Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 25 September 2018

Puncak Tauhid Itu Tegaknya Khilafah



LENTERA KEBANGKITAN

Puncak Tauhid Itu Tegaknya Khilafah

Intisari semua risalah yang dibawa dan diemban oleh para Nabi dan para Rasul adalah ajaran tauhid. Tauhidullah yakni mengesakan Allah SWT semata. Tidak mengakui keberadaan tuhan selain Allah SWT. Allah SWT berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

"Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami mewahyukan kepada dia bahwa tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku. Karena itu sembahlah Aku oleh kalian." (QS. Al-Anbiya’ [21]: 25)

Allah SWT juga berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

"Sungguh Kami telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah oleh kalian Allah saja dan jauhilah thâghût-thâghût itu." (QS. An-Nahl [16]: 36)

Islam adalah agama yang dibangun di atas tauhid. Kalimat dakwah pertama yang disampaikan kepada umat manusia oleh Nabi Saw. adalah ajakan mengesakan Allah SWT dan mengakui dirinya sebagai utusan Allah SWT. Ajaran itu pula yang dibawa oleh baginda Nabi Muhammad Rasulullah Saw. untuk disampaikan ke seluruh penjuru alam.

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالَى

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan yang haq kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat dan membayar zakat. Jika mereka melakukan semua itu, berarti mereka telah melindungi darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam. Adapun perhitungan atas dosa mereka diserahkan kepada Allah SWT." (HR. Muttafaq ‘alaih)

Mentauhidkan Allah bukan semata mengakui Dia sebagai Maha Pencipta. Tidak cukup. Tapi harus pula mengesakan Allah SWT dalam ketuhanan-Nya. Sebab, dulu kaum musyrik pun mengakui keberadaan Allah. Mengakui Allah sebagai Pencipta, namun mereka juga menyembah berhala dan makhluk lain.

Allah SWT berfirman:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ

"Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka menjawab, "Allah." Katakanlah, "Karena itu terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain Allah jika Allah hendak mendatangkan kemadharatan kepadaku, apakah berhala-berhala kalian itu dapat menghilangkan kemadharatan itu, atau jika Allah hendak memberikan rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?” Katakanlah, "Cukuplah Allah bagiku." Kepada Dialah bertawakal orang-orang yang berserah diri." (QS. Az-Zumar [39]: 38)

Sungguh ajaran tauhid membawa dampak yang luar biasa kepada manusia sepanjang masa. Ajaran tauhid melahirkan kebangkitan dan keberanian untuk melakukan perubahan melawan kesyirikan dan kezhaliman, serta kebangkitan dan keberanian untuk meruntuhkan kedigdayaan peradaban kufur tirani yang angkara murka.

Dengan modal kalimat tauhid, Nabiyullah Ibrahim As berani menghancurkan berhala-berhala sesembahan kaumnya, berhadapan dengan Raja Namrudz yang zhalim, bahkan merelakan dirinya dibakar hidup-hidup dalam kobaran raksasa api yang sangat panas.

Dengan dorongan kalimat tauhid Nabi Musa As. dan Nabi Harun As. berani menghadapi kediktatoran Fir’aun bersama kejahatan tukang sihir dan pasukannya.

Demi kalimat tauhid para sahabat radhiyallahu 'anhum dan orang-orang shalih pun rela mengorbankan harta dan jiwa mereka di jalan Allah SWT. Mush’ab bin Umair ra. rela meninggalkan kemewahan hidupnya dan kasih sayang kedua orangtuanya demi memilih berada di barisan pendukung kalimat tauhid.

Karena kalimat tauhid Bilal bin Rabbah ra. pun sanggup menahan siksaan orang kafir. Demikian pula keluarga Yasir, demi mempertahankan kalimat tauhid, Summayah istri Yasir rela menerima siksaan yang mengantarkannya kepada syahid pertama dalam Islam.
Karena itulah, Islam datang untuk membongkar kebatilan akidah umat manusia sepanjang masa. Apakah kaum Ahlul Kitab yang meyakini Isa al-Masih sebagai bagian dari tuhan, atau kaum Yahudi yang mempercayai Uzair sebagai anak tuhan, atau kaum paganis yang mempersekutukan Allah SWT dengan berbagai mahluk-Nya. Islam mengajak mereka untuk beribadah dan taat hanya kepada Allah SWT.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Katakanlah, "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) pada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, yakni bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah, tidak mempersekutukan Dia dengan apapun dan sebagian kita tidak pula menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling, katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS Ali Imran [3]: 64)

Berkat kalimat tauhid, umat manusia dibebaskan oleh Islam dari penyembahan kepada sesama mahluk. Mereka hanya tunduk dan taat pada Allah SWT. Tidak ada yang dimintai bantuan dan pertolongan melainkan Allah ‘Azza wa Jalla. Tak ada yang diharapkan ridhanya selain ridha Allah SWT. Tak ada yang ditakuti selain kemurkaan-Nya.

Pemahaman tauhid yang benar akan membuat orang yang lemah menjadi bangkit dan kuat, bangsa jahiliyah menjadi penguasa dunia dan bangsa yang lemah menjadi adidaya super power. Manusia yang berbeda suku bangsa, warna kulit dan bahasa justru bisa disatukan secara hakiki dengan ikatan tauhid. Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah antara kedua saudara kalian itu dan takutlah kepada Allah agar kalian mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat [49]: 10)

Tauhid sejatinya melahirkan ketaatan mutlak hanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Ketaatan hanya kepada Allah SWT tentu menafikan pihak lain untuk ditaati. Tauhid pun meniscayakan bahwa pembuat hukum yang wajib ditaati hanyalah Allah SWT. Dialah sebaik-baik pembuat aturan bagi manusia. Ketika seorang manusia tidak mau berhukum pada hukum Allah dan Rasul-Nya, tentu tauhidnya ternoda. Allah SWT berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

"Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim atas perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada keberatan di dalam hati mereka atas putusan yang kamu berikan dan mereka menerima keputusan itu dengan sepenuhnya." (QS. An-Nisa’ [4]: 65)

Selain itu Allah SWT juga mengecam orang yang mengada-adakan hukum dengan menyatakan halal-haram untuk membatalkan hukum-Nya.

وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ

"Janganlah kalian mengatakan apa yang disebut-sebut oleh lidah kalian secara dusta, "Ini halal dan ini haram," untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sungguh orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung." (QS. An-Nahl [16]: 116)

Imam Ibnu Abi al-Izz al-Hanafi dalam Syarh ‘Aqidah Thahawiyah (2/267) mengatakan, “Sungguh jika seseorang meyakini bahwa hukum yang Allah turunkan tidak wajib, bahwa boleh dipilih (untuk tidak dilaksanakan), atau ia merendahkannya, padahal ia meyakini itu adalah hukum Allah, maka ini adalah kekufuran yang besar.”

Ketaatan pada hukum Allah SWT adalah refleksi tauhid seorang Muslim. Ia tidak akan menjadikan Syariah Islam sebagai perkara yang boleh dipilih sesuka hati. Ia memahami bahwa memilih hanya Syariah Islam adalah kewajiban. Ia pun akan menjauhkan diri dari sikap sombong dan meremehkan hukum-hukum Allah. Tak mungkin ia membanggakan sistem demokrasi dan kapitalisme yang notabene lahir dari hawa nafsu manusia. Jika ia mengklaim bertauhid, maka tak ada hukum atau aturan yang wajib ia laksanakan selain aturan-aturan Allah SWT atau Syariah Islam. [Buletin Kaffah No. 057 (11 Muharram 1440 H - 21 September 2018 M)]

Oleh sebab itu, ajaran tauhid Islam khususnya kalimat tauhid atau kalimat tahlil tidak boleh dikriminalisasi, dan tidak boleh pula distigmatisasi negatif, serta tidak boleh pula dimonsterisasi sebagai simbol radikalisme, simbol terorisme, simbol anti Kebhinekaan dan simbol intoleransi.

Ajaran tauhid Islam khususnya kalimat tauhid atau kalimat tahlil tersebut pun tidak boleh difitnah, dan tidak boleh dikriminalisasi, serta tidak boleh dimonsterisasi dengan tuduhan sebagai simbol organisasi terlarang, simbol organisasi radikal dan simbol organisasi teroris.

Ajaran tauhid Islam khususnya kalimat tauhid atau kalimat tahlil tersebut pun tidak cukup ditulis, dibaca dan diucapkan dengan lisan dan diimani dalam hati saja, namun juga wajib dibumikan dalam segala aspek kehidupan khususnya dalam kehidupan bernegara dengan meniadakan atau mencampakkan seluruh hukum jahiliyah buatan manusia seperti demokrasi kapitalisme sekulerisme, sosialisme komunisme, teokrasi, monarkhi, dan lain-lain. Dan kemudian bersegera menerapkan hukum Allah SWT (yakni Syariah Islam) semata secara kaffah dalam segala aspek kehidupan dalam bingkai Khilafah.

Sebab tanpa Khilafah, Syariah Islam tidak bisa diterapkan secara totalitas dalam segala aspek kehidupan khususnya terutama dalam hal mu'amalah seperti perkara politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kesehatan, hukum-persanksian, peradilan, pertahanan dan keamanan.

Karena itu, sejatinya Khilafah adalah taajul furudh (mahkota kewajiban) sang pelaksana Syariah dan pemersatu umat. Dan Khilafah adalah tuntutan dari akidah tauhid Islam itu sendiri sekaligus tuntutan dari kalimat tauhid atau kalimat tahlil tersebut.

Dengan tegaknya Khilafah, maka seluruh hukum-hukum Allah atau Syariah Islam tersebut akan bisa diterapkan kembali secara kaffah atau secara totalitas dalam segala aspek kehidupan sehingga akan terwujud kembali berlanjutnya kehidupan Islam dan risalah Islam akan bisa disebarluaskan kembali ke segala penjuru alam dengan dakwah dan jihad sehingga benar-benar Islam rahmatan lil 'alamin dan khairu ummah (umat yang terbaik) akan terwujud kembali dalam menebar rahmah dan berkah bagi dunia dan alam semesta.

Oleh sebab itulah, sesungguhnya puncak tauhid dan puncak kalimat tauhid atau kalimat tahlil tersebut adalah tegaknya Khilafah Rasyidah Islamiyah Wa'dullah (janji Allah) wa Fardhun minallah (kewajiban dari Allah) wa Busyrah Rasulillah (kabar gembira Rasulullah Saw.) sebagai bukti keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Wallahu a'lam bish shawab. []

#2019TumbangkanDemokrasi
#2019TegakkanKhilafah
#ReturnTheKhilafah
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahAdalahSolusi []

Bacaan: @Zakariya al-Bantany, Puncak Tauhid Itu Tegaknya Khilafah

Senin, 24 September 2018

Nasihat Bagi Pembenci Khilafah Dan Kalimat Tauhid



LENTERA KEBANGKITAN

Nasihat Bagi Pembenci Khilafah Dan Kalimat Tauhid

Khilafah dan Kalimat Tauhid adalah ajaran Islam bahkan bagian integral dari Islam. Kalimat Tauhid adalah inti dari ajaran Islam dan Khilafah adalah mahkota kewajiban yang notabene adalah representasi Islam kaffah yang merupakan tuntutan dari Akidah Tauhid Islam.

Sebab, dengan tegaknya Khilafah seluruh hukum-hukum Islam (Syariah Islam) bisa dengan sempurna diterapkan dan dibumikan secara kaffah dalam segala aspek kehidupan khususnya dalam mu'amalah seperti ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, kesehatan, hukum, peradilan, persanksian, pertahanan dan keamanan.

Khilafah pun adalah ajaran Ahlussunnah Wal Jama'ah dan sejatinya Khilafah pun berasaskan atau berdiri di atas Akidah Tauhid Islam bahkan tegaknya Khilafah pun merupakan puncak Tauhid.

Oleh karena itulah, jika seseorang yang mengaku Muslim tapi ia berani membenci, memusuhi, mempersekusi, dan mengkriminalisasi ajaran Islam perihal Khilafah dan Kalimat Tauhid, maka patut dipertanyakan ketauhidannya atau keimanannya dan keislamannya tersebut.

Karena itulah, jika anda masih bertauhid atau masih punya iman dan masih punya akal sehat, serta masih punya hati nurani, dan masih merasa Muslim maka baca dan renungkanlah QS. An-Nisaa ayat 97 ini:

إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلآئِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُواْ فِيمَ كُنتُمْ قَالُواْ كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الأَرْضِ قَالْوَاْ أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُواْ فِيهَا فَأُوْلَـئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءتْ مَصِيرًا

"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?" Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?" Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. an-Nisaa': 97)

Asbabun Nuzul ayat tersebut:

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Haiwah dan lainnya; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman Abul Aswad yang menceritakan, "Telah diputuskan untuk mengirimkan suatu pasukan terhadap penduduk Madinah, lalu aku mendaftarkan diri pada pasukan itu.
Aku bersua dengan Ikrimah maula Ibnu Abbas, lalu aku ceritakan hal tersebut kepadanya. Dia melarangku melakukan hal tersebut dengan larangan yang keras. Lalu ia berkata, “Telah menceritakan kepadaku Ibnu Abbas, bahwa dahulu ada sejumlah kaum muslim bersama-sama kaum musyrik memperkuat pasukan mereka di masa Rasulullah Saw.
Maka ada anak panah yang meluncur dan mengenai seseorang dari kaum muslim yang bergabung dengan pasukan kaum musyrik itu, lalu ia mati terbunuh, atau terpukul lehernya oleh pedang hingga mati. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri (QS. An-Nisa: 97)." Al-Lais meriwayatkannya melalui Abul Aswad.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mansur Ar-Ramadi, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad (yakni Az-Zubairi), telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syarik Al-Makki, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Dinar dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa dahulu ada suatu kaum dari kalangan penduduk Mekkah.
Mereka menyembunyikan keislamannya. Tetapi kaum musyrik memaksa mereka berangkat berperang dalam Perang Badar bersama-sama mereka, lalu ada sebagian dari mereka yang gugur. Maka orang-orang muslim berkata, "Mereka yang gugur di antaranya terdapat sahabat-sahabat kita, yaitu kaum muslim; mereka dipaksa mengikuti perang." Akhirnya mereka memintakan ampun buat mereka yang gugur.
Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri." (QS. An-Nisa: 97), hingga akhir ayat. Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Lalu dikirimkan surat kepada orang-orang muslim yang tersisa berisikan ayat ini, dan dikatakan kepada mereka bahwa tiada uzur yang dapat diterima dari mereka." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Kemudian kaum muslim yang tersisa (di Mekah) itu keluar, tetapi mereka dikejar oleh kaum musyrik, lalu kaum musyrik memberi mereka perlindungan. Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: “Di antara manusia ada yang mengatakan bahwa kami beriman kepada Allah” (QS. Al-Baqarah: 8), hingga akhir ayat."

Ikrimah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sejumlah pemuda dari kalangan kabilah Quraisy yang mengakui dirinya telah masuk Islam di Mekkah, antara lain ialah Ali ibnu Umayyah ibnu Khalaf, Abu Qais ibnul Walid ibnul Mugirah, Abu Mansur ibnul Hajjaj, dan Al-Haris ibnu Zam'ah.
Ad-Dahhak mengatakan, ayat ini diturunkan berkenaan dengan sejumlah orang dari kaum munafik yang tidak ikut berperang bersama Rasulullah Saw. di Mekkah, tetapi mereka keluar bersama-sama pasukan kaum musyrik dan memihak kepada mereka dalam Perang Badar, lalu di antara mereka ada yang mati dalam peperangan tersebut.

Maka turunlah ayat yang mulia ini, yang maknanya umum mencakup semua orang yang bermukim di tengah-tengah kaum musyrik, padahal mereka mampu melakukan hijrah, namun mereka tidak dapat menegakkan agamanya; maka dia adalah orang yang menganiaya kepada dirinya sendiri dan dinilai sebagai orang yang berbuat dosa besar menurut kesepakatan umat dan menurut nas ayat ini, karena Allah SWT telah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri.” (QS. An-Nisa: 97) Yakni karena ia tidak mau berhijrah ke Madinah. “(kepada mereka) malaikat berkata, "Dalam keadaan bagaimanakah kalian ini?" (QS. An-Nisa: 97) Dengan kata lain, mengapa kalian tinggal di Mekah dan tidak mau hijrah ke Madinah? Mereka menjawab, "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah) ini.” (QS. An-Nisa: 97) Maksudnya, kami tidak mampu keluar meninggalkan negeri ini, tidak mampu pula bepergian keluar meninggalkannya. Para malaikat berkata, "Bukankah bumi Allah itu luas?" (QS. An-Nisa: 97), hingga akhir ayat.

قَالَ أَبُو دَاوُدَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ دَاوُدَ بْنِ سُفْيَانَ، حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ، أَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ مُوسَى أَبُو دَاوُدَ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سَعْدِ بْنِ سمرة بن جندب، حدثني خبيب بن سليمان، عَنْ أَبِيهِ سُلَيْمَانَ بْنِ سَمُرَةَ، عَنْ سَمُرَةَ بن جندب: أما بعد، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ جَامَعَ الْمُشْرِكَ وَسَكَنَ مَعَهُ فَإِنَّهُ مِثْلُهُ "

Imam Abu Dawud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Daud ibnu Sufyan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Hissan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Musa (yaitu Abu Daud), telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sa'd ibnu Samurah ibnu Yazid, telah menceritakan kepadaku Habib ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Sulaiman ibnu Samurah, dari Samurah ibnu Jundub. Amma Ba'du, Rasulullah Saw. telah bersabda:

"Barangsiapa yang bergabung dengan orang musyrik dan tinggal bersamanya, maka sesungguhnya ia sama dengannya."

As-Saddi mengatakan, "Tatkala Al-Abbas, Uqail, dan Naufal ditawan, maka Rasulullah Saw. berkata kepada Al-Abbas: “Tebuslah dirimu dan anak saudaramu!” Al-Abbas berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah kami shalat menghadap ke kiblatmu dan mengucapkan syahadatmu?” Rasulullah Saw. bersabda: “Hai Abbas, sesungguhnya kalian melawan, maka kalian dilawan.” Kemudian Rasulullah Saw. membacakan kepadanya ayat ini, yaitu firman-Nya: “Bukankah bumi Allah itu luas?” (QS. An-Nisa: 97), hingga akhir ayat." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.

Semoga anda para pembenci ajaran Islam perihal Khilafah dan Kalimat Tauhid serta yang suka mempersekusi, mengkriminalisasi dan suka bubarin pengajian tidak bernasib sama dengan orang-orang yang mengaku Islam tapi justru turut membela dan membantu memperbesar jumlah pasukan kafir Quraish dalam memerangi Rasulullah Saw. dan pasukan kaum Muslim pada saat perang Badar tersebut. Maka, bertaubatlah sebelum Malaikat Maut menjemput nyawa anda...!!!

Semoga Allah SWT memberikan rahmah, taufiq dan hidayah-Nya kepada anda sekalian. Aaamiin.

Wallahu a'lam bish shawab. []  

#2019TetapWaspada
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahPuncakTauhid
#KhilafahAdalahSolusi []

@Zakariya al-Bantany

Mental Blockchain



Oleh Yudha Pedyanto

Pada tahun 2009, Satoshi Nakamoto seorang computer scientist dan cyberpunk activist menemukan sebuah algoritma finansial yang menggemparkan dunia. Algoritma finansial itu diberi nama Blockchain.

Apakah hebatnya Blockchain? Algoritma finansial ini memungkinkan netizen bermuamalah secara online menggunakan Bitcoin; mata uang digital yang tidak tergantung negara mana pun. Konsekuensinya ia tak bisa direkam, diketahui serta dikendalikan oleh lembaga keuangan apa pun.

Bagi kapitalisme global yang mati-matian mempertahankan dollar sebagai global currency-nya, ini jadi ancaman besar. Otoritas finansial AS langsung memburu dan membekukan semua komunitas online yang bermuamalah menggunakan bitcoin.

Tentu saja usaha tersebut sia-sia belaka. Mengapa? Karena tidak seperti e-Money konvensional yang algoritmanya dijalankan di server terpusat, Blockchain algoritmanya dijalankan di ribuan server milik netizen yang terdistribusi secara acak di belantara internet.

Kelebihan lain dari Blockchain adalah kemampuannya dalam menghadapi manipulasi informasi. Jika terjadi manipulasi informasi, pasti langsung terdeteksi dan terhapus dengan sendirinya. Caranya Blockchain memverifikasi setiap informasi baru dengan rantai informasi sebelumnya, kemudian mengkonfirmasinya dengan informasi valid yang tersebar di ribuan server tadi.

Anda mungkin pernah membaca berita; belum lama ini BI dengan mudahnya membekukan isi ulang e-Money Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan PayTren. Karena mereka semuanya terdaftar dan terpusat. Tapi bagaimana mungkin Anda membekukan sesuatu yang tidak terdaftar, tersebar dan terdistribusi acak? Bahkan sangat mungkin algoritma Blockchain berjalan secara siluman di server-server milik pemerintah.

Sebelum lebih jauh membahas Blockchain, kita kilas balik 65 tahun silam. Pada tahun 1953, Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani seorang hakim mahkamah syariah dan aktivis pergerakan politik merumuskan sebuah konsep yang menggemparkan dunia. Konsep itu diberi nama Qiyadah Fikriyah.

Apa hebatnya Qiyadah Fikriyah? Konsep ini memungkinkan seorang muslim semata-mata tunduk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pemikiran dan tindakannya sepenuhnya berpusat pada prinsip (principle-centered), bukan berpusat pada figur (people-centered) apalagi uang (money-centered).

Menariknya, mengapa An-Nabhani sampai harus merumuskan konsep baru bernama Qiyadah Fikriyah? Bukankah Islam saja sudah cukup? Jawabannya sederhana; karena mereka yang sudah Islam belum tentu memiliki disiplin mental, emosional dan konseptual untuk tunduk semata-mata kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Contohnya Islam melarang pemeluknya untuk makan-minum dengan tangan kiri, berdamai dengan penjajah Israel atau dangdutan dengan biduan seksi. Tapi ketika ada ulama yang melakukannya, mereka mengatakan itu tidak apa-apa. Karena ulama tersebut termasuk Ahlu As-Sama'; semacam manusia penghuni langit yang dapat privilege (hak istimewa) tidak wajib taat syariat.

Orang-orang seperti ini sekalipun muslim tapi tidak memiliki Qiyadah Fikriyah, tapi Qiyadah Syakhsiyah. Pemikiran dan tindakannya tidak ditentukan oleh prinsip, tapi ditentukan oleh figur (people-centered). Apa perkataan dan tindakan junjungannya, itu pasti benar, sekalipun prinsip mengatakan sebaliknya.

Bahkan Nabi SAW tidak mengajarkan Qiyadah Syakhsiyah ini. Saat perang Badar Nabi SAW sudah menetapkan posisi strategis pasukan kaum muslimin. Lalu Hubab bin Mundir bertanya; apakah keputusan itu berdasarkan wahyu atau semata-mata strategi? Ketika Nabi SAW menjawab strategi, Hubab mengusulkan posisi lain yang lebih strategis. Nabi SAW akhirnya merevisi keputusannya lalu mengikuti pendapat Hubab bin Mundir.

Jika ada Ahlu As-Sama’; manusia langit yang paling dekat dengan Allah SWT, maka dia adalah Nabi Muhammad SAW. Tapi beliau tidak dikultuskan atau didewakan oleh pengikutnya. Apa yang dilakukan Nabi SAW (selain wahyu) belum pasti benar, serta terbuka atas masukan atau kritik. Jadi Nabi SAW dan para sahabat sebenarnya sudah menjalankan konsep Qiyadah Fikriyah sejak 14 abad silam.

Ada juga orang-orang menganut Qiyadah Madiyah (money-centered), di mana pemikiran dan tindakannya ditentukan oleh materi; apakah berwujud harta, tahta atau wanita. Ketika berhadapan dengan kenikmatan duniawi seperti ini, biasanya sirkuit otak manusia bagian basal ganglia langsung terpantik kemudian reflek menerima kenikmatan instan tersebut.

Nabi SAW dan para Sahabat pun tak terhindar dari godaan basal ganglia ala Qiyadah Madiyah tadi. Ketika di Makkah para pemimpin Quraisy menawarkan Nabi SAW harta, tahta dan wanita, dengan syarat Nabi SAW meninggalkan dakwahnya serta mengikuti ideologi harga mati bangsa Quraisy. Tentu tawaran tersebut ditolak Nabi SAW dan beliau tetap memegang teguh Qiyadah Fikriyah-nya.

Konsep Qiyadah Fikriyah ini sangat relevan untuk di-refresh, terutama masa-masa kampanye seperti sekarang. Ada seorang hafidz Quran yang tiba-tiba mendukung petahana, belakangan ternyata dia diduga terlibat kasus korupsi besar. Ada politisi Islam “garis keras” bersorban tiba-tiba juga mendukung petahana, belakangan ternyata dia diangkat jadi komisaris perusahaan plat merah. Mereka jadi korban Qiyadah Madiyah (money-centered), yang sekalipun muslim tapi tidak memiliki Qiyadah Fikriyah.

Atau ada juga seorang ulama sepuh tiba-tiba diangkat jadi pemimpin petahana, dengan harapan bisa jadi figur kharismatik yang menjinakkan kelompok Islam tertentu. Bagi para penganut Qiyadah Syakhsiyah (people-centered), trik ini sangat manjur dan menghipnotis. Mereka pun berduyun-duyun mendukungnya.

Tapi bagi penganut Qiyadah Fikriyah trik tersebut tak mempan. Karena mereka berpegang pada hadits: “Ulama’ ketika dekat dengan penguasa yang diinginkan dunia, namun ketika penguasa mendekati ulama yang dinginkan akhiratnya” (HR. Dailami). Orang-orang dengan Qiyadah Fikriyah (principle-centered) memiliki semacam imunitas terhadap trik marketing politik murahan semacam ini.

Ataupun sebaliknya, katakanlah jika oposisi mengangkat pemimpin yang muda, kaya raya, rajin sholat duha dan puasa, maka penganut Qiyadah Syakhsiyah langsung mengidolakannya. Tapi bagi penganut Qiyadah Fikriyah; percuma kaya raya, rajin duha dan puasa tapi gagasan ekonominya tetap pro pasar bebas ala kapitalisme. Lagi-lagi seseorang bisa saja beragama Islam, tapi tidak menjamin memiliki Qiyadah Fikriyah Islam.

Jika Satoshi Nakamoto menemukan algoritma finansial Blockchain yang memungkinkan manusia kebal terhadap intervensi lembaga finansial kapitalisme global, maka An-Nabhani merumuskan algoritma mental Qiyadah Fikriyah yang memungkinkan umat Islam kebal terhadap intervensi politik kaki-tangan kapitalisme global.

Jika Blockchain mampu mendeteksi manipulasi informasi, demikian pula dengan Qiyadah Fikriyah mampu mendeteksi manipulasi religi. Caranya Qiyadah Fikriyah memverifikasi manipulasi tersebut dengan Qur’an dan Sunnah, kemudian mengkonfirmasinya dengan ribuan penganut Qiyadah Fikriyah lainnya. Menurut saya Qiyadah Fikriyah menjadi semacam mental Blockchain yang membuat umat Islam tidak mudah dimanipulasi dan dimanfaatkan kepentingan politik sesaat.

Jika visi Satoshi Nakamoto dilanjutkan oleh gerakan cyberpunk underground yang tersebar di internet, maka visi An-Nabhani dilanjutkan oleh gerakan politik Hizbut Tahrir yang tersebar di lebih 50 negara (dan di internet). Karena dibekali algoritma mental Qiyadah Fikriyah tadi, Hizbut Tahrir menjadi sangat independen dan konsisten dalam mewujudkan cita-citanya melanjutkan kehidupan Islam.

Jika gerakan-gerakan politik Islam lainnya mudah ditunggangi dan dibelokkan, lain halnya dengan Hizbut Tahrir. Katakanlah jika ada anggota Hizbut Tahrir yang mendukung calon presiden tertentu yang akan menerapkan hukum buatan manusia ala demokrasi (tak peduli petahana atau oposisi), maka algoritma Qiyadah Fikriyah langsung mengisolir dan melenyapkan pendapat tersebut tanpa ampun. Seperti sistem imune mengisolir dan melenyapkan virus asing dalam tubuh manusia.

Jika sudah seperti ini, maka tidak ada pilihan lain bagi para tiran zhalim kecuali main pembekuan dan pembubaran. Hizbut Tahrir dilarang di banyak negara. Tapi seperti halnya Blockchain yang tak bisa dihentikan dengan pembekuan komunitasnya, demikian pula Qiyadah Fikriyah tak bisa dicegah dengan pembubaran jamaahnya. Bagaimana mungkin Anda menghentikan gagasan yang menyebar dan melesat cepat dari satu kepala ke kepala yang lain?

A stand can be made against invasion by an army; no stand can be made against invasion by an idea.
-Victor Hugo

Terakhir, jika tertarik Anda bisa meng-install algoritma Blockchain di komputer Anda. Tapi tentu Anda harus didampingi oleh tenaga ahli certified dan berpengalaman dalam bidang Blockchain. Dan jika tertarik, Anda bisa meng-install algoritma Qiyadah Fikriyah di pikiran Anda. Tapi tentu Anda harus didampingi oleh tenaga ahli certified dan berpengalaman dalam bidang Qiyadah Fikriyah: Mereka adalah para anggota Hizbut Tahrir.

[Tulisan ini saya persembahkan kepada mereka yang menjelaskan Qiyadah Fikriyah dengan sangat amazing; Ustadz Adam Romulo dkk. Antum ibarat Master Jedi yang mengajari para Jedi junior bagaimana melindungi galaksi. May the force of Qiyadah Fikriyah be with you…]

Yogyakarta, 24 September 2018
#HTIMilenial
#KomikIdeologis []

Minggu, 23 September 2018

Mengakhiri Konflik UAS, HTI VS Ansor, Mengambil Hikmah Dari Pengusiran Ansor Oleh Warga Tanjung Pura



Oleh : K.H. Anwar Sanusi.

Rabu, 19 September 2018, Ansor dibubarkan warga Tanjung Pura. Ini berita yang tidak biasa. Sebagai underbow NU, Ansor bersama Banser justru dikenal sebagai ormas yang rajin mempersekusi acara pengajian. Termasuk pengajian Ustadz Abdus Shomad (UAS). Tetapi kali ini Ansor kena batunya. Acaranya dibubarkan oleh masyarakat melayu. Ini dianggap sebagai balasan terhadap Ansor yang telah mempersekusi UAS ketika mengadakan safari dakwah di tanah Jawa.

Adakah Kesamaan Ansor Dan HTI?

Dalam aspek bahwa keduanya dipersekusi, maka nasib HTI dan Ansor itu sama. Yaitu sama-sama sebagai korban pengadilan massa. Sebuah bentuk pengadilan yang dilakukan tanpa ada proses pembuktian. Bedanya adalah HTI dipersekusi oleh Ansor/Banser, sedangkan Ansor/Banser hanyalah salah satu ormas. Tidak mewakili masyarakat secara umum. Sedangkan kasus persekusi Ansor di Tanjung pura adalah dilakukan oleh masyarakat secara umum.

Ansor, HTI dan UAS

Persekusi Ansor terhadap UAS itu disebabkan oleh persepsi Ansor bahwa UAS adalah pendukung HTI. Bahkan Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas menyatakan, “Kalau UAS sudah bertaubat dari Khilafah, kita tidak akan melarang dakwahnya.” Artinya penyebab dari semua persekusi terhadap UAS di berbagai daerah semata-mata karena ide khilafah yang diemban HTI didukung oleh UAS.

Sebagai ulama yang berpengatahuan luas tentu UAS tidak bisa mengakomodir keinginan Ansor. Karena persoalan khilafah tidak menyalahi ajaran Islam. Bahkan merupakan bagian dari syariat Islam itu sendiri. Khilafah tidak harus selalu diidentikkan dengan HTI. Maka hal yang seharusnya dilakukan adalah bertemu, dan melakukan tabayun.

Apa Yang Ditakutkan Dari HTI?

Perbedaan itu adalah lumrah. Di dalam ranah ide dan pemikiran seharusnya Ansor, HTI dan UAS bisa saling berdialog. Sepanjang perbedaan itu di dalam ranah ide, tentu tidak akan ada konflik dan ketegangan. Ini biasa terjadi pada ulama ulama terdahulu. Bahkan Imam Syafii saja berbeda pendapat dengan gurunya Imam Malik. Perbedaan fiqiyah adalah hal yang lumrah.

Akan tetapi jika perbedaan itu dibingkai dalam kepentingan politik, inilah yang menimbulkan pertengkaran bahkan perpecahan. Di era orde lama, perbedaan fiqih antara Muhammadiyah dan NU dikelola untuk kepentingan politik. Untuk mengukur seberapa besar kekuatan NU ukurannya adalah berapa banyak yang membaca qunut di sholat shubuh, itulah kekuatan NU. Sedangkan yang tidak membaca qunut itulah Muhammadiyah. Lalu NU diarahkan ke mana, dan Muhamadiyah diarahkan ke mana. Jadilah perbedaan fiqih yang seharusnya terjadi di ranah diskusi bisa meruncing dalam suasana politik yang panas. Terjadinya ketegangan antara NU dan Muhammadiyah di masa lalu lebih dominan karena persoalan politik. Bukan persoalan ide.

Demikian pula di saat ini. Untuk mengukur seberapa besar kekuatan HTI, maka ukurannya adalah seberapa besar tokoh yang menyuarakan khilafah. Dan seberapa besar umat yang mendukung khilafah. Dan ketika ini dikemas dalam ruang politik, maka pertarungan itupun memanas. Padahal tak semua orang yang sepakat ide khilafah itu adalah anggota HTI. Sebagaimana tak semua orang yang membaca qunut di sholat shubuh itu anggota NU.

Yang dibutuhkan adalah keberanian untuk legowo menerima kekalahan jika argumentasinya lemah. Tidak boleh memaksakan kebenaran satu sama lain. Bawakan kitab kitab pendukung argumentasi masing-masing. Dan bukalah pintu diskusi selebar lebarnya.

Menunggu Sikap Sportifitas Ansor

Sesungguhnya sikap masyarakat melayu terhadap Ansor hanyalah perwujudan reaksi dari arogansi Ansor saja. Jika ini tidak direspon dengan bijak, Ansor bisa dianggap menjadi common enemy. Karena bukan hanya UAS yang dipersekusi. Gus Nur juga bernasib sama. Bahkan kampanye tagar ganti presiden 2019 dipersekusi juga atas tuduhan ditunggangi HTI yang dianggap mempunyai maksud tersembunyi akan mengganti sistem dengan sistem khilafah.

Di saat yang sama, pengagum UAS maupun Gus Nur jumlahnya tidaklah sedikit. Belum lagi jumlah pendukung tagar ganti presiden 2019. Sedangkan dukungan ulama-ulama nahdliyin terhadap HTI juga terus mengalir tak terbendung.

Artinya, tak ada cara yang lain kecuali harus bertemu. Berbincang dan berargumentasi. Ansor harus meninggalkan cara cara arogan yang tidak simpati. Atau Ansor akan ditinggalkan oleh umat dan dijadikan sebagai common enemy.[]

Sabtu, 22 September 2018

ISLAM ADALAH MASA DEPAN



Oleh: Zakariya al-Bantany

Allah SWT berfirman:

"Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agama bagimu." (TQS. Al-Maidah: 03)

Islam adalah agama yang sangat paripurna dan sangat khas serta sangat berbeda dengan yahudi, nasrani, hindu, budha dan konghuchu ataupun ideologi kapitalisme sekulerisme demokrasi maupun sosialisme komunisme. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Rasulullah Saw. untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya [al-Khaliq: Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT] (hablun minallah) yaitu mencakup perkara akidah dan ibadah; mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri (hablun minannafsiy) yaitu mencakup perkara makanan, minuman, pakaian dan akhlak; dan mengatur hubungan manusia dengan sesamanya [muamalah] (hablun minannaas) yaitu mencakup perkara pendidikan, sosial budaya, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, kesehatan, hukum, peradilan dan persanksian.

Di masa lalu, Islam pernah berjaya dengan telah menguasai 2/3 dunia dan Islam pun pernah memimpin peradaban dunia yang penuh keemasan penuh kegemilangan dengan institusi politiknya yang agung yang bernama Khilafah Islamiyah atau Daulah Islam selama lebih dari 13 abad lamanya hingga Islam pun menjadi mercusuar dunia yang menaungi dan menebar rahmah dan berkah bagi seluruh penjuru dunia dan alam semesta.

Pasca fitnah besar tragedi WTC yang menyudutkan dan menjadikan Islam dan umat Islam sebagai pihak tertuduh "terorisme" dan "radikalisme" yang ditabuh oleh imperium adidaya AS sebagai raksasa kapitalisme global dunia saat ini dan diikuti pula oleh negara-negara sekutu jahatnya serta para penguasa yang menjadi boneka dan kaki tangannya. Justru sebaliknya di balik itu semua kini membawa berkah, sekarang berbondong-bondong ribuan bahkan mungkin sekarang sudah jutaan warga asli Eropa dan Amerika memeluk Islam.

Di Indonesia pun gejolak kebangkitan Islam kian membahana pasca penistaan Al-Qur’an oleh Ahok yang saat itu petahana Gubernur DKI Jakarta hingga bergulir gelombang raksasa Aksi Bela Islam dan Bela Ulama 411 (04/12) yang dihadiri sekitar 3 juta umat Islam dan 212 (02/12) yang dihadiri sekitar 7 juta umat Islam dari seluruh penjuru Nusantara pada tahun 2016 yang lalu. Hingga berlanjut kian revolusionernya memicu rentetan gelombang aksi-aksi besar Bela Islam dan Bela Ulama selanjutnya pula di tahun 2017 lalu yang dihadiri ribuan hingga ratusan ribu lebih umat Islam hingga gaungnya pun menggema dahsyatnya baik di dunia nyata maupun di dunia maya (media sosial).

Hingga akhirnya pemerintah pun secara ilegal dan inkonstitusional menerbitkan Perppu Ormas No. 02 Tahun 2017 serta mencabut BHP HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang vokal dan lantang mendakwahkan Syariah dan Khilafah serta sangat kritis terhadap segala kebijakan dzhalim penguasa yang sangat pro kepada para penjajah kafir kapitalis asing dan aseng dan berujung disahkannya Perppu Ormas tersebut menjadi UU Ormas yang baru di gedung DPR RI dalam memberangus dakwah, mengkriminalisasi Islam khususnya ajaran Islam tentang Syariah, dakwah, jihad dan Khilafah sekaligus dalam membendung geliat kebangkitan Islam tersebut.

Selanjutnya pula pada tanggal 02/12/2017, kemudian terulang kembali mega raksasa Aksi Bela Islam dan Bela Ulama dalam bentuk Reuni Akbar Alumni 212 sekaligus Maulid Akbar Nabi Saw. di Tugu Monas Jakarta yang dihadiri sekitar 7 juta umat Islam dari seluruh penjuru Nusantara -hingga terjadi banyak rentetan peristiwa Aksi Bela Islam lanjutannya yang dihadiri oleh ribuan hingga ratusan ribu umat Islam di sepanjang tahun 2018 ini- yang kian mengokohkan komitmen kebangkitan Islam, persatuan umat Islam dan pembelaan terhadap Islam, Ulama dan umat Islam serta kian lantangnya dan kian mengokohkan gaung gema opini Khilafah di tengah masyarakat khususnya umat Islam di seluruh penjuru Nusantara hingga Islam beserta ajarannya tentang Syariah dan Khilafah tersebut kian mengkristalisasi secara revolusioner dan alamiah di dalam benak tiap-tiap seluruh umat Islam dan penduduk negeri ini di seantero Nusantara.

Dan makin diperparah pula hakim-hakim dzhalim PTUN lewat putusan tercurang di PTUN 07 Mei 2018 yang lalu dengan telah mencampakkan bukti-bukti dan fakta-fakta selama proses persidangan dan telah mencampakkan logika hukum dan logika keadilan justru memenangkan rezim ruwaibidhah yang dzhalim ini dan menolak gugatan HTI. Mungkin dalam pandangan orang awam dan pemerintah mungkin menurut mereka HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) kalah dan pemerintah menang pada putusan hakim-hakim dzhalim pada Selasa 07 Mei 2018 di PTUN Jakarta yang lalu.

Namun, pada hakikatnya HTI beserta "Khilafah Ajaran Islam" telah menang baik secara intelektual, logika hukum maupun secara politik dan opini. Ini bukti "HTI On The Track" dan pemerintah rezim democrazy sudah "Off Side" dan sudah "Off The Track".

Ini adalah sinyal pertanda sebentar lagi bakal tumbangnya rezim democrazy dan sistem kufur demokrasi. Dan sekaligus sinyal pertanda Khilafah sebentar lagi akan tegak. Serta ini pun hakikatnya adalah sinyal kemenangan hakiki Islam dan benar-benar masa depan dalam genggaman Islam.

Karena rezim ruwaibidhah yang dzhalim ini yang telah dimenangkan oleh hakim-hakim dzhalim lewat putusan tercurang di PTUN 07 Mei 2018 bulan kemarin telah memastikan dirinya adalah mulkan jabriyatan (penguasa diktator).

Namun, justru makar jahat rezim diktator anti Islam tersebut hanya kian memicu kemarahan umat Islam yang sudah mencapai ubun-ubunnya dan justru semakin menambah kokohnya geliat kebangkitan Islam sehingga terus-menerus bermunculan gelombang aksi besar-besaran Bela Islam dan Bela Ulama di seluruh penjuru Nusantara yang diiringi kian menggemanya opini Syariah, Khilafah dan HTI di tengah seluruh masyarakat Indonesia hingga seantero penjuru Nusantara.

Ditambah lagi ulah jahat AS dan Israel melalui pengumuman resmi yang disampaikan Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan peresmian secara sepihak Yerussalem (Al-Quds) Palestina sebagai ibu kota negara ilegal yahudi Israel, sehingga memicu kemarahan besar seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia hingga melahirkan gelombang besar Aksi Bela Palestina di seluruh penjuru dunia dan ini pun setahap demi setahap akan memicu persatuan umat Islam sedunia serta kian mengkristalisasikan mabda' (ideologi) Islam beserta ajarannya tentang Syariah, Dakwah, Khilafah dan Jihad sebagai solusi final Palestina dan dunia hingga benar-benar umat Islam akan secara totalitas dan secara revolusioner akan bangun dan bangkit kembali menjadi adidaya raksasa super power dari tidur panjangnya. Ini sejalan dengan bisyarah Rasulullah Saw. tentang penaklukan kembali Baitul Maqdis. Dijelaskan dalam hadits ‘Auf bin Malik Radhiyallahu anhu, beliau berkata, Rasulullah Saw. bersabda:

‘Ingatlah (wahai ‘Auf) ada enam (tanda) sebelum datangnya hari Kiamat….’” (Lalu beliau menyebutkan salah satunya), “Penaklukan Baitul Maqdis.” (HR. Bukhari)

Kembalinya kaum Yahudi ke Palestina sebagai tanda bahwa kiamat telah dekat, karena setelah mereka kembali, tidak lama setelah mereka berkuasa di Palestina kaum muslimin akan memerangi mereka dan baitul Maqdis ditaklukkan kembali oleh kaum muslimin, sebagaimana hadist:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum Muslimin memerangi Yahudi, lalu kaum Muslimin akan membunuh mereka sampai-sampai setiap orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, tetapi batu dan pohon itu berkata, ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ada orang Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia.’ Kecuali (pohon) gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR. Muslim)

Inilah tanda-tanda besar kebangkitan Islam dengan puncaknya adalah akan tegaknya kembali Daulah Khilafah Islamiyah Wa'dullah (janji Allah SWT) wa Busyrah Rasulillah (kabar gembira Rasulullah Saw.) sang pelaksana Syariah Islam secara kaffah dan pemersatu umat serta pembebas umat manusia dari penyembahan selain Allah kepada penyembahan hanya kepada Allah SWT semata sekaligus yang akan membebaskan umat manusia dari segala bentuk penjajahan dan ideologi sistem kufur penjajah dan yang tidak hanya akan mengislamkan benua Eropa dan Amerika saja tapi juga akan mengislamkan seluruh penjuru dunia sekaligus akan kembali mewujudkan Islam rahmatan lil 'alaamiin dan yang akan kembali melahirkan umat yang terbaik (khairu ummah) yang menebar rahmah dan berkah bagi dunia dan alam semesta.

Sungguh masa depan dunia adalah milik Islam. Karena, Islam adalah masa depan dunia itu sendiri. Allah SWT akan kembali mempercayakan kekuasaan dan kepemimpinan dunia kepada umat Islam dengan kembali tegaknya Negara Khilafah Rasyidah Islamiyah (NKRI) yang merupakan representasi ideologis Islam Kaffah dan kepemimpinan Islam global di akhir zaman ini. Allah SWT berfirman:

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa (menjadi Khilafah) di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. An-Nuur: 55)

Para Ulama tafsir menjelaskan bahwa dalam ayat yang mulia ini, sebenarnya terdapat sumpah Allah yang tersirat dari ungkapan “layastakhlifannahum….dst” yang diistilahkan oleh pakar bahasa al-Qur’an sebagai jawâbul-qasm (jawaban sumpah). Lalu apa sumpah Allah tersebut? Dia bersumpah akan menjadikan orang-orang yang beriman dan beramal shalih sebagai Khalifah (penguasa) di muka bumi yang akan mengatur dunia dengan syari’at-Nya. [Lihat makna “istakhlafa” dalam Mu’jamul Alfaazhil Qur’ânil Karîm: 1/369, disusun oleh sekumpulan ulama yang diketuai oleh DR. Ibrahîm Madkûr, Cet. 1409-H, Jumhûriyyah Mishr al-Arabiyyah]

Rasulullah Saw. bersabda:

“Di tengah-tengah kalian akan terdapat masa Kenabian yang berlangsung lama sesuai dengan kehendak Allah. Kemudian Dia akan menghilangkannya sesuai dengan kehendak-Nya, setelah itu ada Khilafah 'alaa Minhaajin Nubuwwah (Khilafah yang mengikuti metode Kenabian) yang berlangsung lama sesuai dengan kehendak-Nya pula. Kemudian Dia akan menghapusnya juga sesuai dengan kehendak-Nya. Lalu akan datang masa para penguasa yang gigih (penguasa yang menggigit) (berpegang teguh dalam memperjuangkan Islam) yang berlangsung lama sesuai dengan kehendak-Nya. Kemudian Allah hilangkan dengan kehendak-Nya pula. Setelah itu akan datang penguasa diktator bertangan besi yang berlangsung lama semua sesuai dengan kehendak-Nya pula. Lalu Dia akan menghapusnya jika menghendaki untuk menghapusnya. Kemudian akan datang kembali Khilafah yang mengikuti metode Kenabian (Khilafah 'alaa Minhaajin Nubuwwah). Kemudian Nabi Saw. pun diam." (HR. Ahmad, IV/273)

Bahkan Allah SWT pun berfirman:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30)

Imam al-Qurthubi rahimahullah dalam kitab tafsirnya beliau menjelaskan QS. Al-Baqarah: 30 tersebut:

“Ayat ini adalah dasar untuk mengangkat imam atau Khalifah yang didengar dan dipatuhi, untuk menyatukan kalimat dan melaksanakan hukum-hukum Khalifah. Tidak ada perbedaan pendapat di antara umat dan imam tentang kewajibannya kecuali apa yang diriwayatkan oleh al-Asham (Abu Bakar al-Asham, pemuka Mu’tazilah), padahal dia tuli terhadap syariat, dan orang yang sependapat dengannya dan pengikutnya, yang mengatakan: ‘Mengangkat imam/ khilafah tidak wajib, tetapi sekadar menyempurnakan agama." [Tafsir al-Qurthubi, hal. 305]

Bahkan, pada bulan Desember tahun 2004, salah satu lembaga intelligent Amerika Serikat yakni National Intelelligence Council’s (NIC) merilis sebuah laporan yang berjudul Mapping the Global Future. Dalam laporannya itu diprediksikan bahwa akan ada empat skenario besar dunia di tahun 2020, salah satu yang disebutkan adalah "A New Chaliphate" atau berdirinya kembali Khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global. Tegaknya Khilafah adalah pertanda kebangkitan Islam dan tahta kepemimpinan dunia segera beralih ke tangan Islam.

Selain itu, menarik juga menilik sebuah buku terbaru karya Mr. Michael Buriyev (Wakil Ketua Parlemen Rusia) yang menyatakan: dunia sedang menuju menjadi 5 negara besar yakni: Rusia, Cina, Khilafah Islam, Konfederasi Dua Amerika, dan India jika India bisa bebas dari cengkraman Islam yang mengurungnya (Pakistan, Bangladesh, Kasmir, Afganistan).

Terlepas dari tendensi apa mereka mengeluarkan prediksi tersebut, yang namanya prediksi atau analisa, hal itu bisa akurat bisa juga tidak. Yang jelas namanya prediksi itu berbeda dengan sebuah ramalan mantra, sebab prediksi atau analisa yang dilakukan di sini tentunya berdasarkan penelitian yang begitu mendetail dan argumentatif yang didasarkan dengan data-data yang dihasilkan dari pengamatan mereka di lapangan, apalagi yang melakukan adalah sebuah lembaga yang profesional dan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi di bidangnya.

Jika dikolerasikan dengan Indonesia, negeri ini adalah salah satu kandidat kuat sebagai titik awal berdirinya Daulah Islam atau Khilafah, di samping negeri-negeri Islam lainnya. Hal ini didasari atas beberapa pertimbangan, di antaranya Indonesia memiliki: potensi kekayaan sumberdaya alam yang melimpah ruah, secara konstelasi geopolitik sangat strategis, secara geografis memiliki luas wilayah yang sangat luas, jumlah penduduk yang besar, faktor sosio-historis dahulu banyak berdiri Kesultanan Islam yang notabene bagian integral dari Khilafah Islam Utsmaniyah yang berpusat di Turki, Islam menjadi agama mayoritas penduduk dan semakin diterimanya dakwah Syariah dan Khilafah di tengah-tengah umat.

Sekaligus tegaknya Khilafah adalah sebuah simbol kembalinya kemenangan dan kejayaan Islam serta kedigdayaan dan kemuliaan Islam di masa depan. Allah SWT berfirman:

“Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (QS. At-Taubah: 33)

"...Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji-Nya." (QS. Ali Imran: 09)

Rasulullah Saw. bersabda:

“Malam dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Lata dan Al-Uzza telah disembah. Lalu Aisyah bertanya : ‘Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa tatkala Allah menurunkan firman-Nya : “Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai, hal itu telah sempurna (realisasinya)”. Beliau menjawab: “Hal itu akan terealisasi pada saat yang ditentukan oleh Allah." (HR. Muslim)

Banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan masa kemenangan Islam dan tersebarnya ke berbagai penjuru. Dari hadits-hadits itu tidak diragukan lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan semata-mata atas izin pertolongan dari Allah SWT, dengan catatan harus tetap kita perjuangkan dengan konsisten meneladani metode dakwah Rasulullah Saw. dalam mewujudkan tegaknya kembali Khilafah Rasyidah Islamiyah Wa'dullah wa Busyra Rasulillah tersebut, itu yang paling penting. Karena, hanya Khilafah Islam sajalah yang bisa mewujudkan kembali berlanjutnya kehidupan Islam tatkala hukum-hukum Allah SWT yaitu Syariah Islam benar-benar diterapkan kembali secara kaffah dalam segala aspek kehidupan dan Islam pun akan disebarluaskan kembali ke segala penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. Rasulullah Saw. pun bersabda:

“Allah SWT menghimpun (mengumpulkan dan menyatukan) bumi ini untukku. Oleh karena itu, aku dapat menyaksikan belahan bumi Barat dan Timur. Sungguh kekuasaan umatku akan sampai ke daerah yang dikumpulkan (diperlihatkan) kepadaku itu." (HR. Muslim (8/171), Abu Daud (4252), Turmudzi (2/27) yang menilainya sebagai hadits shahih. Ibnu Majah (2952) dan Ahmad dengan dua sanad. Pertama berasal dari Tsaubah (5/278) dan kedua dari Syaddad bin Aus (4/132), jika memang haditsnya mahfudzh [terjaga])

“Sungguh agama Islam ini akan sampai ke bumi yang dilalui oleh malam dan siang. Allah tidak akan melewatkan seluruh kota dan pelosok desa, kecuali memasukkan agama ini ke daerah itu, dengan memuliakan yang mulia dan merendahkan yang hina. Yakni memuliakan dengan Islam dan merendahkannya dengan kekufuran." (HR. Ibnu Hibban 1631, 1632; Abu ‘Arubah dalam kitab Al-Muntaqa minat-Thabaqat [2/10/1])

Allah SWT pun berfirman:

“Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur’an setelah beberapa waktu lagi." (QS. Shaad: 88)

Sudah tiba saatnyalah Islam kembali memimpin dunia dengan Syariah dan Khilafah untuk mewujudkan tatanan dunia yang lebih baik penuh rahmah dan penuh berkah. Allahu Akbar!

Wallahu a'lam bish shawab. []

#2019TumbangkanDemokrasi
#2019TegakkanKhilafah
#ReturnTheKhilafah
#KhilafahTheRealSolution []


(artikel ini tanpa tulisan Arabnya)

Rabu, 19 September 2018

Blog neopluck Diblokir Semena-Mena


 
Situs blog Neopluck telah diblokir sehingga jika diakses (secara biasa) akan muncul laman "internet positif". 

Namun blokiran itu tidak sepenuhnya memblokir blog ini. Blog ini masih eksis. 




Sepuluh post terbaru blog tetap bisa diakses melalui alamat web feed-nya:





Blog ini juga tetap bisa diakses persis sama seperti kondisi tanpa ada blokiran, yaitu diakses menggunakan smartphone dengan browser Chrome dengan setting "penghemat data" / "data saver" posisi aktif / on. Dengan cara ini maka laman "internet positif" sama sekali tidak muncul, namun langsung akses ke blog tanpa hambatan, tanpa blokiran. 



Cara lain mengatasi blokiran jika mengakses blog menggunakan browser PC / laptop adalah dengan search google sehingga menampilkan post blog ini di laman hasil pencarian, kemudian di sebelahnya klik "terjemahkan / translate," lalu pilih "original." Namun dengan cara ini ketika kemudian meng-klik link-link yang ada di blog, menjadi keluar dari laman translate sehingga muncul lagi si "internet positif." Juga bisa menggunakan cara lain yang telah banyak dijelaskan di internet, seperti menggunakan situs: ProxySite.com - Free Web Proxy Site

Paling praktis adalah mengakses dengan smartphone dengan cara yang telah dijelaskan di atas. 



"...Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali." (TQS. al-Baqarah: 156)

"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (TQS. al-Maa'idah: 105)

Muharram Bulan Suci



Di kalam Allah telah dijelaskan kemuliaan/ keagungan bulan Muharram. Allah berfirman :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At Taubah: 36)

Empat bulan suci tersebut adalah bulan Dzulqo'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya :

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

"Satu tahun itu ada 12 bulan. Di antaranya ada 4 bulan haram, yaitu 3 bulan berturut-turut, Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram serta Rajab yang berada di antara bulan jumada dan sya'ban." (HR. Bukhari no 2958).
  
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم

“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)

As Suyuthi mengatakan: Dinamakan syahrullah – sementara bulan yang lain tidak mendapat gelar ini – karena nama bulan ini “Al Muharram” nama-nama Islami. Berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman jahiliyah. Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dengan nama: Shafar Awwal. Kemudian ketika Islam datang, Allah ganti nama bulan ini dengan Al Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah). (Syarh Suyuthi ‘Ala shahih Muslim, 3/252)

Di bulan ini ada satu hari yang dimuliakan, hari itu hari ke-10 yang biasa di sebut Asyura. Di hari Asyura itu banyak Nabi yang mendapatkan kesuksesan dari Allah, di antaranya Nabi Adam turun ke bumi, Nabi Nuh Sukses berlabuh di Al Jud, Nabi Musa sukses menghadapi kejaran Fir’aun.

وَهَذَا يَوْمُ اسْتَوَتْ فِيهِ السَّفِينَةُ عَلَى الْجُودِيِّ فَصَامَهُ نُوحٌ شُكْرًا لِلَّهِ تَعَالَى

“Ia adalah hari mendaratnya kapal Nuh di atas gunung “Judi” lalu Nuh berpuasa pada hari itu sebagai wujud rasa syukur.” (HR. Ahmad)

Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau menceritakan:

لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا ، يَعْنِى عَاشُورَاءَ ، فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ ، وَهْوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى ، وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ ، فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ . فَقَالَ « أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ » . فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang yahudi berpuasa di hari Asyura’. Beliau bertanya: “Hari apa ini?” mereka menjawab: Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa-pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah. Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa dari pada kalian.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. (HR. Al Bukhari)

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ الله الْمُحَرَّمِ

“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau mengatakan :

اَلْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُوْرَاء وَهَذَا الشَّهْرُ - يَعْنِى شَهْرُ رَمَضَانَ - مَارَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ اللهُ عَلَى غَيْرِهِ اِلاَّ هَذَا.

“Saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih satu hari untuk puasa yang lebih beliau unggulkan dari pada yang lainnya kecuali puasa hari Asyura’, dan puasa bulan Ramadhan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
  
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab: “Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) pada tahun kemarin.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan oleh Ali رضي الله عنه, bahwa Nabi صلي الله عليه و سلم bersabda kepada seseorang;

ان كنت صاءما شهرا بعد رمضان فصم المحرم فانه فيه يوما تاب الله علي قوم و يتوب فيه علي اخرين

"...Karena sesungguhnya di hari Asyuro ini Alloh menerima taubat kaum Nabi Yunus dan juga menerima taubat kaum yang lain." (HR. At Tirmidzi)
  
Umar bin Abdul Aziz menerintahkan seluruh jajaran kekhilafahannya dan rakyatnya untuk beristighfar dengan istighfar beberapa Nabi di Hari Asyuro ini.

Istighfar Nabi Adam dalam surat Al-A'roof 23:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
  
Istighfar Nabi Nuh as.:

قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Hud: 47)

Istighfar Nabi Musa diabadikan di surat Al-Qoshosh ayat 16, sehingga Allah berkenan memenangkan Musa atas Fir’aun yang sangat berkuasa.

قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Musa mendoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku." Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
  
Doa Nabi Yunus dalam Firman-Nya:

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim." (QS. Anbiyaa' ayat 87)
  
Sayidul Istighfar inilah puncak istighfar yang dianjurkan Nabi Muhammad صلي الله عليه و سلم.

عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَيِّدُ الْاِسْتِغْفارِ أَنْ يَقُوْلَ الْعَبْدُ: اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا ، فَمَـاتَ مِنْ يوْمِهِ قَبْل أَنْ يُمْسِيَ ، فَهُو مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوْقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ .

Dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Istighfâr yang paling baik adalah seseorang hamba mengucapkan:

ALLAHUMMA ANTA RABBII LÂ ILÂHA ILLÂ ANTA KHALAQTANII WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’ÛDZU BIKA MIN SYARRI MÂ SHANA’TU ABÛ`U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABÛ`U BIDZANBII FAGHFIRLÎ FA INNAHU LÂ YAGHFIRU ADZ DZUNÛBA ILLÂ ANTA

(Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).

(Beliau bersabda) “Barangsiapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga. (HR. Bukhori)

Nabi صلي الله عليه و سلم bersabda;

طوبي لمن وجد في صحيفته استغفارا كثيرا

"Berbahagialah (karena sukses) bagi seseorg yang dalam catatan amalnya banyak beristighfar." (HR. Al Baihaqi)

Banyak bersedekah di Bulan suci ini khususnya di Hari Asyura dengan menambah nafkah untuk keluarga di hari tersebut.

من وسع علي اهله يوم عاشوراء اوسع الله عليه ساءر السنة

"Barangsiapa yang menambah nafkah kepada keluarga di hari Asyuro maka Alloh akan meluaskan rizqinya selama setahun." (HR. Sufyan bin Uyainah)
  
من صام عاشوراء فكانما صام السنة و من تصدق فيه كان كصدقة السنة

"...Barangsiapa yang bersedekah di hari itu maka seperti sedekah setahun" (HR. Abu Musa Al madiny)
  
SELAMAT TAHUN BARU 1440 H

Wallohu Alam.

Bacaan: M. Junaidi Sahal, Muharram bulan suci/ Bulan Syuro keramat!!

Related Posts with Thumbnails

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam