara pemimpin lainnya tidak selalu berada dalam posisi yang unggul. Pada saat pergantian abad yang lalu, mereka bersikap pasif dalam percaturan politik internasional, dan membatasi serta menyibukkan diri mereka dengan urusan internal. Amerika sendiri dikenal juga pernah berada dalam masa isolasi, yaitu pada masa-masa sebelum tahun 1945. Jadi, sejak saat itu hingga sekarang ini mereka mengalami proses perubahan yang mencolok dan istimewa. Faktor yang memungkinkan terjalinnya hubungan antara suatu bangsa dengan bangsa-bangsa lain di dunia adalah karena adanya agenda kebijakan politik luar negeri yang jelas. Maka kita bisa melihat bagaimana Amerika mampu mempengaruhi bangsa-bangsa lain di seluruh penjuru dunia, tanpa pertolongan dari pihak manapun.

“Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu.” (QS. Al Mulk: 20)
 dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah", terjemah al-Qur'an

Selasa, 29 Maret 2016

Karakteristik Bunga Rafflesia Arnoldi


rafflesia sebagai padmosari 

SERATUS enam puluh empat tahun yang lalu, Letnan Gubernur Inggris dan ibu Thomas Stamford Raffles, bersama dokter pribadinya, Arnold, menembus hutan belantara Sumatra Barat, di belakang Bengkulu. Mereka menemukan bunga ajaib yang ukurannya sebesar roda gerobak. Apanya yang ajaib? Bunga sebesar roda itu tidak mempunyai batang dan daun. Padahal tanaman berbunga lazim- nya mempunyai batang, akar, daun, bunga dan buah. Yang ini tiba-tiba 'saja mencuatkan bunganya dan munculnya dari akar jenis tanaman 'lain, lagi! Tanaman lain, yang hidup memanjat pada batang tanaman yang lain lagi,berupa pohon raksasa hutan. Mudah dimengerti, betapa bingung Raffles, dan Arnold waktu itu. Sebatang pohon tinggi, yang tampaknya mempunyai sulur ke bawah, tetapi ada bunga luar biasa muncul pada akar sulur itu. Mana ada, pohon berbunga di akar! Karena mengira berhadapan dengan jenis tanaman baru, Raffles mengirim laporan tentang bunga , itu kepada British Museum. Seorang botanikus bernama Robert Brown, yang meneliti laporan itu, kemudian memberi nama kenang-kenangan Rafflesia arnoldi, untuk mengabadikan nama kedua penemunya.

Benalu
Mengapa tanaman itu hanya ' terlihat bunganya saja? Di manakah batangnya? Ternyata kemudian, ia hidup sebagai benalu pada suatu tanaman inang. Yang dipilih menjadi kurban, kebanyakan jenis Tetrastigma glabratum. Kadang-kadang juga Vitis Ianceolaria (Oyod epek atau Akar darik-darik), dari familias Vitaceae, yang hidup memanjat pada batang tanaman lain. Memang ia masih satu famili dengan Anggur, Vitis Vinifera, yang juga minta dirambatkan pada tongkat rambatan. Nah! Tanaman pemanjat yang sial ini mempunyai akar yang (tentu saja) hidup subversif dalam tanah, sebagaimana layaknya akar tanaman berbunga. Akar yang malang inilah, yang dulu mula-mula ketempelen biji Rafflesia, biji yang memang lekat dan terbawa - oleh binatang sampai jatuh dan menempel pada akar itu. Biji yang bertunas kemudian menembus kulit akar yang malang itu dengan jaringan sel penghisapnya yang seperti mycelium cendawan, menembus sela-sela jaringan tubuh tanaman inangnya. la tumbuh tanpa daun untuk berfotosintesis. Fotosintesis memang tidak perlu, karena makanan sudah bisa dihisap dari tanaman inang. Jadi untuk apa bersusah payah 'memelihara' daun? Sari makanan dari akar tanaman inang dihisap dengan jaringan pembuluh dalam tangkai calon bunga, dan langsung dipakai untuk menumbuhkan bunga itu sendiri. Batang juga tidak perlu, karena tidak perlu menyalurkan hasil fotosintesis, dan tidak perlu 'berdiri tegak' sebagai pohon. Mula-mula, calon bunga Rafflesia itu hanya seperti kubis coklat saja, bentuknya. Baru sesudah sembilan bulan, ia mencapai ukuran maksimalnya, sebesar roda gerobak bergaris tengah 90 cm. Makota bunganya juga aneh. Tidak tipis gampang robek seperti daun Scnte (Tales-talesan) atau phylodendron. tetapi tebal alot seperti daging tipis. Kalau mahkota bunga berwarna merah coklat bertotol-totol putih sebanyak lima helai itu kemudian terbuka, maka terlihatlah dasar bunga seperti ketel menganga yang sudah hilang tutupnya. Di dalamnya terdapat 'alat perkembangbiakannya', yang tidak sama sempurnanya. Bisa putik (betina) saja tumbuh sempurna, sedang benang sari (jantan)-nya tidak, sehingga bunga itu kemudian disebut bunga betina. Bisa juga benang sarinya saja yang sempurna, sedang putiknya tidak. Lalu ia disebut bunga jantan. Ya! Bunga Rafflesia memang berkelamin satu. jadi harus diserbuki oleh tepung dari bunga Rafflesia lain. Atau menyerbuki putik bunga Rafflesia lain.

Iklan busuk
Sebagai bunga subversif yang boleh dikata hidup bersembunyi di bawah pohon-pohon hutan, Rafflesia tahu benar bahwa ia tidak mungkin mengharapkan penyerbukan bunga dengan bantuan angin. Harus seranggalah yang dimintai jasanya. Bagaimana memikat serangga agar mau menyentuh putik atau benang sari yang siap menunggu dalam ketel di bawah pohon? Ia memasang iklan, berupa bau busuk, seolah-olah menyilakan: 'Silakan, lho! Makan bangkai' Selama seminggu `terbuka terus, bau busuk menusuk hidung siapa saja yang sedang lewat. Termasuk lalat yang terbang sejauh satu meter di seputar bunga itu. Bau itu disebarkan oleh cairan yang dikeluarkan oleh deretan kelenjar, terletak di atas bakal buah. Lalat yang biasanya menaruh telur di atas bangkai busuk itu, setelah masuk ke dalam 'ketel' ternyata tidak menemukan bangkai apa-apa. la berputar-putar dalam ruangan busuk itu. Kakinya yang berbulu sempat ditempeli serbuk sari, yang dihasilkan oleh sederet benang sari pada dinding bunga. Ha'. ltulah yang diharapkan. Nanti, kalau ia keluar lagi (karena bosan), dan kemudian beberapa meter dari tempat itu ia melancong ke bunga Rafflesia lain yang menusuk hidung juga, (dan ia berputar-putar pula dalam pencarian bangkai yang baunya ada, tetapi 'barangnya' tidak ada), ia sudah sempat menempelkan tepung sari titipan ke putik bunga yang kini diinjak-injaknya. Kalau putik sudah dibuahi, bunga Rafflesia itu akan membusuk pelan-pelan, untuk akhirnya mencair menjadi lendir basah, sambil menumbuhkan dan memasakkan biji. Diduga bahwa biji yang terbentuk kemudian dimakan oleh burung atau binatang penggemar bau busuk (misalnya burung Kukuk beluk, Asu ajak, Babi hutan), kemudian disebarluaskan ke tempat lain. Teka-teki Mengapa baru dugaan? Soalnya, memang belum pernah ada peneliti yang melaporkan kesaksiannya sebagai saksi mata, atas peristiwa penyebaran biji Rafflesia arnoldi ini. Binatang macam apa yang menyebarkannya? Kapan dilakukan dan bagaimana caranya yang persis? Ditelan mentah-mentah kemudian dikeluarkan lagi melalui 'pintu belakang'? Atau hanya diinjak-injak porak poranda saja, sehingga ada yang menempel pada bulu kaki, untuk kemudian jatuh dan menempel pada akar Tetrastigma di tempat lain?

Masih ada teka teki kehidupan Rafflesia arnoldi yang belum terjawab. semata-mata karena bunga itu memang hanya tumbuh di hutan belantara Sumatra saja, yang tidak mudah didatangi orang. Kalaupun ada yang berhasil menemukannya sedang mekar, bunga yang hanya mekar selama seminggu itu sukar sekali dikeringkan menjadi herbarium. Susunannya seperti daging basah, yang dalam waktu seminggu sudah hancur menjadi massa lendir seperti kaldu daging. Mungkinkah bijinya dapat disemaikan pada akar Tetrastigma di tempat lain? Tetapi siapa yang sudi melakukan percobaan? Kita hanya tahu bahwa Rafflesia dari familias Rafflesiaceae ini masih berkerabat dekat dengan Aristolochia dari familias Aristolochiaceae. Bunga Aristolochia (sejenis tanaman hias perambat, asal Brasilia, yang banyak dipelihara penggemar kebun kota besar), juga mengeluarkan bau busuk, untuk memikat lalat yang diminta bantuannya sebagai makelar perkawinan. Sampai sekarang baru lebih kurang dua belas jenis Rafflesia yang ditemukan (dan diberi nama bagus). Semuanya ternyata hanya tumbuh di hutan tropik sebelah barat garis Wallace saja, yang dibayangkan membelah kepulauan Nusantara kita di Selat Makasar dan Selat Lombok. Rafflesia manillana dari Filipina; R. borneensis, R. ciliata dan R. witkampi dari Kalimantan. serta R. rochuseni dari Sumatra Barat, semuanya kalah besar bunganya dengan R. arnoldi. Apalagi R. patma dari jawa. Bunganya lebih kecil lagi. Minuman datang bulan Kalau Rafflesia arnoldi sulit ditemukan. Rafflesia patma lebih gampang dicari. Setidak-tidaknya pada zaman dahulu, ketika Pulau Jawa masih banyak hutannya yang tidak digunduli. Atau dimasuki orang yang meninggalkan puntung rokok. jenis dari jawa ini dulu banyak dimanfaatkan sebagai ramuan jamu Padmosari, yang dapat mengembalikan ke-singset-an tubuh para wanita yang mulai gemuk. Menurut nenek yang suka mendongeng, bunga Padma yang berkhasiat hanya ditemukan di Nusakambangan. Lagi pula, tidak begitu mudah diperoleh. Itulah sebabnya, jamu Padmosari (yang asli) hanya terbeli oleh kaum ningrat, para bangsawan dan hartawan saja. Kalau ada rakyat biasa yang ingin turut memanfaatkannya, mereka dikatakan ora ilok (tidak dibenarkan). Itu pada zaman dulu. Zaman sains dan teknologi jamu belum maju. Kini, kita sudah tahu dari laporan tentang pelbagai jenis Rafflesia, bahwa semua Rafflesia hidup parasitik pada akar tanaman pemanjat tetrastigma. Kemudian, pada permulaan abad ke-20 baru diketahui bahwa bunga Padma ternyata tidak hanya tumbuh di Nusakambangan saja, tetapi di hutan manapun di Pulau jawa, yang lembab di daerah berkapur. Terutama sepanjang pantai selatan, waktu masih banyak hutannya dulu. Kini, bunga Padma sudah kembali jarang dan sulit diperoleh lagi. karena habitat (tempat tumbuhnya) sudah banyak yang rusak. Pohon-pohon dalam hutan ditebangi, sehingga Tetrastigma pemanjat yang menjadi tanaman inang bagi mereka banyak yang musnah. jamu Padmosari kemudian disubal dengan tanaman lain yang bersifat adstringent, mengencangkan juga seperti Rafflesia patma. Gadis dan ibu kita zaman mutakhir kemudian ilok saja minum Padmosari aspal (asli tetapi agak palsu). Untuk menjaga kelangsingan tubuh, jamu ini cukup diminum setelah kaum wanita kita 'datang bulan' saja. Itu pun kalau datang'.
 dari Intisari Jan '83

Senin, 28 Maret 2016

Agenda kebijakan luar negeri



Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS. Al Mujaadilah: 22)

Yang akan kita jumpai adalah bahwa Amerika dan sekutu-sekutunya telah menentukan agenda kebijakan luar negeri mereka terhadap negara-negara lainnya di seluruh dunia. Negara-negara lain tidak memiki visi atau ambisi seperti itu; dan oleh sebab itulah kita tidak akan menemukan agenda kebijakan luar negeri di negara-negara tersebut sehingga mereka kehilangan pandangan yang mendunia. Kebijakan internasional, ambisi, atau visi yang menjadi landasan bagi negara-negara pemimpin untuk merumuskan bentuk hubungannya dengan negara lain disebut dengan agenda kebijakan luar negeri. Atas dasar agenda kebijakan luar negeri inilah ditentukan hubungan dengan negara dan bangsa lain di dunia.

“Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti(mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir.” (QS. Al Mumtahanah: 2)

Ini merupakan poin penting yang harus diingat ketika berusaha mengelompokkan negara-negara yang ada di dunia saat ini. Dapat dikatakan bahwa negara-negara yang memiliki agenda kebijakan luar negeri yang terdefinisi dengan jelas merupakan negara yang kuat, berkuasa, dan berpengaruh. Sedangkan negara-negara yang tidak memiliki agenda kebijakan luar negeri yang jelas merupakan negara yang lemah dan tidak independen, yang tidak dapat menentukan nasibnya sendiri, apalagi menentukan nasib negara lain. Urusan-urusan negara dan rakyatnya berada di tangan negara-negara lain yang lebih kuat dan lebih berkuasa. Persengketaan tanah Palestina sekarang ini, misalnya, kita akan melihat bahwa rancangan kebijakan penyelesaian yang digunakan, negosiasi perdamaian yang harus diawasi, perun- dingan damai yang diadakan, serta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya tidak secara eksklusif diatur dan dilaksanakan oleh bangsa-bangsa yang terkait langsung dengan permasalahan itu.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 168)

Kita justru melihat bahwa rencana dan kebijakan pendirian negara otonomi Palestina dan 'internasionalisasi' al-Quds (Jerusalem) — yang memisahkan kaum Muslim dan orang-orang Yahudi- secara praktis justru dirancang dan diarahkan oleh Amerika. Campur tangan itu tampak jelas jika kita mengamati secara seksama kunjungan diplomatik tingkat tinggi para wakil negara asing dan penasihat mereka ke wilayah tersebut. Seorang pengamat yang teliti akan bertanya-tanya, apa sesungguhnya kaitan masalah tersebut dengan bangsa Amerika atau bangsa- bangsa lainnya? Apakah Amerika juga akan mengundang bangsa- bangsa lain untuk menyelesaikan persoalannya sendiri? Akankah Amerika mengundang bangsa-bangsa lain untuk merancang penyelesaian serta mengadakan berbagai konferensi dan perundingan terhadap persoalan pemisahan Washington DC, New York, California, atau negara-negara bagian lainnya - misalnya- atau masalah dalam negeri mereka lainnya? Mengapa Amerika tidak mengundang bangsa-bangsa lain untuk menyelesaikan urusannya sendiri, jika bukan karena ia telah menduduki posisi kepemimpinan di antara negara-negara lainnya?

“Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Az Zukhruf: 62)

Tidak ada penjelasan lain, kecuali hal ini menunjukkan bahwa Amerika adalah arsitek dan pemimpin yang efektif dalam masalah Palestina; hal ini bukan sesuatu yang samar-samar atau diperselisihkan. Inilah bukti bahwa Amerika jelas-jelas memiliki visi mengenai wilayah Palestina, maupun tempat-tempat lain di bagian manapun di bumi ini, sepanjang wilayah tersebut masuk dalam agenda kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Inilah yang menyebabkan Amerika bersikap aktif terhadap permasalahan yang sesungguhnya bukan bagian dari persoalannya. Agenda kebijakan luar negeri inilah yang mengakibatkan Amerika merasa perlu ikut campur tangan dalam urusan negara-negara lain di seluruh dunia. Ini berarti bahwa Amerika mempunyai rancangan dan kebijakan untuk seluruh dunia.

“Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang,” (QS. Ash Shaaffaat: 173)

Jadi tidaklah mengherankan, apabila seseorang berjalan menyusuri koridor gedung Kementrian Luar Negeri Amerika, ia akan menemukan berbagai pintu yang masing-masing bertuliskan nama-nama wilayah dari berbagai bagian dunia. Amerika telah mengelompokkan negara-negara di dunia berdasarkan visi yang telah ditetapkan, dan menentukan lembaga-lembaga dan kebijakan luar negeri untuk mewujudkan visi tersebut. Ada lembaga urusan Afrika, urusan Asia Timur dan Pasifik, urusan Eropa, urusan Timur Dekat, urusan Negara-negara Baru Merdeka Bekas Uni Soviet, urusan Asia Selatan, dan urusan Belahan Bumi bagian Barat. Dengan demikian, agenda kebijakan luar negeri terhadap negara-negara dan bangsa-bangsa lain di dunia hendaknya sudah ditentukan, sehingga akan dapat mendorong dan mengarahkan suatu bangsa pada pandangan yang mendunia. Agenda kebijakan luar negeri suatu bangsa mencerminkan pandangan mereka terhadap dunia dari sudut pandang tertentu. 
 dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah", terjemah al-Qur'an

Sabtu, 26 Maret 2016

Negara yang dominan berpengaruh dan aktif



“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al Anfaal: 65)

Dengan mengamati dan mengindera peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia saat ini, secara kasat mata dapat dilihat bahwa negara-negara yang ada dunia kini terbagi ke dalam dua kelompok besar. Sekalipun jumlah negara yang terpampang di peta dunia sangat banyak, namun ternyata hanya beberapa di antaranya yang memiliki kekuatan signifikan dan mempunyai pengaruh internasional terhadap urusan negara dan bangsa lain. Sedang di sisi lain, negara-negara di luar kelompok tersebut dapat digolongkan sebagai negara-negara yang tidak aktif, negara yang lemah, dan negara yang tidak mampu memberikan pengaruh kepada negara dan bangsa lain; malahan senantiasa dipengaruhi dan tunduk pada kebijakan negara-negara yang lebih kuat dan lebih besar.

“Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu).” (QS. An Nisaa': 45)

Dengan demikian, warga negara-negara tersebut dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan internasional negara-negara lain. Negara yang dominan, berpengaruh, dan aktif dalam kancah internasional adalah Amerika Serikat; sedangkan Islandia, Swaziland, dan Tibet adalah contoh negara-negara yang tidak aktif, lemah, dan tidak mempunyai pengaruh di dunia. Orang bisa melihat dengan jelas bagaimana Amerika, Inggris, dan negara- negara Eropa menjadi negara-negara yang terlibat aktif dalam kampanye menentang Irak; sementara itu Botswana, Namibia, dan Chad tidak jelas benar bagaimana sikapnya. Orang dengan mudah juga bisa membaca bagaimana Amerika, Inggris, dan Prancis mengirimkan utusannya untuk membawa permasalahan Palestina ke meja perundingan; sedangkan peran Pakistan, India, atau Bangladesh dalam penyelesaian masalah itu tidak terlalu berarti. Orang juga melihat bahwa Inggris dan Prancis adalah negara-negara yang menjadi arsitek penentu garis batas antara negara yang ada pada saat ini, bukannya Mauritius, Swiss, atau Norwegia. Orang juga tahu benar bahwa Amerika, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya adalah negara-negara yang menguasai berbagai lembaga internasional, seperti PBB, IMF, dan Bank Dunia, bukannya Brazil, Argentina, ataupun Chile. Dengan demikian, dari sekian banyak negara yang ada di dunia saat ini, ternyata hanya ada beberapa yang dapat disebut sebagai negara-negara yang memimpin.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)

Dengan mengamati hampir semua aspek kenegaraan negara-negara pemimpin ini, akan terungkap dengan gamblang realitas aktivitas mereka dan efektivitasnya di dunia. Mengapa pasukan khusus Inggris -misalnya- merasa perlu melakukan latihan di padang pasir atau hutan belantara, sedangkan tidak ada satu pun padang pasir atau hutan belantara di pulau yang kecil itu? Mengapa pula Amerika mempunyai anggaran khusus yang diperuntukkan bagi kawasan Timur Tengah, sementara tidak satu pun wilayah di Timur Tengah yang menjadi negara bagian Amerika? Demikianlah realitas pengelompokan negara negara yang ada di dunia saat ini. Bangsa yang lebih besar dan lebih kuat, yang direpresentasikan oleh eksistensi negara negara mereka, dalam tata dunia yang ada pada saat ini adalah negara negara kafir kapitalis Barat, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan sejumlah negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Negara negara ini mewakili bangsa mereka dan dipandang sebagai negara negara terkemuka di masa sekarang, dengan AS sebagai pemimpinnya.

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. Al An'aam: 112)

Mengapa mereka ini memperoleh kedudukan sebagai negara negara terkemuka saat ini? Berikut ini akan kami jelaskan mengapa muncul beberapa negara terkemuka, sedangkan negara yang lain hanya menjadi pengekor atau negara terpimpin. Tidak seorang pun meragukan kedudukan Amerika Serikat dan Inggris sebagai negara terkemuka di dunia saat ini. Kedudukan mereka seringkali disinonimkan dengan istilah “penentu kebijakan' atau 'negara adidaya', dan mereka adalah negara negara yang paling aktif -dan juga efektif- yang ada pada saat ini. Mereka mempunyai pengaruh besar dalam menentukan bagaimana dunia diatur sekarang ini. Bila ada orang yang mengamati urusan dunia dan isu isu internasional yang bergulir saat ini, maka ia akan melihat bahwa kedua negara ini tidak hanya terlibat aktif dalam urusan tersebut, tetapi mereka bahkan seringkali memimpin penyelesaian urusan tersebut.

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (QS. An Nisaa': 77)

Dalam realitasnya, bila ada orang yang ingin menggali lebih dalam permasalahan ini, ia akan mendapati bahwa bukan saja subjek permasalahannya terletak ribuan mil dari negara terkemuka tersebut, tetapi tidak jarang permasalahan itu bahkan tidak ada hubungannya secara langsung dengan kepentingan mereka. Keterlibatan mereka dalam berbagai kebijakan di wilayah tersebut serta campur tangan mereka dalam urusan bangsa-bangsa yang sama sekali terpisah dengan bangsanya sendiri memperlihatkan bahwa ada visi serta kebijakan yang mereka emban. Kebijakan ini menjadi landasan bagi setiap kesepakatan dan hubungan antara mereka dengan wilayah tersebut, dan dengan negara dan bangsa lain di setiap penjuru dunia. Demikianlah, bagaimana cara mereka menentukan kepentingan- kepentingannya atas negara-negara lain, serta bagaimana mereka menetapkan pedoman dan pelaksanaan hubungan dengan negara-negara lain.

“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At Taubah: 114)

Mereka itulah negara-negara yang memiliki visi atas seluruh permasalahan internasional, dan memandang dunia dari perspektif ini, sementara negara-negara lain di dunia tidak memiliki karakteristik seperti itu. Maka kita akan mendapati bahwa Amerika memiliki berbagai kebijakan terhadap stabilitas Timur Tengah, kepentingan di Teluk Persia, paket-paket bantuan untuk Afrika, reformasi politik di Pakistan, rencana perdamaian untuk kawasan Timur Tengah, dan sebagainya. Sebaliknya, apakah negara-negara seperti Islandia mempunyai usulan perdamaian bagi konflik yang terjadi di Afrika Tengah? Apakah kita mendapatkan usulan tentang reformasi di Eropa Timur dari negara-negara seperti Pakistan? Apakah kita mendapatkan usulan penyelesaian masalah Kurdi dari negara Lithuania? Kita tidak akan mendapatkan hal-hal seperti itu.
dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah", terjemah al-Qur'an

Selasa, 22 Maret 2016

Hukum Islam diemban oleh negara Khilafah


 
Kurang dari seratus tahun setelah meninggalnya Rasulullah Saw. pada tahun 632 M, hukum Islam yang diemban oleh negara Khilafah telah ditegakkan di wilayah yang luasnya hampir satu setengah kali luas Kekaisaran Romawi pada zaman kejayaannya, yakni di sekitar tahun 100 M pada masa kekuasaan kaisar Trajan. Kekuasaan negara Khilafah yang multi-bahasa dan multi etnik ini terbentang mulai dari padang pasir Arab terus membentang hingga 4500 mil, sampai meliputi tiga benua; mulai dari perbatasan China di sebelah Timur sampai di Spanyol dan Prancis Selatan di sebelah Barat. Bahkan, penaklukkan Islam berhasil menyatukan Timur Tengah, selain Afrika Utara dan Spanyol, di bawah satu kepemimpinan untuk pertama kalinya sejak zaman Iskandar Yang Agung (356 323 SM).

“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.” (QS. Al Furqaan: 31)

Pasukan Iskandar Yang Agung pernah menguasai wilayah wilayah ini, tetapi kekaisaran yang didirikannya dalam waktu 10 tahun sejak meninggalkan Macedonia, telah terpecah belah dan runtuh untuk selamanya. Tetapi hukum Islam berhasil menyatukan wilayah tersebut, dan di bawah kekuasaan Islam orang orang Yunani, Berber, Koptik, Armenia, Arab, Turki, India, dan China bisa bersatu padu. Panji- panji Islam yang dibawa pasukan Islam telah menorehkan sejarah dan mampu memberikan pengaruh yang kuat dan khas ke seluruh dunia; pengaruh yang sangat diperhitungkan hingga kini, yaitu sekitar 1400 tahun kemudian, mulai dari Maroko hingga Indonesia. Atas dasar estimasi yang mutakhir, penganut Islam diperkirakan mencapai jumlah 1,9 miliar -atau lebih dari seperlima penduduk dunia- meskipun penganut Islam di masa-masa awal tegaknya negara Islam di Madinah tidak lebih dari jumlah populasi sebuah kota.

“Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaahaa: 123)

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, dalam waktu kurang dari 100 tahun sejak wafatnya Rasulullah Saw., wilayah yang berada di bawah hukum Islam dan negara Khilafah secara geografis memang sangat luas. Saat ini ada sekitar 45 negara di dunia yang mayoritas dihuni oleh umat Islam. 60% wilayah Laut Tengah dikelilingi oleh negeri-negeri Muslim; sedangkan seluruh wilayah di sekitar Laut Merah dan Teluk Persia adalah wilayah kaum Muslim. Namun demikian, tidak cukup hanya dengan menggambarkan kekuasaan negara Khilafah dari sisi peranannya dalam sejarah militer dan keperkasaannya saja. Bahasa Arab dan kebudayaan (hadlarah) Islam tidak hanya mempunyai pengaruh yang besar di dunia, tetapi juga menjadi sebuah standar bagi seluruh umat manusia. Dampak penyatuan wilayah yang sedemikian luas itu bukan hanya hilangnya rintangan-rintangan politik, tetapi juga simanya hambatan-hambatan bahasa dan ilmu pengetahuan yang sangat ketat di masa sebelum Islam.

Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!” (QS. An Nisaa': 71)

Sebelumnya, selama berabad-abad Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Persia selalu berperang; tetapi sekarang, di masa kekuasaan Islam, seorang mahasiswa kedokteran dari akademi kedokteran di Jundishapur dapat bertemu dengan koleganya dari universitas-universitas lain di lskandariah atau Baghdad, mengadakan diskusi dengan orang Arab atau orang Turki. Dengan cara inilah kota-kota di wilayah negara Khilafah menjadi pusat-pusat pengajaran, kemajuan, dan pendidikan bagi seluruh umat manusia, di mana para sarjana, cendekiawan, pemikir, dan ilmuwan dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan bahasa saling bertukar pikiran serta bersama-sama berbagi ilmu pengetahuan. Selain ibukota negara Khilafah, wilayah-wilayah lain seperti Bukhara, Samarkand, Shiraz, Damaskus, Aleppo (Halah), Kairo, Tunis, Fez, Cordova, dan sebagainya seakan saling berlomba meraih prestasi ilmiah. Pada saat aktivitas intelektual yang intensif berlangsung di dalam negara Khilafah, Eropa tengah mengalami era kegelapan di mana tidak terjadi perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan, dan peningkatan pemikiran.

“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,” (QS. At Taubah: 120)

Negara Khilafah menjadi pemimpin terdepan peradaban dunia. Di sana berkembang berbagai aspek kehidupan manusia; negara Khilafah menyinari seluruh dunia dan menjadi taman bunga di permukaan bumi selama lebih dari 13 abad. Untuk dapat mengerti dan memahami situasi kaum Muslim saat ini, yang berada dalam keadaan lemah tak berdaya, serta untuk menerapkan Islam dan membangkitkan mereka dari keterpurukan dan -lebih jauh lagi- memimpin dunia sebagaimana yang mereka lakukan selama 13 abad lebih, maka pertama-tama kita harus memahami realitas yang dihadapi, khususnya negara- negara yang memimpin dunia dan menempati posisi dominan dalam percaturan internasional saat ini. 
dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah", terjemah al-Qur'an

Senin, 21 Maret 2016

Umat Islam diciptakan untuk meraih kedudukan tertinggi


 

Kemampuan militer dan keinginan untuk menyebarluaskan Islam ke seluruh dunia merupakan sesuatu yang alamiah bagi kaum Muslim; karena hal ini merupakan bagian dari agama mereka. Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad bin Hanbal dinyatakan: Ketika aku berjalan menuju Madinah, seseorang berkata, 'Ketika Rasulullah Saw.. berjalan, aku mendengar beliau Saw. bersabda, 'Aku adalah Muhammad, dan aku adalah Ahmad, dan aku adalah Nabi (penyebar) rahmat, dan aku adalah Nabi (penyeru) taubat, dan yang menghimpun manusia (hasyir), dan yang dimuliakan (muqfa), dan aku adalah Nabi (penyeru) jihad'.

“Demikianlah balasan terhadap musuh-musuh Allah, (yaitu) neraka; mereka mendapat tempat tinggal yang kekal di dalamnya sebagai balasan atas keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Kami.” (QS. Fushshilat: 28)

Kita adalah umat Rasulullah Saw., sehingga kita diciptakan untuk menjadi umat jihad. Selain itu, dari riwayat Mu’adz bin Jabal ra, dikatakan bahwa: Aku berkata kepada Rasulullah Saw., “Wahai Nabi, katakanlah kepadaku amalan yang akan membuatku masuk surga dan terhindar dari siksa api neraka' Maka kemudian Rasulullah Saw. menjawab, “Engkau telah menanyakan sesuatu yang (nampak) berat tetapi (sesungguhnya) merupakan hal yang mudah bagi orang-orang yang dimudahkan oleh Allah. Sembahlah Allah dan jangan menyekutukannya dengan sesuatu apa pun, tegakkan shalat, tunaikan zakat, berpuasalah di bulan Ramadhan, dan kerjakan ibadah haji ke Baitullah' Kemudian beliau kembali berkata, 'Tidakkah aku tunjukkan kepadamu pintu menuju kebaikan? Puasa adalah perisai, shadaqah akan menghilangkan dosa, dan shalatnya seorang laki laki di tengah malam ’ Kemudian beliau Saw. membaca 'Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdo’a kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa-apa rezki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan'. (QS As Sajdah; 16-17). Kemudian beliau Saw. bersabda, “Tidakkah aku beritahukan kepadamu pokok segala urusan, tiang penyangga, serta atapnya (yang melindunginya)? Aku berkata, 'Ya, Rasulullah.’ Maka Rasulullah bersabda, 'Pokok segala urusan adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat, dan puncaknya (atapnya) adalah jihad fisabilillah'. (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali 'Imran: 146)

Lebih jauh lagi, dalam riwayat Abu Umamah, Seorang laki- laki berkata, 'Wahai Rasulullah, izinkanlah aku bertamasya (siyahah)". Maka Rasulullah bersabda: Tamasyanya umatku adalah Jihad fisabilillah. (HR Abu Dawud)

Kemenangan menjadi milik umat Islam ketika mereka giat membuka wilayah, menyebarkan Islam ke seluruh dunia; tentara mereka tak terkalahkan dan disegani manakala negara Khilafah menyatukan seluruh umat dalam satu kepemimpinan; dan mereka pun menjadi negara terkemuka di dunia yang mampu memelihara dan mengendalikan seluruh urusan dunia. Demikianlah, umat Islam diciptakan untuk meraih kedudukan tertinggi dengan jihad, sesuai aturan syariat yang dipraktekkan oleh negara Khilafah Islamiyah.

Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan."” (QS. Al A'raaf: 24)
 dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah"

Saat ini, hanya negara-negara seperti Amerika yang mampu melontarkan rasa takut ke dalam hati negara-negara lain dengan demonstrasi kekuatan militer dan persenjataannya. Tujuan mereka hanyalah untuk merendahkan dan memaksa seluruh dunia agar bertekuk lutut di bawah kekuasaannya. Sementara itu hanya sedikit –atau mungkin bahkan tidak ada– bangsa yang takut dengan kaum Muslim, karena tidak ada negara yang mewakili kepentingan mereka, menerapkan akidah Islam, dan mengaplikasikan agenda kebijakan luar negerinya. Siapa yang akan takut dengan kaum Muslim kalau mereka berperang hanya dengan dada telanjang menyambut sengatan berbagai macam peluru musuh, dan membenturkan kepala mereka ke badan tank berlapis baja?

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al Anfaal: 74)
 dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah"

Minggu, 20 Maret 2016

keperkasaan negara Khilafah dalam perang salib



Dari Perang Salib dikisahkan bahwa, “Pasukan berkuda kaum Muslim ternyata mampu bergerak lebih lincah daripada pasukan Salib. Pada umumnya, tentara Khalifah yang paling piawai akan dikelompokkan dalam pasukan elit. Mereka biasanya menguasai berbagai ketrampilan perang, sehingga tidak jarang berbagai pertempuran berhasil diselesaikan oleh pasukan itu. Strategi mereka benar-benar sempurna. Sebagian besar dari pasukan elit tersebut merupakan penunggang kuda yang pandai memanah. Dengan perlengkapan yang ringan serta menunggang kuda yang kuat dan cekatan, kaum Muslim menjadi tantangan besar bagi pasukan Salib. Tidak hanya karena mereka lebih lincah bergerak daripada para ksatria Salib yang berbaju besi, tetapi juga karena konsep peperangan yang dipegang oleh pasukan Muslim sama sekali berbeda. (Joshua Prawer, The World of The Crusaders, 1972)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al Mumtahanah: 1)

Kekuatan pasukan Salib terletak pada pasukan kavaleri yang besar, yang bertugas membantai apa pun yang ada di depannya. Melawan musuh-musuh yang biasa, peperangan harus bisa diakhiri dengan satu kali serangan; jika tidak, musuh bisa maju menggunakan pasukan bantuan atau pasukan sayap untuk mendekat dan menghabisi mereka. Namun, pasukan Muslim bukanlah pasukan yang biasa-biasa saja. Pasukan Muslim tidak mudah terpancing pada pola pertempuran tertentu, dan jarang menggunakan pola pertempuran yang teratur, sehingga tidak mudah dibantai oleh tentara Salib. Bukan hanya karena pasukan Muslim mampu bergerak lebih lincah, tetapi juga karena mereka memiliki persenjataan -berupa busur panah- yang mematikan. Kaum Muslim tidak mau terpancing untuk bertempur dalam jarak dekat, tetapi seringkali memberikan kejutan berupa serangan panah yang diluncurkan dari jarak 80 meter, yang tidak dapat dijangkau oleh senjata (tombak, lembing, maupun panah) pasukan Salib. Anak-anak panah tersebut jarang meleset dari sasarannya, yakni para penunggang kuda, yang dalam keadaan statis mirip dengan sasaran tembak yang tidak bergerak. Menyerang pasukan Muslim bagaikan mengejar angin; mereka mudah menghilang di bawah ufuk. (Joshua Prawer, The World of The Crusaders, 1972)

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (QS. Ash Shaff: 14)

Dalam posisi bergerak menyerang, situasi pasukan Salib tidak lebih baik. Dari waktu ke waktu, pasukan kavaleri kaum Muslim muncul dari tempat-tempat yang tidak terduga, berlari mengelilingi pasukan musuh, kemudian melancarkan serangan panah yang mematikan, untuk kemudian menghilang, dan muncul lagi tidak lama setelah mengisi penuh tabung-tabung anak panah mereka. Jika anak panah tersebut tidak dapat menembus baju besi ksatria Salib, maka kaum Muslim tidak segan-segan meluncurkan anak panah ke arah kuda-kuda mereka. Bila ksatria itu telah kehilangan kudanya, maka mereka tidak lagi bisa disebut ksatria; karena dalam keadaan seperti itu, kemampuan perang mereka telah hilang sama sekali’. (Joshua Prawer, The World of The Crusaders, 1972). Inilah realita yang terjadi pada Perang Salib.

“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah: 98)

Memang, kaum Muslim pada awalnya adalah orang-orang yang tinggal di tengah padang pasir; tetapi kemudian mereka mulai membentuk kesatuan angkatan laut dengan Mu'awiyah sebagai panglima pertama pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab ra. Armada pasukan Romawi berhasil dikalahkan pada beberapa pertempuran; armada mereka juga pernah melarikan diri dari hadapan pasukan Muslim di Laut Tengah. Armada negara Khilafah yang terdiri dari 500 kapal perang berhasil menaklukkan Siprus, kepulauan Rhodes, serta kepulauan Yunani lainnya. Keperkasaan kesatuan angkatan laut ini bertahan selama berabad-abad, bahkan hingga saat ini.

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ahzab: 9)

Lebih jauh lagi diriwayatkan bahwa, '(Pasukan Salib) menembaki musuhnya dengan menggunakan “Api Yunani' (nafta). Nafta telah lama digunakan dalam perang di lautan dan pada saat-saat pengepungan digunakan untuk menyalakan api pada mesin- mesin perang, termasuk kapal-kapal perang. Sementara itu, kaum Muslim meramu belerang, salpeter, dan minyak nafta untuk membuat bahan bakar yang mampu menyala di air. Penggunaan bahan bakar ini menghasilkan akibat yang sangat besar terhadap pasukan Salib. Orang-orang Barat tidak mempelajari senyawa ini hingga bertahun-tahun kemudian'. (Georges Tate, The Crusaders and the Holy Land).

Tiap nabi yang dahulu selalu mendapat tantangan dan perlawanan dari musuh-musuhnya, tetapi musuh-musuhnya itu dihancurkan Allah. Demikian juga halnya Nabi Muhammad s.a.w. yang mendapat tantangan dan perlawanan dari kaum musyrikin, tetapi akhirnya kaum musyrikin itu hancur.

Demikianlah, kemampuan militer yang ditunjukkan oleh kaum Muslim dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kemampuan militer ini bertahan selama berabad-abad, khususnya ketika kekuasaan kaum Muslim terus berkembang dan meluas, hingga berakhirnya keperkasaan negara Khilafah pada tahun 1924. Oleh sebab itulah negara-negara kolonialis kafir Barat menyatakan, 'Waspadalah terhadap Khalifah kaum Muslim, yang hanya dengan telunjuk tangannya mampu mengerahkan tiga juta pasukan untuk melawan kita dalam suatu pertempuran'. ltulah fakta ketika seluruh umat Islam berada dalam satu kepemimpinan seorang amir (Khalifah), yang menyatukan mereka dalam satu kesatuan, yakni negara Khilafah yang perkasa. Negara inilah yang membuat musuh-musuh Islam menyatakan, "Jika kalian menginjak ekor seekor anjing di Eropa, maka ia akan menyalak di seluruh Asia. Maka waspadalah'. Begitulah, negara-negara kafir Eropa telah mempunyai sebuah gambaran tentang pasukan bersenjata Khilafah Islamiyah, dan gambaran itu adalah sebagai "pasukan yang tak terkalahkan'.

“Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya.” (QS. Fushshilat: 19)
dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah"

Sabtu, 19 Maret 2016

pasukan Muslim berperang melawan pasukan Kerajaan Persia



Pada tahun ke-14 setelah Hijrah, Khalifah Umar bin Khaththab mengumpulkan pasukan Muslim untuk berperang melawan pasukan Kerajaan Persia yang telah mempersiapkan diri melawan pasukan Muslim. Jumlah pasukan Muslim terhitung kecil bila dibandingkan luasnya wilayah Kerajaan Persia dan jumlah penduduknya yang sangat besar.

”Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (QS. Al-Maidah:3)

Pernyataan jihad telah disebarluaskan ke seluruh wilayah, dan Sa’ad bin Abi Waqash ra ditunjuk sebagai panglima pasukan negara Islam. Beliau memberikan rancangan strategi perang kepada komandan pasukan yang bersiap siaga di garis depan. Khalifah memberikan instruksi agar pasukan Muslim berkemah di Qadisiyah. Sa'ad mematuhi perintah itu; setelah meneliti situasinya, panglima mengirimkan laporan yang rinci kepada Khalifah.

”Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berJihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujuraat: 15)

Dengan situasi pegunungan di belakang, Khalifah memerintahkan pasukan untuk membentuk formasi tempur sebagaimana biasanya. Khalifah juga menekankan agar sebelum pertempuran dimulai, pasukan Muslim harus mengirimkan duta (utusan) kepada penguasa Persia untuk menyampaikan dakwah Islam. Tak lama kemudian, sekelompok utusan diberangkatkan dan menemui penguasa Persia untuk menyampaikan dakwah Islam. Namun utusan tersebut hanya ditertawakan, dihina, dan dicemooh.

“Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.” (QS. Al Mujaadilah: 20)

Duta terakhir yang dikirimkan kaum Muslim atas instruksi Khalifah adalah Mughirah. Setelah turun dari kudanya, Mughirah langsung maju ke depan menuju ke tengah-tengah ruang singgasana dan duduk di samping panglima Persia, Rustam. Tindakan provokatif ini mengundang kemarahan para pembesar Persia, sehingga pengawal kerajaan menarik beliau turun dari tempat duduknya. Maka Mughirah berkata kepada pengawal kerajaan, 'Aku datang bukan karena kehendakku sendiri, tetapi karena undangan dari kalian. Oleh karena itu aku adalah tamu kalian, dan sebagai tamu aku tidak pantas mendapat perlakuan seperti ini. Bukanlah kebiasaan kami ada seorang yang duduk seperti dewa, sementara yang lain duduk menunduk di depannya seperti budak'. Mughirah meletakkan tangannya di hulu pedangnya, kemudian berkata, Zlika kalian tidak menerima Islam atau membayar jizyah, maka biarlah pedang yang menyelesaikan urusan ini'. Rustum marah besar dan berteriak, 'Demi matahari' Aku akan menghancurkan seluruh Jazirah Arab besok! Demikianlah, Rustam menyatakan perang. Siangnya, seluruh pasukan Persia telah bersiaga; sedangkan Rustum sendiri telah bersiap dengan dua lapis baju perang yang menutupi kepala hingga jemari kakinya. 'Aku akan melumatkan seluruh Arab hingga hancur berkeping-keping', katanya.

“Mereka (kaum kafir) hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.” (QS. Ash Shaaffaat: 98)

Rustum memang dikenal sebagai panglima perang yang piawai mengatur pasukannya di medan perang. Rustam menempatkan pasukannya dalam tiga belas lapisan, sedangkan di bagian tengah terdapat segerombolan gajah yang dinaiki oleh pasukan yang bersenjata lengkap. Pasukan sayap kanan dan sayap kiri juga diperkuat dengan pasukan gajah di bagian belakangnya. Pasukan Persia sengaja menggunakan pasukan gajah untuk menahan kesatuan Bahilah, yakni pasukan berkuda kaum Muslim yang paling disegani.

“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al Baqarah: 212)

Taktik pasukan Persia ini ternyata cukup berhasil. Pasukan “batu hitam' (maksudnya gajah-pen) tentara Persia ini tidak dikenal oleh kuda-kuda pasukan Muslim; bila bertemu dengan gajah-gajah tersebut mereka menjadi panik dan mendadak berlarian kesana kemari. Pasukan infanteri kaum Muslim tetap teguh dan bertahan di garis depan, tetapi serangan pasukan gajah itu juga membuat mereka goyah. Melihat keadaan ini, segera Sa’ad mengeluarkan perintah kepada kabilah Asad untuk menggerakkan kesatuan Bahilah. Begitu mendapat perintah tersebut, panglima kesatuan Bahilah, Tulaiha -seorang pejuang yang termasyhur- berkata kepada pasukannya, 'Anak-anakku, ingatlah bahwa Sa'ad telah mengharapkan bantuan dari kalian'. Terdorong oleh ucapan tersebut, kesatuan ini memacu kuda mereka untuk menyerang pasukan gajah.

“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (QS. Ali 'Imran: 173)

Keberanian dan kelihaian kesatuan Bahilah dalam berperang membuat pasukan gajah tertahan sementara waktu; namun pasukan Persia kemudian meninggalkan kesatuan Bahilah, dan menggunakan seluruh kekuatannya untuk menyerang pasukan Muslim yang datang membantu. Perubahan strategi pasukan Persia membuat Sa'ad mengeluarkan perintah berikutnya. Sa'ad memerintahkan kesatuan Tamim, yang terdiri dari para pemanah dan pelempar tombak yang piawai, untuk menggunakan kemampuan mereka mematahkan serangan pasukan gajah. Mendengar perintah tersebut, para pemanah dan pelempar tombak menempatkan diri dalam formasi pertempuran, dan segera menghujani pasukan gajah dengan panah dan tombak yang berhasil menjatuhkan para penunggangnya.

“Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS. Al Anfaal: 16)

Pertempuran itu terus berlanjut hingga matahari tenggelam. Demikianlah pertempuran hari pertama. Hari berikutnya, pasukan bantuan dari Syria dibagi-bagi oleh Qa’qa’ menjadi beberapa kelompok kecil. Begitu kelompok 'pertama telah terlibat dalam pertempuran, kelompok lainnya muncul dari kejauhan dan kemudian terjun ke medan perang; demikian seterusnya sepanjang hari. Taktik ini ternyata bisa menggentarkan pasukan Persia, karena setiap kali sebuah kelompok terjun ke medan perang, mereka maju sambil meneriakkan takbir keras-keras, Allahu Akbar! Sementara itu, untuk memperlemah serangan pasukan gajah terhadap pasukan Muslim, Qa’qa’ menggunakan gagasan yang sangat cemerlang, Beliau 'mendandani' unta-unta pasukan Muslim dengan beberapa perlengkapan, termasuk dengan menutupi kepala unta dengan jubah, sehingga membuat penampilan unta-unta tersebut tampak aneh dan menakutkan. Siasat tersebut terbukti cukup efektif, terbukti bahwa setiap kali 'gajah palsu' itu lewat, kuda-kuda pasukan Persia mendadak panik sehingga tidak bisa dikendalikan. Itulah pertempuran hari kedua.

“(Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada di bawah kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS. Al Anfaal: 42)

Hari ketiga, Qa’qa’ menggunakan strategi pertempuran yang berbeda. Ketika malam datang, Qa’qa’ memerintahkan sejumlah kesatuan pasukan berkuda ditemani beberapa orang pasukan infanteri pergi ke beberapa lokasi yang cukup jauh. Dia kemudian memerintahkan agar pada saat fajar menjelang, pasukan pertama memacu kudanya menuju pasukan Persia, kemudian diikuti oleh kelompok-kelompok lain dari berbagai lokasi yang berbeda secara berkesinambungan. Begitu hari terang, pasukan pertama memacu kudanya dengan penuh semangat. Seluruh pasukan Muslim berteriak bersama-sama, Allahu Akbar. Seruan serupa juga datang dari berbagai penjuru tempat pasukan bantuan itu berada. Sementara itu, Hisyam (yang dikirim Abu Ubaidah dari Syria) bersama 700 pasukan berkuda datang pada saat itu pula.

“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al Anfaal: 45)

Sa'ad yang masih melihat adanya celah akibat serangan pasukan gajah kepada pasukan Muslim, berusaha mencari informasi intelejen mengenai masalah tersebut. Informasi tentang 'monster hitam' dari beberapa orang Persia yang telah memeluk Islam menyebutkan bahwa titik lemah binatang tersebut adalah pada mata dan belalainya. Sa' ad memberikan informasi ini kepada Qa’qa’, Hammal, dan Rabil yang kemudian menyebarluaskannya ke tengah-tengah pasukan Muslim. Pertama-tama Qa'qa' memerintahkan sekelompok pasukan berkuda dan infanteri untuk membentuk barikade di sekeliling gajah-gajah tersebut. Dia dan Asim kemudian melemparkan tombak kepada gajah berwarna putih yang sangat besar. Lemparan tombak kedua orang itu, dengan akurasi yang sangat tinggi, berhasil mengenai kedua mata gajah tersebut. Maka dalam keadaan tersiksa rasa sakit yang teramat sangat, gajah tersebut terhuyung-huyung ke belakang. Tanpa membuang waktu, Qa’qa dengan sekuat tenaga mengayunkan pedangnya menebas belalai gajah tersebut hingga lepas dari kepalanya. ‘Monster’ yang terluka itu kemudian berbalik ke belakang dan berlari tanpa kendali. Gajah-gajah yang lain juga menjadi sasaran serangan yang serupa. Begitu melihat gajah-gajah yang kesakitan itu pergi meninggalkan medan pertempuran, maka gajah-gajah lain segera mengikutinya, sehingga dalam waktu singkat “awan hitam" itu hilang sama sekali. Inilah pertempuran Qadisiyah.

“Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala,” (QS. Ibrahim: 15)

dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah"

Kamis, 17 Maret 2016

contoh perjuangan pasukan Muslim



Sepanjang sejarah, pasukan Muslim merupakan kekuatan yang disegani dan dihormati; bahkan selama berabad-abad, negara-negara lain -terrnasuk negara-negara Eropa- beranggapan bahwa pasukan Muslim tidak akan pernah dapat dikalahkan. Seluruh bangsa di penjuru dunia dapat melihat dengan jelas realitas ini.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur:55)

Berikut ini adalah beberapa contoh perjuangan pasukan Muslim. Sebuah pasukan berkekuatan 200.000 personel bersenjata lengkap yang tak lain merupakan pasukan kekaisaran Romawi - negara adidaya pada masa itu-- suatu ketika berhadapan dengan pasukan Muslim. Al-Waqidi mengisahkan dari al-ltaf bin Walid, 'Abdullah bin Rawahah telah terbunuh pada sore itu. Khalid bin Walid ra menghabiskan malam itu tanpa melakukan serangan kepada musuh. Esok paginya, Khalid bin Walid mengatur ulang formasi pasukan, dengan menempatkan pasukan berkuda di belakang dan mengganti pasukan sayap di sebelah kiri dan kanan. Pasukan Romawi yang tidak mengenal panji-panji, tanda-tanda, dan pola formasi pasukan Muslim, mengira bahwa akan datang pasukan bantuan. Maka mereka pun merasa takut dan mundur dengan rasa panik, sehingga mereka mengalami kekalahan, karena belum pernah ada musuh yang mampu membuat mereka mundur dari medan perang'. Itu adalah peristiwa yang terjadi di medan Perang Mu'tah.

”Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun.” (QS. Al-Ahzab:25)

Seorang pakar militer yang terkenal sekaligus Panglima Divisi lll Pasukan Jerman, Jenderal Aaron Rommel, suatu kali pernah ditanya tentang rahasia keberhasilan taktiknya dalam peperangan. Ia menjawab secara lugas bahwa ia meniru taktik yang dipakai oleh panglima perang pasukan Muslim yang terkenal, Khalid bin Walid ra.

“Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap” (QS. Al-Isra:81)

Rasulullah Saw. telah merintis strategi sebelum perang, dengan membentuk dan mengirimkan pasukan khusus yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi intelejen. lbnu Ishaq menceritakan, 'Sore itu beliau Saw. mengirimkan Ali, az-Zubair ra, dan Sa' ad bin Abi Waqqash ra, bersama sejumlah pengikutnya ke sumber air Badar untuk mencari informasi'. Adalah Yazid ibn Ruman yang meriwayatkan kisah ini dari Urwah ibn az-Zubair. 'Mereka bertemu dengan dua orang pengambil air bagi pasukan Quraisy, yaitu Aslam -seorang remaja dari suku al-Hajjaj- bersama dengan Arid Abu Yasar -seorang remaja dari suku al-'Ash bin Sa'id. Mereka membawa kedua anak tersebut ke tempat pasukan Muslim dan menanyai keduanya, sementara Rasulullah Saw. tengah mengerjakan shalat. Kedua anak tersebut mengaku bahwa mereka bertugas mengambil air untuk kepentingan pasukan Quraisy. Selesai shalat, Rasulullah Saw. bertanya kepada kedua anak tersebut.
“Cobalah kamu terangkan keadaan kaum Quraisy!' Mereka menjawab, “Mereka berada di balik bukit di seberang lembah ini'. Nabi kemudian kembali bertanya, `Berapakah jumlah kaum Quraisy yang datang? Mereka menjawab, 'Banyak'. Rasulullah Saw. bertanya, “Berapa banyak jumlahnya? Mereka menjawab, “Kami tidak tahu'. Kemudian Nabi bertanya, 'Berapa ekor unta yang mereka sembelih setiap harinya? 'Kadang mereka menyembelih sembilan ekor setiap hari, dan kadang- kadang sepuluh ekor'. Maka Rasulullah Saw. menyimpulkan, “Kalau begitu jumlah mereka antara 900 sampai 1000 orang'.

”Katakanlah: "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” (QS. Saba’:49)

dari "Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah"

Kedudukan Aqidah Islam



Kedudukan Aqidah Islam
(b) Aqidah Islam
 
Kedudukan Aqidah Islam sangat penting dan utama
       Masalah pokok (asal) dalam Islam: asas pandangan hidup: Landasan dan kaidah berfikir dan berbuat: tolak ukur: penentu sikap dan tingkah laku sehari-hari: standar hidup: garis pemisah jalan pikiran seseorang untuk menentukan benar-salah.
       Pemikiran paling mendasar (pandangan hidup) yang  melahirkan pemikiran-pemikiran cabang.
       Menguasai pikiran dan keinginan seseorang sehingga segala usaha dan daya upaya manusia selalu terpaut akidahnya. Misalnya orang yang berbuat atas dasar akidah akan penuh semangat dan sungguh-sungguh. Sebaliknya tanpa akidah, maka mudah lemah, lesu, malas.
       Landasan peradaban, tempat tiang Islam didirikan, sumber dihasilkannya segenap aturan, undang-undang, norma, dan tata nilai masyarakat, menjadi Dasar berdirinya suatu negara serta prinsip-prinsip ideologis kehidupan kaum muslimin menuju jalan kebangkitan.
       Asas bangunan umat (ibadah, makanan, pakaian, akhlak), masyarakat (muamalat), dan negara (politik, pendidikan sains, ilmu pengetahuan) untuk sukses dunia-akhirat.
       Menentukan arah pandang, cita-cita, tujuan pemeluknya (diyakini kebenarannya, diperjuangkan, dipertahankan, disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia) menjadi pandangan hidup, way of life, millah.

AQIDAH SEBAGAI ASAS KEHIDUPAN
       Rasulullah mendidik umat dengan pondasi kuat ini dan membangun masyarakat Islam, mendirikan pemerintahan Islam berdasar aqidah Islam. syahadat Laa ilaaha illallah menjadi asas segalanya (individu, interaksi  masyarakat, menyelesaikan  perkara, asas kekuasaan dan bernegara) hingga terbebas dari perbudakan dan belenggu keyakinan yang menghalangi kemajuan berfikir dan produktifitas amal sholeh.
      Urusan dalam negeri: lihat piagam Madinah! antara kaum Muhajirin, Anshar, dan Yahudi: “Sesungguhnya apabila terjadi  kejadian atau perselisihan di antara mereka yang terlibat perjanjian ini serta dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan, hal itu harus dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya”.
      Urusan luar negeri: dakwah dan jihad: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia (militer kafir harbi) sampai mereka mengucapkan Laa ilaaha  illallah, Muhammad Rasulullah. Apabila mereka telah mengucapkannya, darah (nyawa) dan harta mereka terlindung dariku (tidak dizalimi), kecuali karena hak. Allahlah yang menghisab mereka.” (H.R. Bukhari, Muslim, dan 4 sunan)
      Asas peraturan dan UU: “Maka demi Rabbmu pada hakekatnya mereka tidak  beriman sebelum  mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai  hakim yang memutuskan perkara yang mereka perselisihkan.” (Q.S. An-Nisa: 65) keimanan (aqidah) seseorang diukur dari ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sifat aqidah Islam
       Sederhana/simpel: mudah dicerna/ dipahami, sederhana, tidak ruwet, lugas, sesuai fitrah manusia, jauh dari perdebatan filsafat yang hanya khayalan kosong maka negeri yang dikuasai Islam, penduduknya berbondong-bondong memeluk aqidah Islam.
       Agung dan mulia: berasal dari wahyu Allah SWT: Al-Qur’an dan Hadits mutawatir
       Pasti kebenarannya: sumbernya pasti (al-Qur'an dan hadits mutawatir) dan maknanya pasti (ayat muhkamat).

Pengertian Aqidah Islam
       Aqidah = apa yang dii’tiqadkan (diyakini) dalam hati (akal). Fungsi akal menurut Al-Qur`an: “Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah).” (Q.S. Al-A’raf: 179)
       Menurut bahasa arab: simpul (ikatan)à sesuatu yang dipegang teguh dan ia terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat (mudah) beralih darinya.
       Menurut Istilah: pemikiran menyeluruh dan mendasar tentang manusia, alam semesta dan kehidupan, tentang sebelum kehidupan dan sesudahnya dan hubungan ketiganya dengan alam sebelum dan sesudahnya.
       Menurut Istilah ulama: Iman yang sesuai dengan kenyataan dan ia dikuatkan dengan dalil/bukti.
       Menurut Prof. TM. Hasbi Ash Shiddiqy: Iman ialah kepercayaan yang kuat (pasti), tidak dipengaruhi oleh syak (ragu-ragu) atau wahan (persangkaan yang tidak beralasan) ataupun dzon (dugaan kuat), bukan iman yang dihasilkan dari jalan yang tidak pasti (mengandung zhan) sehingga menimbulkan perbedaan di antara para ulama, yang seperti ini tidak boleh! Inilah garis pemisahnya.
       Menurut Imam Al-Ghazali: “Iman adalah suatu pembenaran yang pasti yang tidak ada keraguan ataupun perasaan bersalah yang dirasakan oleh pemeluknya.
       Menurut Imam an-Nasafi: “Iman adalah pembenaran hati yang sampai pada tingkat kepastian dan ketundukkan.” pembenaran pasti (tashdiqul jazm) maka hujjah/dalilnya harus qath’i agar aqidah kita selamat, lurus, bukan ajang perbedaan pendapat/ ijtihad.
       Aqidah Islam: Pembenaran (iman) yang bersifat pasti (tashdiqul jazm) sesuai dengan kenyataan yang ada/ adanya bukti, bukan diada-adakan atau dugaan tapi 100% yakin, tidak boleh ada keraguan sedikitpun, jika ada yang diragukan dalam aqidah Islam maka sama dengan kafir. pilihannya: iman atau kafir, tidak bisa 50% - 50%.
       Kesesuaian dengan fakta terindera yang diamati di alam sekitar secara aqli: adanya Pencipta, Rasul, Al-Qur`an dapat dijangkau panca indera kebenarannya bukan doktrin belaka keturunan/ masyarakat.
       Naqli (wahyu) yang dibenarkan secara aqliyah misalnya adanya malaikat hanya diperoleh lewat nash/teks (naqli) Al Qur'an, tetapi Al Qur'an-nya sendiri diyakini dengan jalan aqliyah.
       Menurut Syekh Taqiyuddin aqidah = pembenaran yang pasti (tashdiq  al-jaazim) yang sesuai dengan kenyataan berdasarkan dalil/bukti.
       Menurut Mahmud Syaltouth: aqidah adalah cara pandang yang diyakini lebih dulu sebelum segala perkara yang lainnya diyakini tanpa keraguan dan kesamaran.
       Aqidah Islam: iman  kepada  Allah Swt., para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari Kiamat, Qadla dan Qadar baik buruknya dari Allah, ajal, rizki, tawakal, pertolongan Allah, sifat-sifat Allah, kema’shuman para Nabi dan Rasul, mu’jizat al-Qur’an, surga dan neraka, yaumul hisab, adanya jin, syetan, kisah-kisah/ riwayat dalam al-Qur’an, hadits-hadits mutawatir, dsb.
       Islam: Aqidah dan syariah. Pembahasan aqidah menyangkut hal-hal pokok saja dalam urusan ushuluddin, sedangkan perkara aktivitas/perbuatan masuk bagian syariat Islam/ fiqih Islam.

       Mengimani kehidupan abadi di akhirat (surga-neraka).
       Penciptaan jin dan manusia ada tujuannya. "(Dan) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu" (Adz- Dzariyaat: 56)
       Pembalasan amal (azab/siksaan)
       Kewajiban mengemban risalah Islam, dll.

Rukun iman
       Bersabda Rasulullah Saw.: Islam itu dibangun atas lima perkara: Syahadat bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan (ibadah) haji dan berpuasa (shaum di bulan) Ramadhan  (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Turmidzi dan Nasa’i)
       Di atas kesaksian inilah didirikan Islam dengan segala aspeknya, menjadi dasar atas segala sesuatu:
      ibadah dan taqarrub (pendekatan diri kepada Allah Swt.)
      mu’amalaat  (hubungan antara sesama masyarakat, dan antara negara dan rakyat)
      math’umaat (makanan dan minuman)
      malbusaat (pakaian dan perhiasan)
      ‘uqubaat  (hukuman terhadap pelanggaran dan kejahatan)
      bayyinaat (pembuktian perkara di dalam pengadilan)
      akhlak  (budi pekerti).

Related Posts with Thumbnails

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam