Oleh: Rokhmat S.
Labib, MEI
“Penghuni-penghuni
Surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat
istirahatnya.” (TQS. al-Furqan [25]: 24).
Berkebalikan dengan
orang kafir yang dipastikan sengsara dan menderita di Akhirat, orang Mukmin
justru mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan. Mereka diberikan tempat tinggal
paling baik dan paling indah, yakni Surga. Dibandingkan dengan tempat tinggal orang
kafir di dunia yang paling baik dan paling bagus jelas amat jauh, terlebih
dengan tempat tinggal mereka di Akhirat.
Inilah di antara
perkara penting yang diberitakan oleh ayat ini.
Tempat Tinggal Terbaik
Allah SWT berfirman: Ashhaab al-jannah yawmaidz[in] khayr[un]
mustaqarr[an] wa ahsanu maqiil[an] (penghuni-penghuni Surga pada hari
itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya). Dalam
ayat sebelumnya diberitakan tentang nasib yang menimpa orang kafir di Akhirat.
Semua amalnya terhapus sia-sia.
Ayat ini kemudian
memberitakan tentang balasan yang akan diterima oleh ashhaab al-jannah (para penghuni Surga). Dikemukakan Abdurrahman
al-Sa'di dalam tafsirnya, Taysiir al-Kariim
al-Rahmaan fii Tafsiir al-Kalaam al-Mannaan, yang dimaksud dengan ash-haab al-jannah di sini adalah orang-orang
yang beriman kepada Allah, beramal shalih, dan bertakwa kepada Tuhan mereka.
Tak berbeda, al-Alusi juga mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang Mukmin.
Kesimpulan ini ditunjukkan oleh ayat sebelumnya: “Katakanlah,
"Apa (adzab) yang demikian itukah yang baik, atau Surga yang kekal yang
telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa?" (TQS. al-Furqan
[25]: 15). Dalam ayat tersebut jelas disebutkan jannah
al-khudi (Surga yang kekal) dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa.
Kata yawmaidz[in] merupakan al-zharf (kata keterangan) yang menunjukkan waktu terjadinya
kejadian tersebut. Diterangkan al-Alusi, hari yang dimaksud adalah hari ketika
terjadi apa yang diberitakan dalam ayat sebelumnya, yakni tatkala disodorkan
amal mereka (orang kafir) dan dijadikannya laksana debu-debu beterbangan; atau
ketika tidak ada kabar gembira buat mereka, dan mereka berkata: Hijr[an] mahjuur[an].
Dalam ayat ini
diberitakan bahwa para penghuni Surga itu memperoleh: khayr[un] mustaqarr[an] (sebaik-baik tempat tinggal). Menurut
al-Zamakhsyari, al-Baidhawi, dan al-Alusi, al-mustaqarr
adalah tempat menetap yang di dalamnya sebagian besar waktunya digunakan untuk
duduk-duduk dan berbincang-blncang.
Selain itu, mereka
mendapatkan: Wa ahsan maqiil[an] (tempat
paling indah untuk beristirahat). Diterangkan al-Zamakhsyari, al-Baidhawi, dan
al-Alusi, al-maqiil adalah tempat
berlindung yang digunakan untuk beristirahat dan bersenang-senang bersama para
istri dengan bercengkerama bersama mereka.
Sebagian mufassir
memahami maqiil di sini sebagai tempat
tidur atau istirahat sebentar pada pertengahan hari. Menurut Imam al-Qurthubi,
makna ini dikaitkan dengan hadits marfu' dari al-Mahdawi: ”Sesungguhnya Allah
SWT menyelesaikan hisab makhluk dalam setengah hari dan menempatkan penghuni
Surga di Surga dan menempatkan penghuni Neraka di Neraka.”
Dalam ayat ini, Surga
disifati dengan dua kata, yakni: khayr
(paling baik) dan ahsan (paling bagus).
Menurut al-Alusi, ditambahkannya sifat al-hasan
padahal telah disebutkan khayr
mengisyaratkan bahwa mereka mendapatkan berbagai gambaran indah dan perkakas
yang bagus. Pasalnya, tempat tinggal yang indah dikembalikan kepada penghuninya
sehingga memberikan kegembiraan yang sempuma.
Berkenaan dengan
bentuk al-tafhiil pada kata khayr dan ahsan,
ada dua penjelasan yang dikemukakan para ulama. Sebagian menganggap bermakna
komparatif (perbandingan). Dalam hal ini dibandingkan dengan keadaan
orang-orang kafir. Al-Khazin dalam tafsirnya mengatakan: “lebih baik daripada
orang-orang musyrik yang sombong.” Dikemukakan Ibnu Athiyah dalam tafsirnya:
”Tempat tinggal ahli Surga lebih baik daripada tempat tinggal ahli Neraka.”
Menurutnya, khayr di sini li tafdhiil (untuk melebihkan) antara dua hal,
tidak ada kesamaan di antara keduanya.
Dijelaskan pula oleh
Ibnu Jarir al-Thabari dalam Jaami' al-Bayaan
fii Ta‘wiil al-Qur'aan, pengertian frasa khayr[un]
mustaqarr[an] adalah tempat menetap yang
mereka tinggali di Surga lebih baik daripada tempat tinggal orang-orang musyrik
yang mereka banggakan beserta harta mereka dan seluruh perhiasan dunia yang
diberikan keadaan mereka. Juga lebih indah daripada tempat istirahat mereka.
Jika ada pertanyaan,
bagaimana dikatakan lebih baik dan lebih bagus dibandingkan Neraka padahal
tidak ada kebaikan dan kebagusan di Neraka? Jawabannya adalah firman Allah SWT
sebelumnya: “Katakanlah: "Apakah (adzab)
yang demikian itukah yang lebih baik atau Surga yang kekal” (TQS.
al-Furqan [25]: 15). Demikian menurut Fakhruddin al-Razi.
Bisa juga dimaknai
superlatif (paling). Artinya, menunjukkan bahwa mereka berada dalam tempat
tinggal yang paling baik dan tempat istirahat yang paling indah. Dikatakan juga
oleh Fakhruddin al-Razi, ini menunjukkan ghaayah
al-khayr (puncak kebaikan). Menurut Imam al-Qurthubi, maknanya adalah
bagi mereka sebaik-baik tempat tinggal. Menurut al-Alusi kedua makna tersebut
bisa terkandung dalam ayat tersebut.
Penjelasan Lain
Keadaan penghuni Surga
dan penghuni Neraka memang tidak sama. Perbedaan tersebut juga ditegaskan dalam
firman Allah SWT: “Tiada sama penghuni-penghuni
Neraka dengan penghuni-penghuni Surga; penghuni-penghuni Surga itulah
orang-orang yang beruntung.” (TQS. al-Hasyr [59]: 20). Menurut Ibnu
Katsir, hal itu disebabkan karena penghuni Surga menempati derajat yang tinggi
dan kamar-kamar yang aman. Mereka dalam posisi yang aman, pemandangan yang
indah, dan kedududukan yang bagus: Mereka kekal
di dalamnya; Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman
(TQS. al-Furqan [25]: 76).
Masih menurut Ibnu
Katsir, penghuni Neraka menempati tingkatan bagian bawah, kesedihan dan
penyesalan yang terus-menerus, dan berbagai macam azab dan hukuman: Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap
dan tempat kediaman (TQS. al-Furqan [25]: 66). Yakni tempat tinggal yang
paling buruk pemandangannya dan tempat istirahat yang paling buruk posisinya.
Oleh karena itu dikatakan: Penghuni-penghuni Surga pada hari itu paling baik
tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.
Di muka telah
dipaparkan makna mustaqarr[an] adalah
tempat menetap yang di dalamnya sebagian besar waktunya digunakan untuk
duduk-duduk dan berbincang-bincang. Kajian terhadap ayat-ayat lain, menunjukkan
bahwa kegiatan yang dilakukan oleh para penghuni Surga memang dipenuhi dengan
kesenangan dan ketentraman. Mereka duduk-duduk sambil bercengkerama. Allah SWT
berfirman: “Sesungguhnya penghuni Surga pada
hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri
mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan”
(TQS. Yasin [36]: 55-56).
Allah SWT juga
berfirman: “Mereka berada di atas dipan yang
bertahtakan emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan”
(TQS. al-Waqiah [56]:15-16).
Keindahan Surga
digambarkan sebagai tempat tinggal yang di bawahnya mengalir berbagai sungai,
terdapat aneka buah yang tak kenal musim, bermacam makanan yang lezat, dan para
istri yang jelita, senantiasa muda, dan selalu suci.
Demikianlah keadaan
ahli Surga. Mereka medapatkan balasan atas apa yang mereka lakukan selama di
dunia. Sebagaimana diterangkan para mufassir, mereka adalah orang-orang yang
beriman dan beramal shalih. Maka siapapun yang ingin menjadi ahli Surga,
mendapatkan tempat kediaman yang paling baik, dan tempat istirahat yang paling
bagus nan indah, mereka harus menjadikan tauhid sebagai akidahnya dan syariah-Nya sebagai tatanan
kehidupannya. Semoga kita termasuk di antara mereka. Wal-Laah a'lam bi al-shawaab.[]
.
.
Ikhtisar:
1. Orang beriman dan
bertakwa akan menjadi ahli Surga.
2. Ahli Surga
mendapatkan tempat tinggal yang paling baik dan tempat istirahat paling indah.
3. Kehidupan Surga
dipenuhi dengan kesenangan dan kenikmatan.[]
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 138
Tidak ada komentar:
Posting Komentar