Download BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 27 Oktober 2018

NU MOHON MAAF atau FINISH ?



Artikel 212 :

NU MOHON MAAF atau FINISH ?
Oleh : Mujahid 212

Gelombang "Aksi Bela Tauhid" semakin meluas, bahkan diperkirakan akan "lebih panjang jilidnya dan lebih besar efeknya" dibanding Aksi Bela Islam, krn posisi masalahnya "lebih gawat" dari Masalah Ahok.

Kasus Ahok hanya "arogansi verbal", sdg Masalah Pembakaran Bendera Tauhid oleh Banser Ansor NU merupakan "arogansi verbal dan anarkisme fisik" sekaligus.

Ditambah lagi baik PBNU maupun Ansor dan Bansernya "ngotot" tdk mau minta maaf, dg dalih yg dibakar adalah Bendera HTI, walau pun tdk ada tulisan HTI di bendera tsb, yg kemudian "diaminkan" oleh polisi.

Dan justru mereka "semakin ngotot" utk menyalahkan pihak yg memprotesnya, krn yakin bhw "kejahatan" mereka sebesar apa pun akan "diamankan" oleh polisi.

Polisi akan selalu "mengaminkan dan mengamankan" sikap NU beserta Ansor dan Bansernya, krn sebenarnya "program memuakkan" yg selama ini dijalankan mereka adalah "Order" dari Rezim yg harus dikawal polisi.

Orang No 1 di Polri disebut-sebut pernah menawarkan orang No 1 di FPI utk ikut dlm program "Rezim Order" tsb, tp ditolak mentah-mentah oleh FPI.

Dan Bos Polri tsb pernah "keceplosan" bicara dlm suatu forum diskusi di Jakarta bhw dia yg "gerakkan" Banser utk persekusi dan bubarkan pengajian HTI di Surabaya dan beberapa tempat lainnya di Jawa Timur . Dan pengakuan keceplosan tsb jauh sebelum HTI dibubarkan.

Itulah sebabnya sejak TK memimpin Polri, mk Polisi tdk lagi punya malu utk lindungi "SI BEJAT" walau harus korbankan "SI TAAT".

Dalam Kasus Pembakaran Bendera Tauhid di Garut, Polisi ingin "Lindungi" Banser NU yg membakar, lalu dicarilah gantinya yg "merekam dan menshare", ternyata Banser NU juga yg harus dilindungi.

Akhirnya dicari orang yg bawa Bendera Tauhid utk "dikambing- hitamkan", ternyata Santri Pesantren NU yg ikut acara Hari Santri Nasional yg digelar NU dan dijaga Banser di Garut.

Oh kasihannya ... , "tragis" betul nasib Santri NU di Hari Santri Nasional dijadikan "Kambing Hitam" krn cintanya kpd Bendera Rasulullah SAW, dan itu pun hanya utk melindungi segerombolan Banser yg membakar Bendera Nabi SAW sambil bertepuk-tangan gembira.

"Astaghfirullaahal 'Azhiim ..."

Selain itu, Ansor dan Banser NU juga sangat "angkuh dan sombong" menantang umat Islam, krn merasa "besar dan kuat", serta yakin dilindungi "Rezim Zalim".

Konyolnya, "Preman Murahan" sekelas gus nuril dan abu janda dan gunli ikut memperkeruh suasana dg Kebodohan dan Keidiotannya.

Si gus nuril dg garang "mengancam" massa Aksi Bela Tauhid dg massa NU yg diklaimnya berjumlah "97 juta" orang. Entah kapan sensusnya dan bgmn cara menghitungnya ? Kalau pun jumlahnya benar, apa dia pikir warga NU setuju dg Pembakaran Bendera Tauhid ?? Apa dia pikir warga NU mau diadu-domba dg Umat Islam yg lainnya ???

Fakta di lapangan "banyak sekali" Kyai dan Santri dan Warga NU yg cinta Bendera Tauhid, bahkan siap mati utk Kalimat Tauhid. "Alhamdulillaah ... "

Sementara abu janda "melecehkan" Bendera Tauhid sbg "Bendera Hitam dg Tulisan Asing yg harus disingkirkan "

Sdg si gunli yg hidungnya pernah patah lantaran bela Aliran Sesat Ahmadiyah "memfitnah" HRS beri instruksi pasang Bendera HTI, padahal semua orang tahu, bahkan sampai anak kecil pun tahu bhw "Instruksi HRS pasang Bendera Tauhid bukan Bendera HTI".

Lucunya, si gunli tantang HRS pasang Bendera Tauhid di Saudi, padahal seluruh Dunia tahu, bahkan sampai orang buta pun tahu bhw "Bendera Saudi adl Bendera Tauhid" berwarna hijau dg tulisan putih Kalimat Tauhid dan di bawahnya sebuah pedang lurus.

Kasihan, ternyata "Tiga Sekawan Idiot" tsb di atas telah kronis mengalami "Keterbelakangan Intelektual" alias "Bahlul Murokkab".

Lebih parahnya lagi, segelintir "Oknum" Kyai NU alih-alih menegur Ansor dan Bansernya yg membakar Bendera Tauhid, malah justru sibuk mencarikan "Dalil Pembenaran".

Banyak Tokoh meyakini bhw tdk ada yg bisa menghentikan "Aksi Bela Tauhid", kecuali "SAS dan YQ" (Ketum PBNU dan Ketum GP Ansor/Banser ) minta maaf dan mengakui kesalahan nya selama ini, dlm membina Ansor dan Bansernya, shg mereka "Liar" sering mempersekusi Ulama dan Da'i, menghina Habaib dan mengarab-arabkan Syariat, menurunkan dan menyita Ikat Kepala dan Bendera bertuliskan Kalimat Tauhid, hingga puncaknya Pembakaran Bendera Tauhid di Garut.

"SAS dan YQ" harus scr jantan mengaku salah dan minta maaf, serta komitmen utk tdk mengulangi semua "perilaku memuakkan" yg selama ini menjadi "Ciri Mereka".

Jika "SAS dan YQ" berkeras dg sikap "songong" nya, maka Para Ulama dan Sepuh NU harus berani "menyingkirkan" SAS dan YQ utk "menyelamatkan NU" beserta Ansor dan Bansernya.

Atau kalau tidak, maka mungkin NU akan finish di tangan "Anak-Anak Durhaka" nya.

Wallaahu A'lam.

Selasa, 23 Oktober 2018

Syahidnya Sang Penjaga Panji Islam



Dari kejauhan, di dalam barisan pasukan koalisi Kafir Quraisy, seorang Kafir bernama Ibnu Qami’ah tengah mengamati sesosok berjubah yang sedang asyik mengayunkan pedangnya menghantam tubuh-tubuh Kafir yang dilaknati Allah di tengah pertempuran, sosok tersebut memegang pedang di tangan yang satu, sementara di tangan yang satunya lagi memegang panji hitam yang di dalamnya bertuliskan kalimat tauhid "Laa ilaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah’’, dengan itulah Ia bertarung gagah.


Sosok berjubah yang sedang bertempur dengan gagah berani itu tidak lepas dalam bidikan mata Ibnu Qami’ah, sosok itu tidak asing bagi Ibnu Qami’ah yang pernah ikut dalam pertempuran di Badar setahun sebelumnya. Ia melihat lekat sosok paling dominan di tengah kaum muslimin tersebut. Bagi Ibnu Qaimi’ah sosok itulah yang telah merendahkan dan menghina sembahan-sembahan mereka seperti Latta dan ‘Uzza yang telah disembah secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dialah yang telah menyebabkan perpecahan di Mekah, dialah yang telah memutuskan hubungan sanak saudara menjadikan mereka bermusuhan satu dengan lainnya.


Ibnu Qami’ah mengenal sosok tersebut sebagai Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib pembawa agama pemecah-belah. Ibnu Qami’ah tidak mengetahui bahwa sosok berjubah pemegang panji hitam tersebut sebenarnya adalah Mush’ab bin Umair, bukan Rasulullah Saw. Ia mengenal sosok tersebut sebagai Nabi Muhammad karena jubah perang yang dikenakan oleh sosok tersebut juga digunakan oleh Rasul Saw. pada saat perang Badar setahun sebelumnya.


Dengan mata yang telah difokuskan hanya untuk satu target, Ibnu Qami’ah menghunus pedangnya lalu berlari kencang dengan kudanya ke arah sosok berjubah itu. Dari arah belakang, Ibnu Qami’ah mengayunkan pedangnya menghantam tubuh Mush’ab bin Umair, dengan sekali tebasan, tangan kanan Mush’ab yang sedang memegang panji terlepas dari tubuhnya. Panji hitam ar-rayah hampir saja jatuh ke tanah, dengan sigap Mush’ab menangkapnya sehingga panji Tauhid itu kembali berkibar dengan gagahnya di bawah langit Uhud, Mush’ab masih memberikan perlawanannya meski dengan satu tangan yang tertinggal, Ia masih berdiri dangan tegak melawan musuh-musuh Islam.
Ibnu Qami’ah semoga Allah melaknatnya, belum juga merasa puas atas keberhasilannya melepas tangan Mush’ab dari tubuhnya, terlebih panji yang dipegang Mush’ab belum juga berhasil Ia jatuhkan.
Ibnu Qami’ah lalu kembali maju dan mengayunkan pedangnya ke arah Mush’ab, kali ini pedangnya menyasar tangan kiri Mush’ab. Dengan sekali tebasan, tangan kiri Mush’ab yang memegang panji kembali lepas dari tubuhnya, hampir saja panji itu jatuh ke tanah bersamaan dengan lepasnya tangan Mush’ab, namun Mush’ab sama sekali tak sudi melihat nama Allah, Tuhan yang menciptakannya dan nama Rasulnya yang mulia yang telah memberinya jalan cahaya Islam itu sampai jatuh ke tanah, dengan segera Mush’ab melabuhkan badan dan merangkul tiang panji tauhid dengan lengannya yang masih tersisa, Ia lalu kembali menegakkan rayah tersebut di tengah-tengah pertempuran.


Mush’ab tak lagi memperhatikan apa yang menimpa dirinya, saat itu yang Ia lakukan adalah bagaimana agar panji Islam ar-Rayah yang diamanahkan oleh Rasul Saw. kepadanya tetap berkibar di tengah pertempuran meski Ia sendiri harus kehilangan kedua tangan bahkan nyawanya. Bagi Mush’ab, amanah yang diberikan kepadanya untuk memegang panji perang umat Islam adalah sebuah kehormatan yang tak ternilai oleh apapun. Dengan sisa kekuatan yang Ia miliki, Mush’ab meneguhkan hati, lalu membenamkan kedua lututnya ke dalam tanah untuk memperkuat posisinya agar tidak jatuh, Ia lantas berteriak ‘’Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sesungguhnya telah berlalu beberapa orang rasul yang diutus sebelumnya’’. Itulah kata terakhir dari Mush’ab bin Umair, sebuah kata cinta yang melambangkan bukti bahwa hingga detik terakhir dari hidupnya Ia persembahkan untuk menjalankan amanah yang diembankan kepadanya dari seorang Nabi agung nan mulia, Muhammad Rasulullah Saw.


Melihat keteguhan dan kuatnya Mush’ab untuk tetap bertahan, membuat Ibnu Qami’ah merasa dongkol dan geram, sebab meski dua tebasan pedangnya telah mengakibatkan lepasnya tangan Mush’ab bin Umair, namun itu tidak juga mampu menjatuhkannya ke tanah, begitu juga dengan panji yang dipegang Mush’ab. Akhirnya Ibnu Qami’ah sekali lagi kembali mengarahkan kudanya ke arah Mush’ab, kali ini Ia tidak lagi menggunakan pedangnya untuk membunuh Mush’ab, Ia mengambil sebuah tombak dengan besi runcing tajam yang mengkilap diujungnya, dengan itulah Mush’ab akan syahid. Dengan tombak itu Ia akan mengakhiri perjalanan dakwahnya, mengorbankan jiwa dan raganya atas nama Allah dan Rasulnya demi kemuliaan Islam.


Ibnu Qami’ah lalu datang dan menusukkan tombak tersebut dari arah belakang, ujung tombak itu hampir menembus hingga ke dada Mush’ab. Darah segar mengalir deras dari tubuh Mush’ab kemudian jatuh berkucuran membasahi pasir Uhud, tubuh seorang bangsawan berwajah tampan itu mulai melemah dirangkul ajal, matanya yang indah perlahan meredup dan kini tertutup untuk selamanya, lelaki yang membuka dakwah Islam di Madinah itu pun perlahan merebah jatuh di pelukan bumi. Sang pembawa misi rahasia dari Rasul itu kini telah selesai menjalankan tugasnya. Panji yang dipeluk Mush’ab masih melekat di tubuhnya, seakan tak ingin membiarkan panji itu membujur hina di atas tanah meski dirinya sendiri sudah tak bernyawa. Ali bin Abi Thalib yang melihat Mush’ab telah terbaring diatas tanah, Ia bergegas berlari dan bermaksud menolong Mush’ab, namun Ia dapati Mush’ab sudah tak bernyawa. Mush’ab telah wafat sebagai Syuhada Uhud. Ali lalu mengambil panji rayah tersebut kemudian kembali mengibarkannya di tengah pertempuran....


(Dikutip dari buku MISI RAHASIA MUSH'AB BIN UMAIR, Al Azhar Press 2018)


#BukanSembarangBendera
#BelaKalimatTauhid
#BelaBenderaTauhid

Selasa, 16 Oktober 2018

Puncak Kemaksiatan Itu Demokrasi



LENTERA KEBANGKITAN

Puncak Kemaksiatan Itu Demokrasi

Kita berada di zaman now yakni di era peradaban demokrasi kapitalisme yang lahir dari rahim najis nan kotor ideologi iblis dajjal yang bernama akidah kufur sekulerisme yang sangat liberalistik dan sangat hedonistik yang menuhankan kepentingan, materi dan kepuasan syahwat hawa nafsu belaka.

Di peradaban demokrasi kapitalisme saat ini segala bentuk kemaksiatan begitu sangat suburnya dari maksiat paling kecil hingga maksiat paling besar laksana tumbuhnya jamur di musim penghujan. Peradaban demokrasi kapitalisme saat ini sejatinya merupakan rangkuman dari segala bentuk kemaksiatan yang pernah dilakukan oleh kaum-kaum terdahulu.

Demokrasi kapitalisme hanya menjadi biang kemaksiatan dan hanya kian suburkan segala bentuk kemaksiatan di zaman now ini. Lihatlah dalam peradaban sampah demokrasi kapitalisme tersebut begitu sangat suburnya perilaku bejat nan amoral dan tidak manusiawi, seperti:

Penjajahan gaya baru; perbudakan gaya baru; pembunuhan massal; terorisme yang dilakukan negara demokrasi dan radikalisme yang dilakukan oleh negara demokrasi; LGBT; komunisme; kumpul kebo; incest; pemerkosaan; dugem; aborsi; pornografi-pornoaksi; prostitusi; kriminalitas; bunuh diri; kenakalan remaja; mirasantika; korupsi; hoax teriak hoax; ekonomi ribawi; penjualan aset penting negara; utang ribawi yang dilakukan negara; menipu rakyat dan menindas rakyat melalui sejumlah kebijakan dan UU yang pro asing dan aseng; mengundang para penjajah kafir kapitalis seperti RRC, AS, Eropa, IMF dan Bank Dunia serta perusahaan-perusahaan multinasional; menyerahkan tambang emas berton-ton segunung di Papua kepada Freeport; menyerahkan 2/3 wilayah NKRI ke asing; menyerahkan 80% lebih SDA dan migas NKRI ke asing dan aseng; mendatangkan jutaan tenaga kerja asing dari Cina baik legal maupun ilegal; liberalisasi ekonomi baik hulu maupun hilir termasuk CAFTA, MEA, liberalisasi migas, menghapus subsidi rakyat, menaikkan berkali-kali harga BBM secara diam-diam, menaikkan TDL diam-diam, impor beras, impor garam, dll; liberalisasi seluruh aspek kehidupan; menjadikan pajak sebagai sumber utama devisa negara; membuat hukum kian tumpul ke atas dan hanya tajam ke bawah yang berujung hukum hanya tumpul ke kafir dan hanya tajam ke Islam, dan lain-lain.

Dan kemaksiatan terbesar di peradaban demokrasi kapitalisme tersebut adalah mencampakkan hukum-hukum Allah SWT (Syariah Islam: Al-Quran dan As-Sunnah) bahkan justru dengan sok pintar dan sangat sombongnya para pemuja dan penikmat demokrasi tersebut membuat dan mengadopsi serta menerapkan sistem thagut hukum kufur demokrasi kapitalisme sekulerisme melalui legislasi regulasi berupa Perppu dan UU kufur yang sangat bertentangan dengan akidah Islam dan parahnya pun mereka berani terang-terangan mempersekusi dan mengkriminalisasi Ulama dan aktivis dakwah serta mengkriminalisasi ajaran Islam perihal Tauhid, Dakwah, Jihad, Syariah dan Khilafah.

Karena itulah, demokrasi kapitalisme sekulerisme tersebut sejatinya adalah puncak kemaksiatan di zaman now ini. Demokrasi kapitalisme sekulerisme tersebut adalah berhala gaya baru di zaman modern saat ini yang hanya akan terus-menerus mengundang segala bencana, baik bencana sosial-politik-ekonomi maupun bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, likuifastik, pemanasan global, kerusakan ekosistem bumi, polusi darat-laut-udara, banjir bandang, tanah longsor, gunung meletus, lumpur lapindo, kebakaran hutan, kabut asap, dan lain-lain.

Sungguh demokrasi hanya kian terus-menerus mengundang murka, laknat dan azab Allah SWT semata. Karena itu, masihkah percaya demokrasi kapitalisme sekulerisme tersebut..?! Dan masihkah layak demokrasi kapitalisme sekulerisme tersebut tetap dipertahankan..?!

Allah SWT berfirman:

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?." (QS. Al-Maidah: 50)

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha: 124)

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rûm: 41)

Dalam ayat yang mulia ini, Allah SWT menyatakan bahwa penyebab utama semua kerusakan [Karena huruf alif dan lam di awal kata al-fasâd bermakna lil istigrâq yang memberikan makna semua atau seluruh-red] yang terjadi di muka bumi dengan berbagai bentuknya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia. Ini menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti kerusakan yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi.

Imam Abul ‘Aliyah ar-Riyâhi [Beliau adalah Rufâi’ bin Mihrân ar-Riyâhi (wafat tahun 90 H). Seorang Tabi’in senior yang terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah Saw. Lihat: Taqrîbut Tahdzîb hlm. 162] mengatakan, “Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi berarti dia telah berbuat kerusakan di muka bumi, karena bumi dan langit itu baik dengan sebab ketaatan (kepada Allah SWT-pent)” [Dinukil oleh Imam Ibnu Katsîr dalam tafsir beliau (3/576)]

Imam asy-Syaukâni rahimahullah ketika menafsirkan ayat di atas mengatakan, “(Dalam ayat ini) Allah menjelaskan bahwa perbuatan syirik dan maksiat adalah sebab timbulnya (berbagai) kerusakan di alam semesta” [Fathul Qadîr (5/475)]

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

"Dan musibah apa saja yang menimpa kamu, maka itu disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri." (QS. Asy-Syûra: 30)

Syaikh Abdurrahmân as-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini mengatakan, “Allah SWT memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan…” [Taisîrul Karîmi Ar-Rahmân, hlm. 759]

Allah SWT pun berfirman:


وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96)

Oleh karena itulah sebagai bukti keimanan dan ketaatan atau ketaqwaan kita kepada Allah SWT, maka sudah tiba saatnyalah untuk segera mencampakkan dan menumbangkan demokrasi kapitalisme sekulerisme biang bencana dan puncak kemaksiatan tersebut ke dalam tong sampah peradaban dunia. Dan sudah tiba saatnyalah kita hijrah secara kaffah ke dalam sistem Islam kaffah dalam bingkai Khilafah Rasyidah Islamiyah untuk hidup yang lebih baik penuh berkah dan untuk Indonesia serta untuk dunia yang lebih baik penuh rahmah dan penuh berkah.

Allah SWT berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa (menjadi Khilafah) di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. An-Nuur: 55)

Wallahu a'lam bish shawab. []

#HijrahKeIslamKaffah
#2019TumbangkanDemokrasi
#2019TegakkanKhilafah
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahAdalahSolusi []

@Zakariya al-Bantany

Sabtu, 13 Oktober 2018

Mengenal RIBA karena menyaksikan AZAB KUBUR



Nama saya Indra Firmansyah, mulai merasa penuh keresahan dalam hidup sejak tahun 2015.

Saya menghubungi ustadz Abu Fida (sesama orang tua wali murid di TK Sunda Kelapa) melalui sambungan telephon untuk menyatakan pertobatan dan berazzam untuk memperbaiki ibadah yang selama ini dilaksanakan alakadarnya saja.

2015 s.d. juli 2017 saya menjalankan ibadah dengan baik tetapi kenapa hati ini masih galau.

Bingung dan resah makin melanda. Dan datanglah berita duka cita itu, bulan juni atau juli 2017, salah satu sahabat baik saya meninggal dunia.


Seorang Kacab sebuah Bank plat merah dengan logo pita berlatar belakang warna biru itu meninggalkan saya dan kami semua.

Sahabat yang baik, yang rajin sholat, selalu tahajjud (pada waktu jalan2 ke pulau disaat yg lain sibuk karaoke, main musik, main kartu, minum bir, beliau bertahan di kamar dan tahajud), bos yang baik, royal dalam berbagi, meninggal dunia di umur 43 tahun.


Saya dan beberapa teman dari kantornya ikut mengantar sampai ke pemakaman di karet tengsin depan citywalk sudirman.
Alhamdulillah, pemakaman berjalan lancar, lau doa penutup pun dilantunkan ustadz.


 Selesai berdoa kami semua siap2 beranjak pulang, lalu.... masalah dimulai....
Datanglah rombongan jenazah lain menuju lokasi kuburan sahabat kami, lalu serta merta seorang ibu menghampiri dan bertanya, "Kenapa lubang kuburan anak saya dipakai?".


Subhanallah, ternyata hari itu ada 2 jenazah yang akan dimakamkan, dan jenazah kawan saya telah salah dimakamkan di liang lahat orang lain.


Keluarga sahabat saya berusaha bernegosiasi agar jenazah kedua bersedia dimakamkan di liang lahat yang seharusnya milik teman saya.


 Tetapi keluarga jenazah kedua bersikukuh ingin agar jenazah teman saya digali lagi dan  dipindahkan.


Segala upaya dilakukan tetapi pada akhirnya, makam sahabat saya di gali lagi... saya dan teman2 saya yg lain membatalkan diri untuk pulang dan memilih bertahan untuk ikut membantu proses penggalian ulang dan pemindahan jenazah sahabat saya.


Proses penggalian pun dimulai, dan subhanallah, saat liat lahat baru berhasil digali setengahnya, ujung2 papan baru terlihat sedikit, kami semua saling pandang satu sama lain dan merasakan jantung berdegup kencang, karena kami semua mencium bau khas seperti rambut terbakar, bau sangit seperti ada yang terbakar.


Ibu sahabat saya sontak pingsan saat itu juga dan menimbulkan kekacauan dan teriakan dari ibu2 lain.


Penggalian di lanjutkan dan.... Subhanallah... kami semua melihat papan liat lahat yang sudah menghitam, serta jenazah yang sudah berasap denga  kain kafan yang hangus, dan bau daging terbakar tercium sangat kencang sekali.... kami semua berteriak subhanallah, astaghfirullah, semua lafadz yang kami ingat kami bacakan.... para penggali makam loncat keluar dari liang lahat lalu berlari menjauh.

Ya Allah... sahabat kami yang rajin sholat dan royal dalam berbagi, baik hati dan disenangi bawahan, Engkau buka aibnya kepada kami, dosa apa yang ia pikul sampai ia merasakan dibakar di alam kubur padahal belum 1 jam makamnya ditutup.


Keluarga jenazah kedua pun merasa bersalah dan mengikhlaskan sahabat saya tetap dikubur di liang lahat itu, lalu, subhanallah.... para penggali kubur cepat2 menurunkan tanah tanpa menyusun lagi papan2 yang sudah menghitam dan sebagian sudah patah2 serta rapuh.


Ya Allah.... engkau azab sahabatku, engkau buka aibnya, dan engkau buat ia dikubur lsg dengan tanah.... Ya Allah dosa apakah ini..... Allah Maha Pengasih dan Penyayang, ibu sahabat saya dilindungi dari melihat kondisi anaknya dengan cara dipingsankan sebelum penggalian selesai.


Selesai acara penguburan lalu saya dan teman2 bersepakat untuk belajar mengaji dan mencari tahu dosa apa sampe azabnya seperti itu.


satu bulan kami keliling2 mendatangi pengajian, lalu kami semua sepakat berhenti dari profesi kami sebagai karyawan bidang keuangan.

Satu teman saya sekarang menduda karena istrinya menolak dia mengundurkan diri dari pekerjaannya..... tapi Allah buktikan janjinya, setelah berhenti kerja, dia skrg berjualan susu kefir dengan omzet sama seperti gajinya saat dia bekerja sebagai karyawan di lembaga keuangan.

Itu lah awal mula saya mengenal riba dan akhirnya di referensikan oleh ustadz abi fida untuk masuk ke grup KTR jabodetabek di bulan agustus 2017.... semoga bermanfaat.



Seperti yg diceritakan pak indra waktu pertemuan komunitas tanpa riba di rumah adik saya (red-Saya = Eka Melala bisa search di FB )  Aramiko Gayo di cileduk (komp yayasan peruri) tgl 7 oktober 2018...cerita ini asli... Dan tdk ada unsur menakut nakuti....

*Mudah mudahan share artikel ini termasuk kategori syiar dalam kebaikan ..

Kamis, 11 Oktober 2018

Kecintaan Anggota HTI Terhadap Rakyat Indonesia



Ba'da Isya jam 19.20 WITA ada seorang warga korban gempa dan tsunami. Beliau datang meminta bantuan untuk mengaliri listrik di tenda pengungsian. "Assalamualaikum ustadz, saya warga korban gempa, mohon berkenan membantu aliran listrik agar di tenda pengungsian kami menjadi terang, kasian anak-anak. Saya punya dua orang anak". Ujar pengungsi dengan nama EM (nama inisial).

"Baik, saya akan penggil yang ahli di bidangnya" ujar kordinator nasional relawan, kemudian saya segera memanggil seorang ustadz yang ahli di bidang listrik. Kebetulan kami memiliki 1 mesin diesel untuk pengaliran listrik.

Sebelum berangkat ke tenda pengungsian, pak EM bertanya "Bapak relawan dari mana?" Saya jawab " saya dari relawan #IslamSelamatkanNegeri".

Beliau masih penasaran dan terus menggali lebih jauh, "maksud saya bapak dari organisasi mana?" Tanya pak EM dengan muka penuh ingin tahu.

Saya jawab lagi " kami dari relawan #IslamSelamatkanNegeri ".
Kemudian beliau bertanya lagi dengan spesifik " bapak ngaji di HTI?" Karena seorang muslim tak boleh berbohong saya jawab " iya, saya ngaji di HTI".

Ternyata responnya tak saya duga, beliau langsung berdiri kemudian mengatakan "saya termasuk orang yang tidak setuju HTI dicabut BHP nya, kiprah HTI terhadap bangsa dan negara tidak perlu diragukan lagi. Buktinya sudah terlalu banyak, orang-orang HTI hadir menemani, membimbing shalat dan mengaji al-Qur'an terhadap kami dan anak-anak kami di sini. Mereka tetap hadir meski BHP nya dicabut, mereka hadir tanpa menunjukan identitas organisasinya". Tegas pak EM

Mendengar pernyataan tersebut saya terharu dan ada pertanyaan lebih yang mengganjal di benak saya, kenapa pak EM mengetahui istilah BHP.

"Mohon maaf, bapak paham istilah BHP dari mana?" Tanya saya
"Saya ini advokat, pak. Rumah saya hancur". Jawab pak EM.
"Kita satu profesi pak, advokat" jawab saya

Demikianlah sekelumit cerita di lapangan,

Ayo bangkit masyarakat Palu, insyaallah kami akan ada bersama kalian.

Wallahualambishawab

Palu, 8 Oktober 2018.

Chandra Purna Irawan,SH.,MH.
Koordinator Nasional Relawan #IslamSelamatkanNegeri

Selasa, 09 Oktober 2018

BEDA KELAS KEYAKINAN



Seorang Ustadz tengah memberi tausiyah pada jama'ah pengajiannya.

" Duluuuu ... tatkala umat Islam adanya masih di satu kota kecil Medinah, dan jumlahnya pun baru hitungan ribuan orang, ada diantara umat Islam itu yang bertanya kepada Rasulullah :

" Ya Rasulullah, manakah yang lebih dahulu kita taklukkan ? Roma atau Konstantinopel ?,"

Bayangkan. Adanya yang berani menanyakan hal yang sangat musykil itu. Tahu gak ? Roma itu adalah ibukota Romawi Barat dan Konstantinopel itu adalah ibukota Romawi Timur. Saat itu, Romawi adalah imperium adi daya, dengan jumlah pasukan terlatih ratusan ribu orang bahkan mungkin jutaan jumlahnya. Persenjataannya lengkap. Pakaian perangnya seperti baju besi, perisai serta kendaraan perangnyapun sangat lengkap. Belum bicara benteng-bentengnya yang kokoh.

Konstantinopel itu adalah kota yang dikelilingi benteng yang sangat kokoh yang tiada kekuatan pasukan manapun yang pernah bisa menerobosnya.

Jika kita lihat fakta ini, pertanyaan sahabat itu akan terasa mengada-ngada, ngimpi. Namun Rasulullah dengan tenang menjawab :

" Yang pertama ditaklukkan adalah kotanya Heraklius (Konstantinopel)."

Begitu pernyatan itu keluar dari mulut Rasulullah, seluruh sahabat menyambut gembira, dan yakin penuh bahwa apa yang diucapkan Rasulullah itu bakal terjadi. Semangat mereka memuncak. Sejak itu, setiap upaya mereka lakukan untuk mewujudkan kemenangan yang dijanjikan Rasulullah.

Pasukan muslim dari tahun ke tahun semakin mendekati Konstantinopel. Hingga akhirnya mampu menaklukkan Konstantinopel 823 tahun setelah Rasulullah menyebutkan bakal jatuhnya Konstantinopel.

Itulah kelasnya keyakinan para sahabat. Keyakinan yang beyond imagination, gak bisa dibayangkan.

Kenapakah mereka itu begitu yakinnya ?."

Jawab jama'ah :
" Karena mereka meyakini kerasulan Rasulullah, sehingga setiap ucapan beliau adalah ucapan yang dibimbing wahyu. Tidak mungkin salah atau bohong."

Si Ustadz manggut-manggut :

" Sekarang umat Islam telah menyebar di hampir seluruh pelosok bumi dengan jumlah mencapai 1,7 milyar. Jika dibandingkan dengan jumlah kecil di Medinah dlu, tentu kekuatan umat saat ini berlipat kali. Seharusnya dengan jumlah besar itu mereka akan mampu mewujudkan hal yang lebih mustahil dari hanya menaklukkan Konstantinopel.

Saat ini, umat Islam tercerai berai menjadi lebih dari 50 negara. Ada satu ucapan Rasulullah tentang masa depan umat Islam :

" Kelak akan kembali ada Khilafah yang mengikuti metode kenabian."

Khilafah itu adalah negara yang menyatukan kembali seluruh umat Islam. Jika kita lihat fakta sudah cerai-berainya umat Islam kini, mana yang lebih mustahil, keinginan menaklukkan Roma atau Konstantinopel oleh segelintir umat Islam di Medinah, atau bersatu kembali dalam satu negara, satu kepemimpinan ? "

Jama'ah terdiam. Namun ada juga yang menjawab :

" Rasanya menyatukan kembali umat Islam kini lebih mustahil Ustadz."

" Baiklah," lanjut si Ustadz. " Persoalannya, Rasulullah sudah menyatakan itu akan kembali ada. Jika Rasulullah sudah mengatakan Khilafah itu akan kembali ada, sikap kita, gembira atau malah kesal ?"

Jama'ah terdiam.

Si Ustadz tersenyum.
" Inilah beda kelas keyakinan kita dengan keyakinan para sahabat. Bagi para sahabat, setiap berita yang menguntungkan umat Islam, akan mereka sambut gembira dan bersungguh-sungguh mewujudkannya. Namun kita tidak lagi gembira akan berita bakal tegak kembali Khilafah yang berarti bakal bersatu kembali umat Islam, bakal diterapkan kembali Syariat Islam dengan menyeluruh. Akal kita sudah dibelenggu oleh fakta-fakta, kondisi-kondisi yang menurut akal mustahil untuk dirubah.

Akhirnya kita malah jadi penghalang tegaknya Khilafah, menjadi musuh dari kelompok yang hendak menegakkan Khilafah.

Pertanyaannya, jika Konstantinopel terbukti benar bisa ditaklukkan oleh umat Islam, apakah mungkin Khilafah tidak akan tegak kembali ?

Bukankah kedua hal ini sama-sama terucap dari lisan mulia Rasulullah yang berarti ini ucapan yang dibimbing wahyu, yang berarti tidak mungkin salah dan tidak mungkin dusta ?

Jadi, jika ingin sama kelas keyakinannya dengan sahabat Rasul, mulai saat ini, sambutlah dengan gembira khabar akan tegaknya kembali Khilafah. Turutlah bersama seluruh umat untuk mewujudkannya, karena sikap beginilah yang ditunjukkan oleh para sahabat atas semua berita kemenangan umat Islam."

(COPAS)

KISAH KAKEK DAN WARUNG KECILNYA



Berhentilah mengundang azab Allah Swt. wahai penguasa...

KISAH KAKEK DAN WARUNG KECILNYA
Sebuah Kisah Nyata

Oleh Ahmad Sastra

Di sebuah kampung di daerah Bogor, seorang kakek yang telah lama hidup sebatang kara membuka warung kecil. Hampir setiap hari saya melewati warung sang kakek. Sesekali saya membeli pisang goreng yang dijualnya. Warung yang hanya 4x4 meter berfungsi juga sebagai kamar tidur sang kakek. Sementara dapur berada di belakang warung.

Mungkin umur kakek itu sudah 70 tahun, sebab setiap saya tanya, dia bahkan sudah lupa berapa umurnya. Namun ada yang ganjil di warung kakek, yakni dagangan yang dijual makin hari makin berkurang.

“Modalnya udah habis mas”, jawab sang kakek saat saya tanya.

Hingga pada suatu pagi, tidak seperti biasanya, warung kakek ditutup. Saya mencoba mengetuk pintu warung, tak ada jawaban.

Kuketuk sekali lagi, “Assalamu’alaikum kek”, ucapku.

“Iya wa’alaikum salam”, ada apa mas. “Biasa kek, mau beli pisang goreng”, jawab saya.

“Maaf mas, kakek udah gak bisa lagi jualan, bahkan satu-satunya warung kakek ini juga mau saya jual”, jawabnya.

Hatiku tersentak, sebab berdasarkan pengakuan kakek, warungnya sudah ada yang siap membelinya. Bahkan sang pembeli sudah menyerahkan sebagian uangnya.

“Kakek terjerat rentiner mas, setiap hari harus membayar hutang 50.000 rupiah, karenanya bunganya besar, saya terpaksa karena tidak punya modal”, keluh sang kakek.

Ternyata sang kakek terjerat rentenir kelas teri yang sering mondar-mandir perkampungan. Rentenir itu menjerat orang-orang miskin yang butuh modal dengan mematok bunga ribawi yang tinggi. Sang kakek bukannya berkembang bisnisnya, justru bangkrut dengan menanggung hutang yang makin mencekik.

Karena tak lagi mampu membayar, terpaksa sang kakek menjual satu-satunya warung untuk bisa bebas dari cekikan ribanya. Kasihan kakek, sudahlah riba itu haram hukumnya, ditambah lagi kehilangan satu-satunya aset warung yang sekaligus sebagai tempat tinggal.

Saat tulisan ini dibuat, sang kakek sudah meninggal sekitar setahun yang lalu. Saya teringat nasib tragis sang kekek yang meninggal tanpa memiliki harta sepeserpun. Semoga keterpaksaan sang kakek meminjam hutang berbunga haram diampuni oleh Allah.

Memori nasib sang kakek yang biasa memanggil saya Mas Ahmad itu muncul berbarengan dengan peristiwa kedatangan IMF ‘rentenir kelas kakap’ ke negeri ini. Skema hutang ribawi ala IMF adalah jeratan mencekik bagi negara manapun yang berhutang kepadanya.

Telah banyak negara yang akhirnya bangkrut setelah terjerat hutang haram dari IMF. Skema riba dalam pandangan Islam adalah haram. Islam mengibaratkan dosa riba seperti seorang anak yang menzinahi ibu kandungnya sendiri. Riba membuat pelakunya seperti orang yang sempoyongan karena mabok yang akhirnya tersungkur, terjerembab dan tewas.

Akankah negeri ini juga akan bernasib sama seperti sang kakek. Entah hingga hari ini sudah berapa ribu triliun hutang ribawi yang menjerat dan mencekik negeri ini. Entah berapa bunga haram yang harus dibayarkan setiap tahunnya. Entah sampai kapan rakyat harus menanggung hutang haram yang makin menggunung ini. Entahlah.

Akankah negeri ini juga akan bernasib seperti sang kakek yang terpaksa harus menjual aset rakyat untuk menutupi hutang. Ataukah negeri ini akan menaikkan pajak semua barang yang digunakan rakyat. Sementara rakyat sendiri sedang dalam keadaan melarat, sebagaimana melaratnya sang kakek.

Sang rentenir kelas teri yang biasa berkeliling di perkampungan selalu mencari mangsa penduduk melarat yang butuh uang. Setelah mau berhutang, sang rentenir menjeratnya dengan bunga haram tinggi. Sang kakek yang melarat terpaksa menjadi budak rentenir hingga ajal menjemput dan warungnyapun dijual.

Semoga negeri ini segera bertobat dan sadar akan bahayanya model penjajahan gaya baru yakni skema hutang ribawi. Sebab selain negeri ini akan berkubang dosa karena riba, negeri ini juga akan melarat serta kehilangan keberkahan dari Allah.

Padahal Allah dan Rasul-Nya telah mengingatkan bahwa jika telah merajalela riba dan zina, maka manusia itu sungguh telah sengaja menantang datangnya azab dari Allah.

Bisa jadi bencana alam yang silih berganti menimpa negeri ini karena kemaksiatan bangsa ini yang telah menjadi budak riba dan merajalelanya perzinahan.

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS An Nisaa : 79)

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (QS Thahaa : 124)

Bencana alam adalah peringatan keras dari Allah, agar manusia kembali ke jalan Allah dan meninggalkan semua jalan setan. Maka bertobatlah, kembalilah kepada syariat Allah, jika kita masih ingin negeri ini mendapat keberkahan dari Allah.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ar Ruum : 41)

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs Al A’raf : 96).

Saya teringat lagi Ebiet G Ade : Bila masih mungkin/kita menorehkan batin/atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas/ Mumpung masih ada kesempatan buat kita/…kita masih ingat tragedi yang memilukan/….kita mesti bersyukur karena kita masih diberi waktu/….hanya atas kasihNya/hanya atas kehendakNya/kita masih bertemu matahari/…..entah sampai kapan waktu masih tersisa/… yang terbaik adalah segera bersujud/mumpung kita masih diberi waktu… [Ebiet G Ade, Masih Ada Waktu].

Mumpung masih ada kesempatan, mumpung kita masih bisa bertemu matahari, maka bertobatlah wahai para pemimpin negeri, bertobatlah. Berhentilah mengundang azab Allah.

[AhmadSastra,KotaHujan,07/10/18 : 13.15 WIB]

Senin, 08 Oktober 2018

‼ It’s Okay ‼



© Ustadz Yudha Pedyanto

Siapa yang tidak merinding ketika Khabib meneriakkan pekik Alhamdulillah di panggung UFC yang gersang dari nilai-nilai luhur. Lebih merinding lagi ketika ia mengucapkannya berulang-ulang, “I know you don’t like this, Alhamdulillah!”. Lantang, tegas, berani, tanpa basi-basi, dipekikkan di atas kilauan panggung yang selama dikenal arogan, congkak dan suka menista Islam.

Dan ghirah itu pun makin membuncah ketika terbukti Khabib tidak hanya besar mulut, lawannya, McGregor yang selama ini dikenal rasis dan suka menghina Islam, nyaris pingsan ditekuknya dan hanya bisa menjulur-julurkan lidahnya kepayahan. Setiap muslimin pun menyambutnya dengan luapan suka cita dan haru biru. Ada yang mengatakan Khabib vs Gregor ibarat pertarungan Haq vs Bathil.

Tapi saya tahu, mereka sebenarnya bukan menanti-nanti lahirnya idola baru seperti Khabib, tapi menanti-nanti lahirnya kekuatan baru yang berani dan tegas di hadapan musuh-musuh Islam. Mereka sudah lelah Islam dimana-mana dinista dan dihina, tanpa ada kemampuan berarti membela marwah kehormatan agama dan saudaranya.

Hadirnya Khabib dengan kombinasi muslim taatnya dan kekuatan gulatnya, seolah memberikan pelepasan sementara atas kerinduan hadirnya representasi kekuatan Islam di pentas dunia yang tak kunjung datang. Seolah memberikan setetes air kesejukan di tengah gersangnya kezhaliman, penjarahan dan penjajahan yang terus menggerus negeri-negeri Islam.

Saya yakin, bukan Khabib yang dielu-elukan oleh pemuda Islam seantero jagad raya. Apalagi UFC tak lain industri entertainment yang sarat umbar maksiyat judi dan aurat. Dan Khabib pun terlihat takzim dengan Putin, sang pembantai muslim Syiria. Bukan, bukan Khabib yang sebenarnya dielu-elukan, tapi energi keberanian melawan kebatilan, tanpa rasa takut dan gentar sedikitpun, karena hanya Allah SWT satu-satunya yang wajib ditakuti.

Para pemuda kita nyaris tenggelam dalam kubangan kegetiran nasib umat Islam yang terus menerus dinista. Mereka tak tahu harus berteriak meminta tolong kepada siapa. Mengadu kepada siapa. Atau mencari perlidungan ke mana. Ketika Khabib yang "muslim tulen" hadir melawan McGregor sang penista, seolah-olah mereka mendapat pelampiasan sementara. Senaif apa pun itu.

Ketika anak-anak dan muslimah-muslimah Palestina jadi sasaran bom sulfur dan sniper bengis Israel, para pemuda kita menanti tindakan heroik seperti yang pernah dilakukan Rasulullah SAW, ketika ada SATU orang muslimah yang hijabnya “hanya" dipermainkan oleh Yahudi Bani Qainuqa. Lalu Rasulullah mengirim pasukan dan mengepung Yahudi Bani Qainuqa, dan mengultimatum mereka: Hadapi kami atau keluar dari Madinah!

Tapi para pemuda kita bisa tertunduk kecewa karena ternyata tak ada satu pun pemimpin Islam yang heroik seperti Rasulullah SAW.

Atau ketika bumi-bumi kaum muslimin yang kaya dijajah dan dijarah, para pemuda kita menanti tindakan berani seperti yang pernah dilakukan khalifah Harun Al-Rasyid, ketika Kaisar Romawi Nicephorus menolak membayar jizyah bahkan balik menantang sang khalifah. Lalu khalifah Harun Al-Rasyid hanya berkata: "Dari Harun ar-Rasyid, Amirul Mukminin, kepada Nakfur, Anjing Romawi. Aku sudah membaca suratmu, jawabannya akan kamu lihat, bukan kamu dengar.” Setelah melihat kolosalnya pasukan Islam long march memasuki ibukota Bizantium, Sang Kaisar Romawi pun akhirnya bertekuk lutut.

Tapi para pemuda kita lagi-lagi hanya bisa tertunduk sedih karena ternyata tak ada satu pun pemimpin Islam yang berani seperti Harun Al-Rasyid.

Atau ketika berkali-kali pers Barat memuat seni karikatur yang menista Islam dan Nabi Muhammad SAW, para pemuda kita menanti tindakan tegas seperti yang pernah dilakukan khalifah Abdul Hamid II, ketika Perancis berencana akan mementaskan teater karya Voltaire yang menista Nabi Muhammad SAW, Zaid dan Zainab radhiyallahu anha. Sang khalifah Abdul Hamid II pun hanya berkata: “Jika tidak dibatalkan, kami akan menggelorakan Jihad al-Akbar.” Akhirnya pementasan teater itu pun dibatalkan Perancis.

Tapi para pemuda kita lagi-lagi hanya bisa tertunduk lesu menyaksikan berkali-kali Nabi SAW dan Islam dinista, tak satupun pemimpin muslim yang berani tegas membelanya.

Para pemuda kita terlalu lama melihat nabinya, agamanya, bahkan Tuhannya dihina dan dinista. Dan mereka tak kuasa melakukan apa-apa. Jika Nabi Muhammad SAW masih hidup, mereka pasti mengadu sambil menangis seunggukan dihadapannya. Jika khalifah Harun Al-Rasyid masih ada, mereka pasti bisa meminta pertolongannya. Jika Sultan Abdul Hamid masih memimpin, mereka pasti rela berjihad bersama pasukannya. Tapi semuanya tadi tidak ada. Yang ada hanyalah para pemimpin dan ulama kaki tangan penjajah sang durjana.

Mereka tidak tahu mau  berpaling ke mana lagi. Sampai akhirnya ada tayangan adu manusia UFC yang dijadikan industri entertainment, yang kebetulan mementaskan muslim taat vs kafir penista rasis. Ketika Khabib pun menang, para pemuda Islam mengalami euforia. Seolah layak merayakan kemenangan, kekuatan dan kedigdayaan Islam yang selama ini tak berdaya dihadapan musuh-musuhnya. Padahal itu hanya ghirah semu yang dikomersialisasi oleh industri sport dan entertainment kapitalis semata.

Jika ada saudara Anda yang ikut bersorak merayakan kemenangan Khabib, rangkullah, dan sampaikan kepadanya: It’s okay. Mungkin dia lelah. Mungkin dia tak tahu lagi kemana mau mengadu. Atau mungkin dia nyaris kehilangan asa akan kembalinya kewibawaan dan kedigdayaan Islam. Ingatkan dan bisikkan nubuwah Nabi SAW yang mulia kepadanya: Tsumma takunu khilafatan ala minhajin nubuwah. PASTI akan kembali khilafah yang berjalan di atas metode kenabian. PASTI!

Dan ajak dia berjuang kembali.

Jogjakarta, 8 Oktober 2018



Khilafah, Khabib Vs McGregor

Oleh: Abi Ahsan

Pertarungan antara Khabib Vs McGregor menyita perhatian dunia karena Isu Agama juga membumbui pertarungan ini

Aroma Ketaqwaan ditunjukkan Khabib pemuda muslim ini. Beberapa kali kalimah Alhamdulillah dan Insyaallah  disengaja diucapkan

Barangkali itulah kenapa terjadi keributan masal diakhir laga laki laki tersebut. Diduga official McGregor menghina Khabib dgn sebutan Teroris.

Kenapa mereka lancang menghina Islam? Dan kenapa kita sebut mereka tidak tahu terimakasih?

Menulusuri sejarah Negara McGregor yakni Irlandia kita akan menemukan sejarah romantis dengan Islam

Irlandia adalah negara yang bertahan atas serangan negara adidaya dimasa lalu (Inggris dan Prancis) hingga sekarang

Dimasa peperangan tersebut Irlandia terus bertahan dan tidak mau tunduk kepada penjajah. Hingga suatu masa terjadi musim panceklik dan wabah kelaparan

Dimasa sulit itulah Khilafah Islam Turki Utsmani berbaik hati membantu Irlandia dengan mengirimkan ratusan kapal penuh makanan dan sejumlah emas sebagai kebaikan khilafah sebagai sesama manusia agar terus bertahan

Kebaikan Khalifah ini mereka kenang dengan mencatatnya disebuah prasasti yang masih terlihat disebuah tempat disana

Bahkan sebuah klub sepakbola menjadikan simbol Khilafah di logo klubnya sebagai wujud terimakasih.

Akhiran, mereka hina Islam padahal mereka ada justru karena Khilafah menolong orang tua mereka dahulunya.

Baiklah Tak mengapa, kami sabar. Ketika khilafah Rasyidah hadir lagi kami tetap membantu mereka. insyaallah. []

Rabu, 03 Oktober 2018

Maksiat Mengundang Bencana




LENTERA KEBANGKITAN

Maksiat Mengundang Bencana

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Belum kering air mata kita atas duka lara gempa dahsyat bertubi-tubi yang mendera saudara-saudara kita di Lombok dan sekitarnya. Kini kita pun tak kuasa merasakan kembali bencana paling dahsyat gempa dan tsunami serta liquifaksi (mencairnya tanah dan amblasnya permukaan tanah) yang menggoyang, menggulung dan mendera serta menghantam saudara-saudara kita di Palu-Donggala dan sekitarnya hingga memakan korban jiwa mencapai ribuan lebih dan puluhan ribu lebih luka-luka.

Sungguh kita sangat prihatin dan berduka-cita atas duka-lara bencana alam yang mendera saudara-saudara kita di Lombok dan sekitarnya, serta Palu-Donggala dan sekitarnya tersebut. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa saudara-saudara kita yang menjadi korban jiwa, dan semoga Allah SWT memberikan anugerah ketabahan dan kesabaran kepada saudara-saudara kita yang menjadi korban hidup yang tengah luka-luka. Aaamiin.

Namun, ketahuilah, bencana terberat dan paling dahsyat bagi negeri ini melebihi gempa Lombok dan gempa-tsunami-liquifastik Palu-Donggala dan sekitarnya tersebut adalah bercokolnya penguasa ruwaibidhah demokrasi dan bercokolnya sistem kufur dajjal demokrasi kapitalisme sekulerisme hingga hukum-hukum Allah SWT yang suci dicampakkan dan dikriminalisasi hingga negeri ini terbelenggu kuat dalam cengkraman penjajahan gurita raksasa kapitalisme global asing dan aseng hingga membuat negeri ini kian tercabik-cabik dan carut-marut di semua lini kehidupan baik akidah, ibadah, akhlak, politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, kesehatan, hukum, peradilan, persanksian, pertahanan dan keamanan hingga negeri ini mengalami kerusakan sistemik baik di darat, udara maupun di lautan.

Itulah akar penyebab segala bencana dahsyat, baik bencana alam maupun bencana sosial politik ekonomi yang mendera negeri zamrud khatulistiwa tersebut saat ini hingga negeri ini pun kini menjadi negeri 1000 bencana. Sungguh negeri ini sudah sangat kenyang dengan segala bentuk bencana alam tersebut baik gempa bumi, tsunami, liquifastik, gunung meletus, banjir bandang, tanah longsor, kemarau panjang, kebakaran hutan, kabut asap, dan lain-lain.

Serta negeri ini pun sudah kenyang dengan bencana sosial politik ekonomi -yang disebabkan oleh sistem hukum kufur jahiliyah demokrasi kapitalisme sekulerisme tersebut- baik krisis moral, krisis kepemimpinan, krisis moneter, krisis ekonomi, konflik horizontal, kemiskinan, pornografi-pornoaksi, kenakalan remaja, sex bebas, LGBT, komunisme, lepasnya Timor Timur-Sipadan-Ligitan dari bumi pertiwi nusantara, suburnya OPM di Papua, narkoba, nilai rupiah jatuh di bawah dollar hingga capai Rp15.000 per dollar, utang negara menggunung tinggi capai Rp4000 triliyun lebih, 2/3 wilayah negeri ini dikuasai asing, 80% SDA dan migas negeri ini diserahkan ke asing, kriminalisasi ajaran Islam dan Ulama, penjualan aset penting negara, biaya hidup makin mahal, harga sembako-BBM-TDL makin naik, dan lain-lain.

Ketahuilah sesungguhnya maksiat hanya mengundang bencana dan murka Allah saja. Dan maksiat terbesar saat ini adalah mencampakkan dan mengkriminalisasi hukum-hukum Allah SWT yakni Islam (Syariah Islam: Al-Qur’an dan As-Sunnah) khususnya ajaran Islam perihal Syariah, Dakwah, Jihad dan Khilafah serta mengkriminalisasi Ulama. Serta maksiat terbesar saat ini adalah menerapkan hukum kufur jahiliyah buatan manusia warisan kafir penjajah dan ajaran iblis-dajjal, baik hukum kufur demokrasi kapitalisme sekulerisme maupun sosialisme komunisme.

Pikir wahai orang-orang yang berakal, bukankah Allah SWT telah berfirman sebelumnya: 

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96)

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuura: 30)

Tidakkah kita belajar dari kisah-kisah kaum terdahulu yang diceritakan di dalam Al-Qur’an, di mana mereka tidak mau dibina oleh para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah kepada mereka sehingga akhirnya membuat murka Allah, hingga Allah pun membinasakan mereka dengan menimpakan bencana dan azab yang pedih bagi mereka. Lihatlah nasib tragis Namrud, Qorun, Fir'aun, Jalut, Abu Jahal, Abu Lahab dan kaum Sodom, 'Ad, Tsamud, Saba', Sabath, Bani Israil, Madyan, dan lain-lain. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menceritakan keadaan dan nasib kaum atau umat-umat yang terdahulu tersebut:

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu krikil, dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur (halilintar), dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ankabut: 40)

Apakah harus Allah SWT tenggelamkan terlebih dahulu negeri ini ke dalam Samudera barulah kita sadar dan bertaubat serta mau menerapkan hukum-hukum Allah SWT tersebut..?! Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari dan jangan sampai kita pun bernasib tragis seperti kaum-kaum terdahulu tersebut yang telah dibinasakan oleh Allah SWT.

Sungguh saat terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, liquifastik, gunung meletus, banjir bandang, tanah longsor, dan lain-lain maka ucapan NKRI harga mati dan Pancasila tidak ada gunanya lagi saat itu, serta tidak akan bisa mencegah datangnya bencana alam tersebut, bahkan tidak bisa pula menyelamatkan diri kita dari azab Allah dan dari kematian. Saat terjadinya bencana alam tersebut justru ucapan yang paling berguna dan menentramkan jiwa kita adalah hanyalah kalimat tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan istighfar serta kumandang suara adzan.

Karena itulah, agar kita dan negeri ini selamat dari segala bencana baik bencana sosial politik ekonomi maupun bencana alam khususnya dari tenggelamnya negeri ini ke dalam samudera adalah hanya dengan menumbangkan segera sistem kufur jahiliyah demokrasi kapitalisme sekulerisme biang segala bencana tersebut dan bersegera hijrah secara kaffah dalam sistem Islam dalam bingkai Khilafah Rasyidah Wa'dullah wa Busyrah Rasulillah untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik penuh berkah serta menebar rahmah dan berkah bagi dunia dan alam semesta.

Wallahu a'lam bish shawab. []

#Waspada2019
#2019TumbangkanDemokrasi
#2019TegakkanKhilafah
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahAdalahSolusi []

@Zakariya al-Bantany

Related Posts with Thumbnails

Spirit 212, Spirit Persatuan Umat Islam Memperjuangkan Qur'an Dan Sunnah

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam